Kerajinan Tenun Lidi Warga Tandang
Dari Tempat CD, Baki Lamaran Hingga Keranjang Parsel
BISNIS kerajinan sebenarnya memiliki nilai seni yang cukup mahal harganya. Karena tidak semua orang mampu melakukan bila tidak memiliki keahlian. Sedikit mengintip kerajinan yang ada di kampungkampung di Semarang, mungkin bisa menjadi gambaran. Siapa tahu nantinya bisa membuka usaha sendiri seperti mereka. Seperti yang dilakukan Kelompok Usaha Sahabat ‘Craft’ ini.
Mereka adalah warga RW 13 Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang, yang bergerak di bidang kerajinan tangan. Kerajinan yang mereka buat berbahan dasar dari tenun lidi, yang diolah menjadi benda yang memiliki nilai jual tinggi.
Kelompok yang dimotori Solikin (40) warga RT 04/RW 13 ini berawal dari pelatihan yang diperolehnya dari Kota Solo. Kemudian, setelah mendapat ilmu untuk membuat benda dari tenun lidi, dia pun membentuk kelompok usaha yang beranggotakan warga sekitar.
Tahun 2007 kelompok usaha ini mulai dikembangkan. Solikin menuturkan, sebelumnya usaha ini dilakukan oleh warga dengan sistem rumahan yang ditujukan khusus kaum ibu. Maksudnya, agar warga bisa mengerjakan kerajinan tersebut di rumah tanpa mengganggu aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga.
“Daripada ibu rumah tangga hanya nongkrong saja, lebih baik diberdayakan untuk menambah penghasilan keluarga, namun dengan cara ini tidak sesuai dengan yang diharapkan,” katanya.
Dituturkan, dalam pengerjaan kerajinan tangan tersebut dilakukan di kediaman Slamet warga RT 04/ RW 13 yang dijadikan workshop.
Benda-benda yang diciptakan Solikin beserta warga lainnya, cukup beragam. Mulai dari kotak penyimpan CD, baki lamaran, keranjang parsel. Namun, yang sudah cukup dikenal masyarakat yakni kotak penyimpan CD yang telah dipasarkan hingga ke Kota Solo. Sedangkan yang lainnya masih tergantung pemesanan saja.
Selain warga RW 13, ternyata dalam kelompok ini juga terdapat dua anak yang putus sekolah akibat himpitan ekonomi yang dialami keluarganya.
“Dia datang sendiri kesini meminta pekerjaan, awalnya kita memang agak berat menerima dia karena takut dikira mempekerjakan anak dibawah umur,” katanya.
Namun, karena memang sudah keinginan dia, maka Slamet pemilik workshop pun mengijinkan untuk bekerja dan dia tetap meneruskan pendidikan dengan mengikuti kejar paket B. salah satunya, Asih Triani (14) warga RW 13.
Solikin menambahkan, hasil kerajinanya biasanya dijual antara Rp 15-25 ribu dan cukup terjangkau. Untuk penghasilannya setiap bulannya bisa mencapai Rp 500.000 – Rp 1.000.000. (wara merdekawati)
BISNIS kerajinan sebenarnya memiliki nilai seni yang cukup mahal harganya. Karena tidak semua orang mampu melakukan bila tidak memiliki keahlian. Sedikit mengintip kerajinan yang ada di kampungkampung di Semarang, mungkin bisa menjadi gambaran. Siapa tahu nantinya bisa membuka usaha sendiri seperti mereka. Seperti yang dilakukan Kelompok Usaha Sahabat ‘Craft’ ini.
Mereka adalah warga RW 13 Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang, yang bergerak di bidang kerajinan tangan. Kerajinan yang mereka buat berbahan dasar dari tenun lidi, yang diolah menjadi benda yang memiliki nilai jual tinggi.
Kelompok yang dimotori Solikin (40) warga RT 04/RW 13 ini berawal dari pelatihan yang diperolehnya dari Kota Solo. Kemudian, setelah mendapat ilmu untuk membuat benda dari tenun lidi, dia pun membentuk kelompok usaha yang beranggotakan warga sekitar.
Tahun 2007 kelompok usaha ini mulai dikembangkan. Solikin menuturkan, sebelumnya usaha ini dilakukan oleh warga dengan sistem rumahan yang ditujukan khusus kaum ibu. Maksudnya, agar warga bisa mengerjakan kerajinan tersebut di rumah tanpa mengganggu aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga.
“Daripada ibu rumah tangga hanya nongkrong saja, lebih baik diberdayakan untuk menambah penghasilan keluarga, namun dengan cara ini tidak sesuai dengan yang diharapkan,” katanya.
Dituturkan, dalam pengerjaan kerajinan tangan tersebut dilakukan di kediaman Slamet warga RT 04/ RW 13 yang dijadikan workshop.
Benda-benda yang diciptakan Solikin beserta warga lainnya, cukup beragam. Mulai dari kotak penyimpan CD, baki lamaran, keranjang parsel. Namun, yang sudah cukup dikenal masyarakat yakni kotak penyimpan CD yang telah dipasarkan hingga ke Kota Solo. Sedangkan yang lainnya masih tergantung pemesanan saja.
Selain warga RW 13, ternyata dalam kelompok ini juga terdapat dua anak yang putus sekolah akibat himpitan ekonomi yang dialami keluarganya.
“Dia datang sendiri kesini meminta pekerjaan, awalnya kita memang agak berat menerima dia karena takut dikira mempekerjakan anak dibawah umur,” katanya.
Namun, karena memang sudah keinginan dia, maka Slamet pemilik workshop pun mengijinkan untuk bekerja dan dia tetap meneruskan pendidikan dengan mengikuti kejar paket B. salah satunya, Asih Triani (14) warga RW 13.
Solikin menambahkan, hasil kerajinanya biasanya dijual antara Rp 15-25 ribu dan cukup terjangkau. Untuk penghasilannya setiap bulannya bisa mencapai Rp 500.000 – Rp 1.000.000. (wara merdekawati)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.