Produsen Mebel Pangkas Harga
Produsen mebel Jateng mulai memangkas harga untuk kebutuhan ekspor khususnya Eropa, menyusul melemahnya daya beli masyarakat di berbagai negara di kawasan itu dan Cina akan menjadi pasar yang potensial.
Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Jateng Anggoro Rahmadiputro mengatakan harga jual untuk pasar ekspor terpaksa diturunkan berkisar 5%-10% per unit dari harga normal, guna menyesuaikan kemampuan daya beli masyarakat.
“Permintaan penurunan harga dari buyer lebih besar dari 10%. Namun sulit dipenuhi, meski telah diketahui Eropa masih dilanda gonjang-ganjing, sehingga daya beli ini turun,” ujarnya kemarin.
Dia menuturkan harga meja ruang tamu misalnya, yang semula dibanderol sekitar US$70 per unit, kini diturunkan menjadi sebesar US$63-US$65 per unit. Namun, lanjutnya, pemangkasan harga hanya dikenakan pada item mebeler dengan ukuran besar, sedangkan item kecil tidak dikenai potongan harga, karena sudah jauh lebih rendah dari harga normal.
“Misalnya untuk vas bunga kecil yang harganya hanya US$20 per unit, itu tidak kami potong harganya karena keuntungannya sudah tipis. Tapi, untuk barang besar, seperti almari atau cabinet yang harganya di atas US$100 per unit, itu bisa didiskon,” tuturnya.
Pertahankan Relasi
Anggoro mengatakan, penurunan harga itu tidak mendongkrak permintaan secara signifikan, tetapi paling tidak mampu mempertahankan hubungan dagang dengan buyer di Benua Biru itu.
“Sebetulnya kami tidak kompromi soal harga, karena margin yang sudah tipis. Tapi untuk mempertahankan relationship, akhirnya perlu untuk menyesuaikan harga,” ujarnya. Dia menuturkan untuk menyiasati penurunan harga jual, pihaknya melakukan penyesuaian bahan baku, misalnya dari yang semula menggunakan kayu mahoni, diganti dengan kayu jenis lain yang lebih murah, tetapi kualitas sama.
“Mahoni kami ganti dengan kayu Jawa atau kayu pohon buah, meski kualitasnya sama, namun bahan baku ini belum sepopuler mahoni,” tuturnya. Dia memprediksikan ekspor mebel ke negara di kawasan Eropa tahun ini tidak sebaik tahun lalu, karena krisis utang di Zona Euro belakangan semakin memburuk.
Ekspor kayu dan barang dari kayu Jateng pada Januari-November 2011 mencapai US$610,37 juta dengan serapan Eropa mencapai 40%. “Target kami tidak berlebihan. Untuk bertahanpun masih sulit, nampaknya cukup berat untuk bisa sama seperti tahun lalu,” tuturnya.
Dia mengatakan selain memangkas harga jual untuk ekspor Eropa yang kian lesu, pihaknya juga mulai membidik pasar China yang kini sangat potensial, mengingat negeri Tirai Bambu ini mampu menyerap 10% dari ekspor mebel nasional. (tab)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.