Berita

[Berita][bleft]

Artikel

[Ekonomi][twocolumns]

Lukisan Tinta Bak Penuh Filosofi

TAK kurang dari dua menit, lukisan penuh filosofi yang dilukis dengan tinta bak telah selesai dikerjakan. Tangan lincah milik Suharto Martanto alias Tan Eng Tiong itulah yang mampu menggoreskan tinta dengan cukup cekatan.

Berbagai lukisan karyanya memiliki filosofi khas etnis Tionghoa, di antaranya bergambar naga, harimau, udang, rumput bambu dan bunga mawar. Masing-masing lukisan itu memiliki filosofi tersendiri, seperti halnya gambar udang yang melambangkan kemakmuran, pohon cemara gunung yang berarti makmur sepanjang tahun, pohon me hwa yang berarti rezeki berlimpah, dan pohon bambu yang berarti keselamatan.

Ia mengatakan, salah satu keunikan seni lukis tinta bak yakni goresan tinta yang tidak boleh diulang. Sebab jika goresan itu diulang akan terlihat karena garis yang dihasilkan tidak halus.

“Kalau yang seukuran kertas biasa ini ya paling cuma beberapa menit, tapi untuk lukisan yang mempunyai tingkat kerumitan cukup tinggi dan berukuran besar, saya membutuhkan waktu berjam-jam hingga beberapa hari,” ungkap Suharto yang ditemui di rumahnya Jalan Gang Warung Nomor 86 Kawasan Pecinan Semarang.

Pembuatan lukisan ini memang sekali gores dan tanpa sketsa dengan menggunakan alat tulis lain, sehingga setiap goresan langsung sekali jadi. Setiap lukisan yang sudah selesai diberi tulisan Cina berisi harapan pemesannya, tempat, tanggal, dan tahun pembuatan lukisan. Sebagai sentuhan terakhir, katanya, lukisan diberi cap merah berbentuk segi empat yang melambangkan namanya.

Tinta bak merupakan tinta yang terbuat dari kayu pinus atau cemara yang dibakar menjadi arang kemudian dicampur dengan air. Sedangkan kuas yang dipakai terbuat dari bulu serigala yang juga masih diimpor dari Cina. Seni lukis ini memiliki beberapa keunggulan seperti tahan cuaca, cepat kering, dan tidak luntur. “Meskipun berasal dari negara Cina, tinta bak ini buatan orang Indonesia keturunan Tionghoa,” tuturnya.

Seni lukis ini memng telah digelutinya sejak umur 10 tahun, namun ia mengaku sempat putus asa dan berhenti dari profesi itu selama 20 tahun. Ia kembali bangkit pada 2006 lalu, ketika ada seseorang yang membuka stan seni lukis tinta bak di arena Pasar Semawis tepat di depan rumahnya.

Sayangnya, ia mengungkapkan, seni lukis ini masih membutuhkan regenerasi. Pasalnya belum banyak anak muda yang menggeluti seni lukis semacam yang kini telah menjadi aset penting di Kota Semarang. (puji - harian semarang)
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.


Desakundi

[Desakundi][threecolumns]

Pendidikan

[Pendidikan][list]

Ekonomi

[Ekonomi][grids]

Politik

[Politik][bsummary]

Oase

[Oase][threecolumns]
Create gif animations. Loogix.com. Animated avatars. Animated avatar. Motley Animated avatar. Gif animator. Animated avatar. Gif animator. Zoom Gif animator. Motley Create gif animations. Zoom Animated avatar. Movie Create gif animations. Gif animator. Zoom Animated avatar. Loogix.com. Animated avatars. Negative Animated avatar. Zoom Rumah Zakat Animated avatar. Negative Babyface, Harian Semarang liquid executive club, tonitok rendezvous