Madrasah Al-Khoiriyah Bulustalan

Hasilkan Dai Kecil dan Juara Pidato

MALAM itu, di sebuah mushola di Ngaliyan, seorang anak kecil sedang berpidato di mimbar. bocah berpeci yang usianya tujuh tahun itu tampak piawai menyampaikan ceramah. Dalil yang dikutip pas dengan tema. Bacaan ayat Alqurannya cukup fasih. Puluhan anggota jamaah sholat tarawih di mushola itu duduk seksama mendengarkan ceramah Ramadan yang disampaikan si bocah pandai tersebut.

Aziz, nama dai kecil itu, adalah murid Madrasah Ibtidaiyah Al-Khoiriyah yang dikirim almamaternya untuk mempraktikkan ilmu pidato dalam program ‘’Dai Kecil Ramadan’’.

Dia bersama 29 temannya dari kelas satu sampai kelas enam MI menjalani praktik pidato yang dipelajari dari sekolahnya. Selama bulan Ramadan tim beranggota 30 anak tersebut disebar di masjid atau mushola di seantero Kota Semarang. Mereka bisa manggung dua atau tiga kali dalam sebulan di tempat berbeda. Karena targetnya 100 even dalam sebulan.

Dari Aziz dan kawan-kawan itulah Madrasah Al-Khoiriyah tersohor namanya. Dikenal sebagai madrasah penghasil dai kecil dan ahli pidato karena warga langsung tahu hasilnya di depan mereka.

Setidaknya semasa bulan puasa. Sehingga banyak orang tua yang mempercayakan pendidikan anak-anaknya ke madrasah yang jadi salah satu favorit di Semarang ini.

Di madrasah ini, pidato dan baca Alquran adalah kurikulum utama. Sejak jam 06.30 para murid di seluruh jenjangnya, MI, MTs (setingkat SLTP) dan MA (sejajar SLTA) diajar ngaji Alquran metode qiroati. Masing-masing murid dibagi sesuai kemampuannya.

Khitobah (pidato) diajarkan minimal seminggu sekali, dengan pola latihan intensif yang dibimbing ustad ahli. Kemampuan pidato para murid disalurkan dalam berbagai program. Untuk murid MI disalurkan dalam program dai kecil tadi, untuk tingkat Tsanawiyah dan Aliyah diikutkan dalam berbagai lomba.

Drs Erwin Sumarah, kepala madrasah yang baru saja meletakkan jabatan untuk digantikan guru yang lebih muda, menuturkan penguasaan pidato tentu didukung oleh kemampuan bahasa yang baik. Di samping gladi mental dan kepribadian.

Diuraikannya, Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al-Khoiriyah, pemilik Madrasah Al-Khoiriyah, menekankan penguasaan bahasa kepada seluruh muridnya. Guru bahasa Indonesia lulusan Fakultas Sastra Undip ini menegaskan, para murid dibekali kemampuan Bahasa Arab, Inggris dan Indonesia berstandar nasional.

Intensitas belajar murid melebihi jam pelajaran di sekolah-sekolah negeri pada umumnya. Di madrasah ini, murid pulang jam 14.30. Hasilnya, kata dia, Madrasah Al-Khoiriyah seringmenjuarai lomba pidato dakwah, maupun speech contest. Terakhir Juni lalu menjuarai lomba pidato Bahasa Arab antar-SLTA tingkat Jateng.

“Alhamdulillah, kami bisa membantu murid-murid berkembang sesuai keinginan orang tuanya. Semoga mereka mempunyai ilmu yang bermanfaat,” tutur dia di kantornya, kemarin.

Pola pembinaan lain, tutur Erwin, adalah haflah (acara internal) yang mempertandingkan antarmurid secara periodik. Terdiri atas lomba hafalan Alquran, bacaan tartil Alquran, pidato Bahasa Indonesia, pidato Bahasa Arab dan pidato Bahasa Inggris. Serta banyak jenis lomba pendukung lain.

Adapun program khusus untuk murid kelas tiga MTs dan MA, yaitu iktikaf di Masjid Agung Jateng. Tanggal 21 Ramadan nanti, ratusan murid yang kelak menghadapi ujian akhir nasional itu diajak berdiam diri di MAJT sehari semalam. Mereka akan bersama-sama mencegat lailatul qodar dengan sholat malam, tadarus Alquran dan amalan utama lainnya. (ichwan_harian semarang)

___________
Dipersilahkan mengcopy dan menyebarluaskan artikel pada blog ini dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama dan bukan untuk disalah gunakan. Namun perlu diingat, wajib menyertakan sumber blog ini yaitu http://hariansemarangbanget.blogspot.com. (terima kasih).

Newer Post Older Post