Wijaya Trikoranto, Camat Semarang Selatan
Pernah Juara
MELIHAT penampilannya yang sederhana dan pendiam, pasti sebagian orang tidak menyangka jika Camat Semarang Selatan Wijaya Trikoranto dulunya adalah seorang atlit tenis. Olahraga perorangan ini, telah digelutinya semenjak duduk di bangku sekolah dasar.
Dengan kemampuannya itu, dia juga pernah menjadi finalis Porda Jateng tahun 1988. “Sejak kecil saya sudah senang tenis, dan kebetulan ayah saya juga hobi bermain tenis,” ujar saat ditemui di ruang kerjanya kemarin.
Diakuinya, sosok sang ayah memiliki peran besar dalam mengasah potensinya sebagai atlit tenis. Di manapun berada, orangtua selalu menurunkan bakatnya kepada salah satu anaknya.
“Kebetulan pelatihnya ayah saya sendiri, dan dari SD sudah diperbolehkan mengikuti kejuaraan tenis. Saat kelas 5 SD saya pernah jadi juara 3 kategori single dan juara 2 kategori dobel pada kejuaraan tingkat Jateng,” ucap pria lulusan APDN angkatan 1986 ini.
Dikatakan, hampir semua olahraga dirinya mampu melakukannya dan kebetulan juga hobi. Namun sang ayah lebih memfokuskan kepandaiannya ke arah olahraga tenis daripada olah raga lain.
Selain itu, dirinya pun sempat dikontrak untuk mengikuti Porda di Sumatera Barat. “Saya pernah dikontrak main disana. Olahraga tenis memang relatif susah karena harus menggunakan perasaan dalam bermain dan emosi harus dapat dikendalikan, itu kuncinya,” katanya.
Dituturkan, dari olahraga, pendidikan sebenarnya juga lebih diutamakan, karena jika menjadi seoarang atlit masa depan kurang menjanjikan. “Tidak boleh fokus di olahraga saja, olahraga itu cuma menunjang saja,” ucapnya. (dayat)
MELIHAT penampilannya yang sederhana dan pendiam, pasti sebagian orang tidak menyangka jika Camat Semarang Selatan Wijaya Trikoranto dulunya adalah seorang atlit tenis. Olahraga perorangan ini, telah digelutinya semenjak duduk di bangku sekolah dasar.
Dengan kemampuannya itu, dia juga pernah menjadi finalis Porda Jateng tahun 1988. “Sejak kecil saya sudah senang tenis, dan kebetulan ayah saya juga hobi bermain tenis,” ujar saat ditemui di ruang kerjanya kemarin.
Diakuinya, sosok sang ayah memiliki peran besar dalam mengasah potensinya sebagai atlit tenis. Di manapun berada, orangtua selalu menurunkan bakatnya kepada salah satu anaknya.
“Kebetulan pelatihnya ayah saya sendiri, dan dari SD sudah diperbolehkan mengikuti kejuaraan tenis. Saat kelas 5 SD saya pernah jadi juara 3 kategori single dan juara 2 kategori dobel pada kejuaraan tingkat Jateng,” ucap pria lulusan APDN angkatan 1986 ini.
Dikatakan, hampir semua olahraga dirinya mampu melakukannya dan kebetulan juga hobi. Namun sang ayah lebih memfokuskan kepandaiannya ke arah olahraga tenis daripada olah raga lain.
Selain itu, dirinya pun sempat dikontrak untuk mengikuti Porda di Sumatera Barat. “Saya pernah dikontrak main disana. Olahraga tenis memang relatif susah karena harus menggunakan perasaan dalam bermain dan emosi harus dapat dikendalikan, itu kuncinya,” katanya.
Dituturkan, dari olahraga, pendidikan sebenarnya juga lebih diutamakan, karena jika menjadi seoarang atlit masa depan kurang menjanjikan. “Tidak boleh fokus di olahraga saja, olahraga itu cuma menunjang saja,” ucapnya. (dayat)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.