Dinikah Siri lalu Ditinggal Bunuh Diri
JIKA terjadi zina, perempuanlah yang cenderung jadi korban. Tetapi meski fakta ini terus ada dan selalu diingatkan, nyatanya tak berkurang jumlah wanita yang terjerumus ke lembah dosa. Berpacaran sampai kebablasan.
Sri (18), sebut saja begitu, tak bisa berbuat apa-apa selain menyesali perbuatannya. Seraya berusaha minta ampun dan bertobat atas segala salahnya. Perempuan yang belum lama melahirkan anak ini harus jadi janda yang menderita. Usai jadi perawan hamil di luar nikah, ia harus jadi istri siri. Lalu jadi janda karena ditinggal mati.
Tahun lalu, semasa masih sekolah di SLTA, dia tak bisa menjaga moral. Masa pubertas ia turuti sesuka hati. Berpacaran dengan temannya lain kelas secara ngawur, sebut saja Paijo. Setiap hari dia isi waktunya dengan berduaan.
Sri (18), sebut saja begitu, tak bisa berbuat apa-apa selain menyesali perbuatannya. Seraya berusaha minta ampun dan bertobat atas segala salahnya. Perempuan yang belum lama melahirkan anak ini harus jadi janda yang menderita. Usai jadi perawan hamil di luar nikah, ia harus jadi istri siri. Lalu jadi janda karena ditinggal mati.
Tahun lalu, semasa masih sekolah di SLTA, dia tak bisa menjaga moral. Masa pubertas ia turuti sesuka hati. Berpacaran dengan temannya lain kelas secara ngawur, sebut saja Paijo. Setiap hari dia isi waktunya dengan berduaan.
Sepulang sekolah, setiap hari libur, maupun malam minggu, kemana-mana mencari kesenangan. Berboncengan sepeda motor penuh kemesraan.
Seperti nasihat orangtua, apabila lelaki dan perempuan berduaan di tempat sepi, setan pasti menemani. Demikianlah, karena lengket begitu rekat, Sri dan Paijo tak kuasa menahan nafsu. Mereka memadu birahi di mana saja setiap ada kesempatan. Orang tua mereka, sebagaimana kebanyakan orang tua zaman sekarang, cenderung kurang tegas pada anak. Boro-boro memberi
bekal keimanan, mereka malah memberi fasilitas sepeda motor dan menuruti setiap permintaan uang anaknya.
Sampailah akhirnya, Sri hamil. Saking longgarnya pengawasan, kehamilannya baru diketahui ketika masuk bulan keenam. Dari pengakuan Sri, terpaksa bapak dan ibunya mengajak rembugan orangtua Paijo. Dua keluarga bertemu baru menyadari kesalahan masing-masing. Sebagai solusi terbaik, dipaksalah Paijo menikahi Sri.
Namun karena belum cukup umur sesuai undangundang (nomor 1 tahun 1974), perkawinan karena kecelakaan (Married by Accident) itu dilangsungkan secara tergesa-gesa dan tersembunyi. Alias nikah siri.
Atas perintah kedua orang tua masing-masing, pasangan yang telah drop out dari sekolahnya, dikontrakkan sebuah rumah di luar kampung mereka. Agar aib keluarga tidak terlalu kelihatan.
Setelah dua bulan menikah, Sri melahirkan. Mengubah statusnya menjadi seorang ibu. Mau tidak mau ia rawat bayinya. Sementara Paijo yang tak siap mental, stres memikirkan cara mencari nafkah.
Diduga karena stres soal pekerjaan itulah, belum lama ini Paijo nekat bunuh diri. Mayatnya ditemukan di pinggir kali di sebuah kecamatan di sebelah barat Purwodadi.
Jadilah Sri janda yang menderita. Maka, semakin benarlah apa yang ditulis dalam kitab suci. Barang siapa yang menyatukan tubuh sebelum menyatukan hati, maka perpisahan mudah terjadi. Pikirlah dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada arti. Untuk di dunia ini, lebih-lebih di akhirat nanti. (ichwan-harian semarang)
Seperti nasihat orangtua, apabila lelaki dan perempuan berduaan di tempat sepi, setan pasti menemani. Demikianlah, karena lengket begitu rekat, Sri dan Paijo tak kuasa menahan nafsu. Mereka memadu birahi di mana saja setiap ada kesempatan. Orang tua mereka, sebagaimana kebanyakan orang tua zaman sekarang, cenderung kurang tegas pada anak. Boro-boro memberi
bekal keimanan, mereka malah memberi fasilitas sepeda motor dan menuruti setiap permintaan uang anaknya.
Sampailah akhirnya, Sri hamil. Saking longgarnya pengawasan, kehamilannya baru diketahui ketika masuk bulan keenam. Dari pengakuan Sri, terpaksa bapak dan ibunya mengajak rembugan orangtua Paijo. Dua keluarga bertemu baru menyadari kesalahan masing-masing. Sebagai solusi terbaik, dipaksalah Paijo menikahi Sri.
Namun karena belum cukup umur sesuai undangundang (nomor 1 tahun 1974), perkawinan karena kecelakaan (Married by Accident) itu dilangsungkan secara tergesa-gesa dan tersembunyi. Alias nikah siri.
Atas perintah kedua orang tua masing-masing, pasangan yang telah drop out dari sekolahnya, dikontrakkan sebuah rumah di luar kampung mereka. Agar aib keluarga tidak terlalu kelihatan.
Setelah dua bulan menikah, Sri melahirkan. Mengubah statusnya menjadi seorang ibu. Mau tidak mau ia rawat bayinya. Sementara Paijo yang tak siap mental, stres memikirkan cara mencari nafkah.
Diduga karena stres soal pekerjaan itulah, belum lama ini Paijo nekat bunuh diri. Mayatnya ditemukan di pinggir kali di sebuah kecamatan di sebelah barat Purwodadi.
Jadilah Sri janda yang menderita. Maka, semakin benarlah apa yang ditulis dalam kitab suci. Barang siapa yang menyatukan tubuh sebelum menyatukan hati, maka perpisahan mudah terjadi. Pikirlah dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada arti. Untuk di dunia ini, lebih-lebih di akhirat nanti. (ichwan-harian semarang)
Labels
Romantika
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.