Mesin Diesel Mahesa Jenar
PSiS menuntaskan Piala Kampoeng Semawis dengan melahirkan dua penilaian: puas dan menggerutu. Sebagian pecandu tim ini senang karena PSIS juara, tapi sebagian nyinyir lantaran belum ada nyawa di kampiun 1999 tersebut.
Mari kita arifi. Yang puas tentu karena memahami kelahiran PSIS musim ini yang ‘prematur’. Bandingkan dengan PPSM Sakti yang menyiapkan diri sejak lebih enam bulan lewat. Yang kurang suka akan performa Suwita cs di turnamen ini bisa jadi karena mereka terbiasa mengudap ‘mi instan’. Ngertinya PSIS ujug-ujug hebat, tanpa peduli proses.
Kesebelasan tak ubahnya grup band. Ada vokalis, pembetot bas, dan seterusnya. Gustavo Chena adalah ‘drumer’. Sebagai playmaker, ia berbeda dengan Joao Carlos yang efektif. Umpanumpan
Carlos terukur dan memanjakan. Chena lebih suka men-delay permainan dan meliuk-liuk.
Padahal, jika ia mau mengerem aksi individu, permainan lebih rancak dan membahayakan lawan. Ia punya modal menjadi pengumpan jitu, seperti pada babak kedua pertandingan kemarin ia mengumpani Imral dengan throwpass berkelas. Sayang umpan ini tak diselesaikan Imral dengan sempurna.
***
Secara umum, standar PSIS adalah babak kedua partai kemarin. Semua lini hidup. Pekerjaan rumah Ahmad Muhariah ialah menciptakan gelombang serangan lebih tenang. Tak terhitung berapa kali Persibo terkurung, tapi kemudian mentah kembali. Sering ada lubang yang tak dihuni pemain berkostum biru-biru karena ditinggalkan ‘petugas’-nya.
Membangun tim memang tak segampang membalik topi. Butuh menyatukan ego dan karakter. Juga tak cukup dengan modal pemain bintang. Chena perlu sehati dengan Suwita, Catur mesti cengli dengan para defender, Imral harus hapal kemana ia bergerak ketika Chena akan wallpass dengannya, dan seterusnya. Di balik semua itu, Muhariah adalah ‘sutradara’- nya.
Turnamen Piala Kampoeng Semawis sangat membantu Muhariah memasak tim. Kita miris andai pertemuan PSIS dan PPSM terhampar di kompetisi resmi, dan kebetulan partai digelar di
Magelang yang dipenuhsesaki suporter Simolodro. Untung ini ajang pemanasan.
Mudah-mudahan PSIS adalah mesin diesel, makin panas makin kencang. (rief - harian semarang)
___________
Dipersilahkan jika ingin mengcopy dan menyebarluaskan artikel pada blog ini dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama dan bukan untuk disalahgunakan. Namun perlu diingat, wajib menyertakan sumber blog ini http://hariansemarangbanget.blogspot.com. (terima kasih).
Mari kita arifi. Yang puas tentu karena memahami kelahiran PSIS musim ini yang ‘prematur’. Bandingkan dengan PPSM Sakti yang menyiapkan diri sejak lebih enam bulan lewat. Yang kurang suka akan performa Suwita cs di turnamen ini bisa jadi karena mereka terbiasa mengudap ‘mi instan’. Ngertinya PSIS ujug-ujug hebat, tanpa peduli proses.
Kesebelasan tak ubahnya grup band. Ada vokalis, pembetot bas, dan seterusnya. Gustavo Chena adalah ‘drumer’. Sebagai playmaker, ia berbeda dengan Joao Carlos yang efektif. Umpanumpan
Carlos terukur dan memanjakan. Chena lebih suka men-delay permainan dan meliuk-liuk.
Padahal, jika ia mau mengerem aksi individu, permainan lebih rancak dan membahayakan lawan. Ia punya modal menjadi pengumpan jitu, seperti pada babak kedua pertandingan kemarin ia mengumpani Imral dengan throwpass berkelas. Sayang umpan ini tak diselesaikan Imral dengan sempurna.
***
Secara umum, standar PSIS adalah babak kedua partai kemarin. Semua lini hidup. Pekerjaan rumah Ahmad Muhariah ialah menciptakan gelombang serangan lebih tenang. Tak terhitung berapa kali Persibo terkurung, tapi kemudian mentah kembali. Sering ada lubang yang tak dihuni pemain berkostum biru-biru karena ditinggalkan ‘petugas’-nya.
Membangun tim memang tak segampang membalik topi. Butuh menyatukan ego dan karakter. Juga tak cukup dengan modal pemain bintang. Chena perlu sehati dengan Suwita, Catur mesti cengli dengan para defender, Imral harus hapal kemana ia bergerak ketika Chena akan wallpass dengannya, dan seterusnya. Di balik semua itu, Muhariah adalah ‘sutradara’- nya.
Turnamen Piala Kampoeng Semawis sangat membantu Muhariah memasak tim. Kita miris andai pertemuan PSIS dan PPSM terhampar di kompetisi resmi, dan kebetulan partai digelar di
Magelang yang dipenuhsesaki suporter Simolodro. Untung ini ajang pemanasan.
Mudah-mudahan PSIS adalah mesin diesel, makin panas makin kencang. (rief - harian semarang)
___________
Dipersilahkan jika ingin mengcopy dan menyebarluaskan artikel pada blog ini dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama dan bukan untuk disalahgunakan. Namun perlu diingat, wajib menyertakan sumber blog ini http://hariansemarangbanget.blogspot.com. (terima kasih).
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.