Harini-Ari Sambangi Kampung Batik
PASANGAN calon walikota dan wakil walikota yang diusung Koalisi Merah-Putih, Partai Gerindra-PKS, Harini Krisniati-Ari Purbono, kemarin berkunjung ke sebuah sanggar pelatihan batik di kampung batik, Kelurahan Bubakan, Semarang Tengah.
Di sanggar pelatihan batik yang berdiri sejak tahun 2006 lalu itu, pasangan ini mengakui kehebatan sanggar yang telah menghasilkan batikbatik dengan ciri khas Semarangan, yang menjadi trade mark tersendiri bagi Kota Atlas ini. Lalu apa yang membuat khas batik tersebut?
Menurut koordinator sanggar batik, Eko, selain motif yang khas Semarangan, pihaknya juga menambahkan motif- motif ikon Kota Semarang seperti Lawangsewu atau Tugumuda dalam karya batik kontemporernya. “Persoalannya, batik Semarangan kini harus berjuang keras untuk mempertahanlan eksistensinya. Harus mempu bersaing dengan produk batik jenis lain. Sebab batik cetak mulai masuk pasaran, mereka tentu lebih murah dibanding batik kita yang hand made,” keluhnya.
Eko mengakui, harga batik Semarangan memang lebih mahal dibanding batik cetak. Namun hal itu tertutupi oleh sisi kualitasnya yang tentu lebih unggul pula. Selain karena dibuat tangan, orisinilitasnya juga terjaga. Menurutnya, keunggulannya karena batik tersebut merupakan hasil karya tangan. Dan karena karya tangan itulah yang membuat orisonalitas batik lebih tinggi dibanding karya mesin cetak.
Harini Krisniati, calon walikota yang juga Plt Setda Pemkot Semarang melihat sebenarnya batik Semarang adalah batik yang prospektif. Artinya, mempunyai masa depan yang cerah karena memiliki daya jual yang tinggi. Oleh karena itu, keberadaan batik Semarangan ini perlu mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah.
“Perlu adanya pemberian bantuan sarana prasarana, pelatihanpelatihan, dan perencanaan yang integratif bagi para pembatik tersebut. Tetapi itu saja tidak cukup, yang penting menanamkan dulu rasa memiliki, sehingga itu akan mendorong untuk lebih giat berkarya,” kata Harini.
Dalam kunjungannya tersebut, pasangan Harini-Ari yang mengusung Rindu Semarang Berubah, mengungkapkan keinginannya untuk mengangkat batik khas Semarang sehingga bisa go public. Harini-Ari tidak canggung untuk berbaur dan mencoba membatik bersama para perajin.
Harini memegang canting, mengambil malam (lilin), meniup canting dan memulai menuliskan malam (lilin) ke kain. Harini tampak menikmati, sedangkan Ari Purbono memilah dan memilih motif batik.
Produk batik Semarangan itu ternyata tidak hanya berupa pakaian. Berbagai macam asesoris dan perlengkapan wanita juga ada. Seperti tas dan selendang. Untuk tas harga berkisar
antara Rp 50.000-Rp 500.000. Untuk kain batik atau pakaian batik harga berkisar Rp 70.000. (abas-harian semarang)
Di sanggar pelatihan batik yang berdiri sejak tahun 2006 lalu itu, pasangan ini mengakui kehebatan sanggar yang telah menghasilkan batikbatik dengan ciri khas Semarangan, yang menjadi trade mark tersendiri bagi Kota Atlas ini. Lalu apa yang membuat khas batik tersebut?
Menurut koordinator sanggar batik, Eko, selain motif yang khas Semarangan, pihaknya juga menambahkan motif- motif ikon Kota Semarang seperti Lawangsewu atau Tugumuda dalam karya batik kontemporernya. “Persoalannya, batik Semarangan kini harus berjuang keras untuk mempertahanlan eksistensinya. Harus mempu bersaing dengan produk batik jenis lain. Sebab batik cetak mulai masuk pasaran, mereka tentu lebih murah dibanding batik kita yang hand made,” keluhnya.
Eko mengakui, harga batik Semarangan memang lebih mahal dibanding batik cetak. Namun hal itu tertutupi oleh sisi kualitasnya yang tentu lebih unggul pula. Selain karena dibuat tangan, orisinilitasnya juga terjaga. Menurutnya, keunggulannya karena batik tersebut merupakan hasil karya tangan. Dan karena karya tangan itulah yang membuat orisonalitas batik lebih tinggi dibanding karya mesin cetak.
Harini Krisniati, calon walikota yang juga Plt Setda Pemkot Semarang melihat sebenarnya batik Semarang adalah batik yang prospektif. Artinya, mempunyai masa depan yang cerah karena memiliki daya jual yang tinggi. Oleh karena itu, keberadaan batik Semarangan ini perlu mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah.
“Perlu adanya pemberian bantuan sarana prasarana, pelatihanpelatihan, dan perencanaan yang integratif bagi para pembatik tersebut. Tetapi itu saja tidak cukup, yang penting menanamkan dulu rasa memiliki, sehingga itu akan mendorong untuk lebih giat berkarya,” kata Harini.
Dalam kunjungannya tersebut, pasangan Harini-Ari yang mengusung Rindu Semarang Berubah, mengungkapkan keinginannya untuk mengangkat batik khas Semarang sehingga bisa go public. Harini-Ari tidak canggung untuk berbaur dan mencoba membatik bersama para perajin.
Harini memegang canting, mengambil malam (lilin), meniup canting dan memulai menuliskan malam (lilin) ke kain. Harini tampak menikmati, sedangkan Ari Purbono memilah dan memilih motif batik.
Produk batik Semarangan itu ternyata tidak hanya berupa pakaian. Berbagai macam asesoris dan perlengkapan wanita juga ada. Seperti tas dan selendang. Untuk tas harga berkisar
antara Rp 50.000-Rp 500.000. Untuk kain batik atau pakaian batik harga berkisar Rp 70.000. (abas-harian semarang)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.