Bosan Disuruh Nikah
SETIAP Senin Harsem memuat konsultasi keluarga yang diasuh Hj Dra Jauharotul Farida, M.Ag, Ketua Tim Konsultasi Keluarga Maslahah Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Jateng. Pertanyaan bisa dikirim ke Redaksi Jl KH. Wahid Hasyim 125-127 Kranggan Semarang, e-mail: harian.semarang@yahoo.com atau fax (024) 3516511.
Pertanyaan:
IBU pengasuh yang terhormat, perkenankan saya menyampaikan isi hati melalui rubrik ini. Saya seorang perempuan berusia 29, hampir menyelesaikan pendidikan S2.
Akhir-akhir ini banyak saudara maupun kawan yang berusaha mencarikan jodoh dengan alasan saya sudah cukup umur. Menurut mereka, jika sudah lewat masanya seorang wanita tidak menarik di mata lelaki.
Saya menyadari alasan mereka. Memang kebanyakan orang memandang pernikahan hanya masalah badan semata. Tetapi menurut saya tidak demikian. Menikah bukan karena diburu umur, juga bukan sekedar ketertarikan. Tetapi berkait dengan kecocokan dalam hal pikiran dan sikap hidup.
Selama ini saya merasa belum menemui laki-laki yang memiliki kecocokan dalam pikiran dan sikap. Karena itulah saya bertahan”menjomblo” meski menanggung resiko dibicarakan orang. Saya juga bukanlah orang yang anti-menikah. Apa keyakinan saya itu sesuatu yang wajar? Bagaimana menyikapi desakan teman dan saudara?
Fitri
Kabupaten Kudus
Jawaban:
Sdri Fitri yang baik, Jarang sekali seorang perempuan memiliki pandangan tentang bagaimana sebuah perkawinan harus dijalani. Anda sudah memiliki wawasan bahwa sebuah perkawinan harus dibangun oleh kecocokan dalam pikiran, sikap, dan cara pandang terhadap suatu persoalan. Hal ini tidak banyak dimiliki oleh orang lain baik laki-laki maupun perempuan. Tetapi terkadang perkawinan yang sudah dilandasi rasa mawaddah dan rahmah akan bisa mempertemukan cara pandang meski pada awalnya pikiran dan sikap keduanya berseberangan.
Menurut saya, pernikahan bisa menjadi media penyatuan dari dua perbedaan. Bukan untuk dipertentangkan atau diadu satu dengan yang lain. Tetapi justru akan saling melengkapi dan menyempurnakan atas kekurangan satu dengan lainnya. Oleh karena itu, selama perbedaan tidak masuk ranah prinsip, menurut saya bisa diabaikan. Namun jika perbedaan bersifat prinsip, usahakan dicarikan titik temunya.
Tidak ada calon suami atau calon istri yang sempurna, yang memenuhi kriteria 1 sampai 10 dari syarat yang kita inginkan. Cukup ada lima atau enam syarat yang bisa dipenuhi, bisa dianggap cukup. Diri kita sendiri pun bukan figur yang sempurna seperti diharapkan pasangan kita. Oleh karena itu seharusnya kita bisa memahami kelebihan dan kekurangan pada diri sendiri maupun pasangan.
Saya kira tidak ada lagi alasan untuk menunda pernikahan. Jika sudah menemukan yang terbaik, segera melangkah ke jenjang lebih serius. Insya Allah dengan menikah hidup Anda akan lebih berkah, dan semakin banyak kebaikan bisa diraih. Selain itu kebahagian dan kemaslahan juga semakin bisa dirasakan.
Doa kami menyertai, semoga Anda bisa mendapatkan jodoh sesuai kriteria yang Anda harapkan secara maksimal. Desakan teman dan saudara semoga menjadi bagian dari doa mereka agar Anda semakin bahagia.
Pertanyaan:
IBU pengasuh yang terhormat, perkenankan saya menyampaikan isi hati melalui rubrik ini. Saya seorang perempuan berusia 29, hampir menyelesaikan pendidikan S2.
Akhir-akhir ini banyak saudara maupun kawan yang berusaha mencarikan jodoh dengan alasan saya sudah cukup umur. Menurut mereka, jika sudah lewat masanya seorang wanita tidak menarik di mata lelaki.
Saya menyadari alasan mereka. Memang kebanyakan orang memandang pernikahan hanya masalah badan semata. Tetapi menurut saya tidak demikian. Menikah bukan karena diburu umur, juga bukan sekedar ketertarikan. Tetapi berkait dengan kecocokan dalam hal pikiran dan sikap hidup.
Selama ini saya merasa belum menemui laki-laki yang memiliki kecocokan dalam pikiran dan sikap. Karena itulah saya bertahan”menjomblo” meski menanggung resiko dibicarakan orang. Saya juga bukanlah orang yang anti-menikah. Apa keyakinan saya itu sesuatu yang wajar? Bagaimana menyikapi desakan teman dan saudara?
Fitri
Kabupaten Kudus
Jawaban:
Sdri Fitri yang baik, Jarang sekali seorang perempuan memiliki pandangan tentang bagaimana sebuah perkawinan harus dijalani. Anda sudah memiliki wawasan bahwa sebuah perkawinan harus dibangun oleh kecocokan dalam pikiran, sikap, dan cara pandang terhadap suatu persoalan. Hal ini tidak banyak dimiliki oleh orang lain baik laki-laki maupun perempuan. Tetapi terkadang perkawinan yang sudah dilandasi rasa mawaddah dan rahmah akan bisa mempertemukan cara pandang meski pada awalnya pikiran dan sikap keduanya berseberangan.
Menurut saya, pernikahan bisa menjadi media penyatuan dari dua perbedaan. Bukan untuk dipertentangkan atau diadu satu dengan yang lain. Tetapi justru akan saling melengkapi dan menyempurnakan atas kekurangan satu dengan lainnya. Oleh karena itu, selama perbedaan tidak masuk ranah prinsip, menurut saya bisa diabaikan. Namun jika perbedaan bersifat prinsip, usahakan dicarikan titik temunya.
Tidak ada calon suami atau calon istri yang sempurna, yang memenuhi kriteria 1 sampai 10 dari syarat yang kita inginkan. Cukup ada lima atau enam syarat yang bisa dipenuhi, bisa dianggap cukup. Diri kita sendiri pun bukan figur yang sempurna seperti diharapkan pasangan kita. Oleh karena itu seharusnya kita bisa memahami kelebihan dan kekurangan pada diri sendiri maupun pasangan.
Saya kira tidak ada lagi alasan untuk menunda pernikahan. Jika sudah menemukan yang terbaik, segera melangkah ke jenjang lebih serius. Insya Allah dengan menikah hidup Anda akan lebih berkah, dan semakin banyak kebaikan bisa diraih. Selain itu kebahagian dan kemaslahan juga semakin bisa dirasakan.
Doa kami menyertai, semoga Anda bisa mendapatkan jodoh sesuai kriteria yang Anda harapkan secara maksimal. Desakan teman dan saudara semoga menjadi bagian dari doa mereka agar Anda semakin bahagia.
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.