Hasil Ikan Tangkap Menurun 80 Persen
Harsem/Sukmawijaya |
DEMAK-Kondisi gelombang laut sangat ekstrem, memaksa nelayan tak berani melaut. Masa libur mencari ikan ini, berdampak di pasaran ikan tangkap. Harga ikan mahal namun stok ikan kosong.
Hilangnya ikan tangkap di pasaran juga membuat pengusaha pengasapan ikan kesulitan untuk memenuhi permintaan. “Harga ikan tangkap mahal nggak jadi soal, tapi di pasaran ikan itu kosong,” ucap Ketua Kelompok Pengasapan Ikan Asap Indah, Desa Wonosari Kecamatan Bonang, Suyatmin, kemarin.
Upaya kelompoknya untuk mendatangkan ikan tangkap jenis ikan pari, tongkol, manyung, dan salem sangat sangat sulit. Dia sempat lari ke Jawa Barat untuk mendapatkan ikan itu, namun di wilayah tersebut juga dalam kondisi sulit ikan. Sempat dirinya ngetem di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kabupaten Batang, setelah dua hari menunggu, juga kosong.
“Saya beruntung saat cari ikan di wilayah Juwana Kabupaten Pati, sempat dapat namun sedikit,” ucap anggota pengasapan ikan, Jamian (48), warga Desa Wonosari. Dia sempat menawar ikan pari yang semula Rp 8 ribu per kg naik menjadi Rp 10 ribu per kg, ikan tongkol Rp 10 ribu per kg menjadi Rp 11 ribu per kg, salem Rp 10.500 per kg menjadi Rp 11.500.
Kembali kata Suyatmin, dengan sulitnya ikan tangkap di pasaran, banyak pembeli meminta ikan darat untuk memenuhi permintaan pasar. Dia sekaligus meminta pemerintah bisa membantu membangunkan rumah penyimpanan ikan atau gudang yang dilengkapi dengan frezeer /pendingin. Sehingga bisa menjadi tempat penyimpanan dalam waktu panjang sebagai bahan baku pengasapan atau pemanggangan ikan. Kalau bangunan tersebut tersedia di kawasan rumah asap, kemungkinan bisa mengurangi saat masa sulit ikan seperti sekarang.
Terpisah, Kepala Bidang Pemasaran dan Pengolhan Hasil Perikanan Dinlutkan Demak Andi Suparmono, mengakui kondisi cuaca ekstrem akibat gelombang tinggi. Kondisi ini mendesak nelayan urung melaut, akibatnya produktivitas ikan tangkap menurun sampai 80 persen.
Sulit mendapatkan ikan membuat pengusaha pengasapan yang menempati 28 unit rumah pengasapan di Desa Wonosari, merugi karena tak ada bahan baku. Terkait permintaan rumah simpan, dinas juga kesulitan karena biayanya yang tinggi.
Sementara, di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Morodemak sempat dibangunkan rumah simpan, namun pengelola kesulitan untuk menjalankannya karena tenaga listrik yang diperlukan cukup tinggi, tak seimbang dengan pemasukan.
Kendati demikian, pemerintah daerah melalui APBD akan menambah pengadaan rumah pengasapan sebanyak 20 unit. Diharapkan banyaknya rumah pengasan di areal Desa Wonosari mampu mencukupi permintaan pasar ikan panggang. (swi/yul)
Hilangnya ikan tangkap di pasaran juga membuat pengusaha pengasapan ikan kesulitan untuk memenuhi permintaan. “Harga ikan tangkap mahal nggak jadi soal, tapi di pasaran ikan itu kosong,” ucap Ketua Kelompok Pengasapan Ikan Asap Indah, Desa Wonosari Kecamatan Bonang, Suyatmin, kemarin.
Upaya kelompoknya untuk mendatangkan ikan tangkap jenis ikan pari, tongkol, manyung, dan salem sangat sangat sulit. Dia sempat lari ke Jawa Barat untuk mendapatkan ikan itu, namun di wilayah tersebut juga dalam kondisi sulit ikan. Sempat dirinya ngetem di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kabupaten Batang, setelah dua hari menunggu, juga kosong.
“Saya beruntung saat cari ikan di wilayah Juwana Kabupaten Pati, sempat dapat namun sedikit,” ucap anggota pengasapan ikan, Jamian (48), warga Desa Wonosari. Dia sempat menawar ikan pari yang semula Rp 8 ribu per kg naik menjadi Rp 10 ribu per kg, ikan tongkol Rp 10 ribu per kg menjadi Rp 11 ribu per kg, salem Rp 10.500 per kg menjadi Rp 11.500.
Kembali kata Suyatmin, dengan sulitnya ikan tangkap di pasaran, banyak pembeli meminta ikan darat untuk memenuhi permintaan pasar. Dia sekaligus meminta pemerintah bisa membantu membangunkan rumah penyimpanan ikan atau gudang yang dilengkapi dengan frezeer /pendingin. Sehingga bisa menjadi tempat penyimpanan dalam waktu panjang sebagai bahan baku pengasapan atau pemanggangan ikan. Kalau bangunan tersebut tersedia di kawasan rumah asap, kemungkinan bisa mengurangi saat masa sulit ikan seperti sekarang.
Terpisah, Kepala Bidang Pemasaran dan Pengolhan Hasil Perikanan Dinlutkan Demak Andi Suparmono, mengakui kondisi cuaca ekstrem akibat gelombang tinggi. Kondisi ini mendesak nelayan urung melaut, akibatnya produktivitas ikan tangkap menurun sampai 80 persen.
Sulit mendapatkan ikan membuat pengusaha pengasapan yang menempati 28 unit rumah pengasapan di Desa Wonosari, merugi karena tak ada bahan baku. Terkait permintaan rumah simpan, dinas juga kesulitan karena biayanya yang tinggi.
Sementara, di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Morodemak sempat dibangunkan rumah simpan, namun pengelola kesulitan untuk menjalankannya karena tenaga listrik yang diperlukan cukup tinggi, tak seimbang dengan pemasukan.
Kendati demikian, pemerintah daerah melalui APBD akan menambah pengadaan rumah pengasapan sebanyak 20 unit. Diharapkan banyaknya rumah pengasan di areal Desa Wonosari mampu mencukupi permintaan pasar ikan panggang. (swi/yul)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.