Hari Ini, Penggunaan Solar Non Subsidi Diberlakukan SPBU Kaligawe Siapkan Satu Dispenser

Operator SPBU Kaligawe 44.501.35 Jalan Raya Kaligawe No 25 menyiapkan dispenser khusus solar non 

 subsidi, Kamis (28/2), yang pada pertengahan Februari kemarin sudah melalui tahapan tera metrologi. (HARSEM/J14/SM/sae)

SELURUH kendaraan dinas berbahan bakar solar milik BUMN/BUMD, TNI-Polri mulai hari Jumat (1/3) ini diwajibkan menggunakan solar non subsidi termasuk untuk alat-alat berat, genset, dll. Selain itu mobil barang dengan jumlah roda lebih dari empat untuk pengangkutan hasil kegiatan perkebunan, pertambangan dan kehutanan juga dilarang keras menggunakan BBM bersubsidi jenis solar.

Kecuali untuk jenis kendaraan di atas, kecuali ambulans, mobil jenasah, truk sampah dan mobil pemadam kebakaran masih bisa menggunakan solar subsidi. Salah satu SPBU yang sudah menyiapkan bahan bakar khusus (BBK) ini adalah SPBU Kaligawe 44.501.35, dimana satu unit dispenser dengan dua nozzle akan melayani konsumen dengan kategori kendaraan solar non subsidi.

Manajer SPBU Kaligawe Andy Sujianto Agung mengungkapkan, kesiapan ini dilakukan menyusul ketentuan Permen ESDM No 1/2013 mengenai pengendalian pembatasan penggunaan BBM jenis solar. Untuk awal ini pihaknya berencana menebus 5 kiloliter (KL) solar non subsidi dan ke depan akan melihat sejauh mana pasarnya. Harga jual BBK tersebut saat ini sebesar Rp 10.600/liter atau dua kali lipat lebih dari solar subsidi (biosolar).

SPBU juga telah memasang pamflet/stiker yang tertera kendaraan apa saja yang dilarang mengisi BBK tersebut sehingga operator akan lebih mudah mengidentifikasi sekaligus proses edukasi bagi konsumen. ''Ketentuan minimal dari Pertamina memang 5 KL, kita lihat dulu respon pengguna kendaraan solar yang masuk kategori itu,'' papar Andy, Kamis (28/2).

SPBU Kaligawe sebenarnya sudah sejak 2011 hingga saat ini terus mendorong pemakaian BBK seperti Pertamax dan Pertamina Dex kepada pengguna kendaraan. Caranya dengan program khusus seperti pembelian Rp 100 ribu berlaku kelipatan mendapatkan minuman gratis yang berubah setiap tiga bulan.

Hasilnya, terjadi peningkatan dari pengguna Pertamax yang dulunya hanya sekitar 400 liter/hari, setelah program bisa mencapai 600-700 liter/hari dimana setiap bulannya menebus sekitar 24 KL Pertamax. Kebutuhan premium dan solar bersubsidi sendiri masing-masing sekitar 22 KL dan 12 KL per harinya.

''Kalau program gratis minuman belum berlaku untuk solar non subsidi, kita lihat dulu pasarnya. Tetapi untuk BBK lainnya program itu tetap berlaku karena dengan cara ini harapannya bisa semakin banyak orang membeli BBM yang tanpa subsidi,'' terangnya.

Sebelumnya, Asisten Manager External Relation Pertamina Heppy Wulansari menjelaskan, 46 SPBU akan menyediakan outlet solar non subsidi di wilayah Jateng dan DIY. Jumlah outlet solar non subsidi di Jateng saat ini ada 40 SPBU dan enam SPBU di DIY. Diharapkan setiap kabupaten/kota bisa ada minimal satu SPBU yang menjual solar non subsidi untuk memudahkan konsumen dan mendekatkan titik suplai ke kantor pemerintahan di daerah.

Selain solar non subsidi, Pertamina juga menyediakan pertamina dex baik jerigen maupun curah yang memang dikhususkan untuk mesin-mesin diesel keluaran terbaru. Untuk saat ini pertamina dex sudah tersedia di 338 SPBU dari total 707 SPBU di Jateng dan DIY. (J14,J8/SMNetwork/sae)

Newer Post Older Post