BKKBN Perlu Tambahan Penyuluh KB
SEKRETARIS Utama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (Sestani BKKBN) Pusat, Sudibyo Alimoeso mengatakan, jumlah penyuluh KB Indonesia saat ini menurun drastis. Beberapa tahun lalu jumlah penyuluh mencapai 25.000 orang, kini jumlahnya hanya 17.000 orang.
“Kondisi tersebut sangat jauh dari jumlah ideal yang diharapkan. Idealnya satu desa ada satu orang penyuluh, sehingga total penyuluh yang diharapkan seharusnya 70.611,” kata Sudibyo, beberapa waktu lalu.
Sudibyo mengatakan, kurangnya tenaga penyuluh ini telah menyebabkan program KB di desa-desa khususnya desa tertinggal tidak jalan. Akibatnya, sejumlah daerah banyak terdapat kasus ibu meninggal saat melahirkan. “Selain itu dalam satu keluarga memiliki anak lebih dari dua," ujarnya.
Dia merasa prihatin angka kematian ibu melahirkan di Indonesia memiliki rekor dalam satu jam ada dua ibu melahirkan meninggal dunia atau sekitar 300 jiwa per 100.000 ibu melahirkan. Negara Singapura angka kematian ibu lima per 100.000 dan Malaysia 20 per 100.000. “Kita hanya unggul dari negara-negara miskin di Afrika," katanya.
Dikatakan, penyebab terjadinya kematian ibu melahirkan yang tinggi antara lain karena pengetahuan masyarakat tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Kasus ini sebagian besar terjadi pada keluarga miskin, yaitu tidak memiliki akses informasi yang cukup.
Oleh karena itu, Sudibyo menginginkan untuk menarik kembali minat masyarakat menjadi tenaga penyuluh KB. Caranya dengan menempatkan profesi penyuluh KB dalam status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
“Hal tersebut akan diusulkan dan dibahas dengan instansi terkait seperti Departemen Dalam Negeri dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara,” jelasnya. (*)
“Kondisi tersebut sangat jauh dari jumlah ideal yang diharapkan. Idealnya satu desa ada satu orang penyuluh, sehingga total penyuluh yang diharapkan seharusnya 70.611,” kata Sudibyo, beberapa waktu lalu.
Sudibyo mengatakan, kurangnya tenaga penyuluh ini telah menyebabkan program KB di desa-desa khususnya desa tertinggal tidak jalan. Akibatnya, sejumlah daerah banyak terdapat kasus ibu meninggal saat melahirkan. “Selain itu dalam satu keluarga memiliki anak lebih dari dua," ujarnya.
Dia merasa prihatin angka kematian ibu melahirkan di Indonesia memiliki rekor dalam satu jam ada dua ibu melahirkan meninggal dunia atau sekitar 300 jiwa per 100.000 ibu melahirkan. Negara Singapura angka kematian ibu lima per 100.000 dan Malaysia 20 per 100.000. “Kita hanya unggul dari negara-negara miskin di Afrika," katanya.
Dikatakan, penyebab terjadinya kematian ibu melahirkan yang tinggi antara lain karena pengetahuan masyarakat tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Kasus ini sebagian besar terjadi pada keluarga miskin, yaitu tidak memiliki akses informasi yang cukup.
Oleh karena itu, Sudibyo menginginkan untuk menarik kembali minat masyarakat menjadi tenaga penyuluh KB. Caranya dengan menempatkan profesi penyuluh KB dalam status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
“Hal tersebut akan diusulkan dan dibahas dengan instansi terkait seperti Departemen Dalam Negeri dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara,” jelasnya. (*)
Labels
Berita
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.