Petani Bunga Bandungan Menjerit

Petani bunga krisan di Kecamatan Bandungan memanen bunga, kemarin (SM/Muhammad Syukron)

BANDUNGAN - Cuaca ekstrem di sebagian besar wilayah Indonesia belakangan ini ditandai dengan hujan deras yang disertai angin kencang. Yang merasakan dampak secara langsung akibat cuaca ekstrem, salah satunya petani bunga krisan di Kecamatan Bandungan dan Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang.

Bunga krisan merupakan salah satu tanaman hias yang mempunyai prospek baik untuk dibudidayakan serta sebagai sumber penghasilan. Namun dengan cuaca buruk seperti ini, para petani mengaku mengalami penurunan produksi 30-50 persen. Mereka juga mengeluhkan mundurnya masa panen, kerusakan akibat hama penyakit serta rusaknya plastik pelindung tanaman.

Seksi Budidaya Tanaman Kelompok Tani "Sri Rejeki" Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Jatmiko (36) menuturkan, jika musim kemarau, masa tanam hingga panen hanya dibutuhkan waktu 100 hari, hujan deras dan mendung yang terus terjadi ini menyebabkan panen mundur hingga 120 hari.
Dijelaskan, kurangnya sinar matahari telah menyebabkan proses fotosintesis atau suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari, terhambat.

Selain mundurnya masa panen, hama penyakit seperti cacar dan bercak daun pada tanaman ini membuat petani kebingungan. Ratusan ribu uang yang dikeluarkan untuk membeli obat-obatan tak membuat hama itu hilang. Besarnya ongkos produksi dan perhatian yang tinggi untuk merawat tanaman ini, memilih untuk bertahan dan sabar.

Petani di Kecamatan Sumowono Sri Sadono (42) mengatakan, sebagian besar petani di wilayahnya tidak pernah menghitung secara rinci biaya produksi dan perolehan hasil. Asalkan ada keuntungan yang besar, usaha yang dilakoninya turun temurun dari orang tuanya tersebut, terkendala masalah cuaca tidak menjadi masalah yang signifikan.

"Cuaca seperti ini sudah biasa terjadi, tinggal kita pintar-pintar mengatasi kendala sejak awal tanam. Jenis tanaman ini kan membutuhkan perhatian yang khusus, tidak seperti tanaman lain. Jadi kalau bisa tertangani sejak awal, tidak akan berdampak besar. Tapi kalau sudah telat, petani hanya bisa bertahan, namun karena harga bunga fluktuaktif, bisa membuat petani terpacu untuk selalu melakukan yang terbaik," jelasnya.

Menurutnya, meski mengalami hambatan karena cuaca, bunga krisan yang dihasilkan oleh petani di Kecamatan Bandungan dan Kecamatan Sumowono masih mampu mencukupi kebutuhan pasar yang selama ini telah menjadi konsumennya di Yogyakarta, Semarang, Solo dan Surabaya.

Ditemui terpisah, Ketua Asosiasi Petani Bunga Krisan Kecamatan Bandungan Jony Budi Raharjo SH menjelaskan, anomali cuaca merupakan hal yang sudah menjadi ketentuan "Pengatur Jagat Raya" ini. Meski demikian, selama cuaca ekstrem seperti ini petani bunga di lereng Gunung Ungaran telah memutar otak untuk tetap bisa menjalankan aktifitas produksinya.

"Permasalahan yang sering muncul adalah debat serius antara petani dan konsumen. Kita berharap, konsumen memaklumi kondisi cuaca yang ada. Harga bunga yang tinggi, disebabkan karena biaya produksi pada musim seperti ini juga naik," tandasnya. (Muhammad Syukron-SMNetwork/yul)

Newer Post Older Post