Berita

[Berita][bleft]

Artikel

[Ekonomi][twocolumns]

Nguri-uri Bahasa Jawa Lewat Kursus Panatacara

NGURI-URI BAHASA: Peserta mendapatkan materi ‘Basa Tuwin Sastra’ yang disampaikan Drs Suyitno Pamungkas, pengurus pusat bidang pendidikan
SUMURBOTO-Budaya Jawa yang selama ini menjadi falsafah hidup masyarakat yang tercermin dalam tindakan dan menjadi jati diri, mulai luntur. Bahkan bahasa Jawa yang menjadi bahasa sehari-hari sudah mulai terlupakan. Bahkan masyarakat hanya tahu bahasa Jawa ngoko atau kasar. Sangat disayangkan bila keunikan sebuah adat budaya mulai menghilang begitu saja tergerus jaman.

Melihat kondisi itu, Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia (Permadani) Sub Banyuelang (Banyumanik dan Tembalang), berusaha menumbuhkan kecintaan terhadap kebudayaan melalui ‘Pawiyatan Panatacara Tuwin Pamedhar Sabdo’ atau kursus Panatacara.

Permadani sudah terbentuk pada 4 Juli 1984. Sedangkan Banyuelang ditambahkan karena bagian dari Permadani yang berada di wilayah Banyumanik-Tembalang. Selain Banyuelang, masih ada beberapa sub lainya di Kota Semarang yakni, Sarinungan (Tlogosari,Genuk,Pedurungan), Tengahrati (Semarang Tengah, Semarang Utara dan Semarang Timur).

Menurut Seksi Pawiyatan Banyuelang, Matkirom, budaya merupakan apa yang terjadi di masyarakat, sehingga budaya yang dimiliki harus tetap dijaga. “Karena budaya menjadi jati diri bangsa,” ungkapnya.

Kelas kursus Panatacara ini dibuka untuk melestarikan adat budaya Jawa. Para peserta didiknya datang dari berbagai kalangan. Mulai dari mahasiswa, pegawai kantoran, supir, anggota Polri dan TNI hingga pensiunan.
Bertempat di balai Kelurahan Sumurboto, Banyumanik selama lima bulan, para peserta akan mendapatkan berbagai materi dari sejumlah pakar budaya Jawa. Seperti mengenal tatacara busana khas Jawa dalam ngedi busana, kemudian gendhing Jawa dalam sekar dan gendhing, kepranatacaraan. Dan yang tidak ketinggalan subasita atau budi pekerti.

“Saat ini kita juga baru menggagas program pembelajaran pamarsudi boso membedah bahasa Jawa,” katanya.

Dia mengatakan, salah satu pelajaran yang paling penting adalah Subasita atau Budi pekerti. Dalam pelajaran ini penting karena memberikan tatakrama dan unggah-ungguh agar tidak ditinggalkan. ”Budaya itu,  berawal dari budi pekerti dan tingkah laku kita yang bagus,” jelasnya.

Untuk materi yang diberikan, 60 persen praktik dan 40 persen teori. Usai mereka mendapatkan materi secara keseluruhan, diakhiri rangkaian akan ada purwo wiyoto atau wisuda. Ditandai dengan masing-masing peserta akan mempraktekkan apa yang telah mereka dapat selama kursus tersebut.

Salah satu peserta kursus Ari Haryoko mengaku, meski dirinya dilahirkan di Jawa Tengah, dan untuk bahasa sehari-hari menggunakan bahasa Jawa, namun, masih banyak kosakata yang baru diketahui setelah mengikuti pendidikan.

“Mengikuti kegiatan ini ingin mengenal lebih jauh tetang bahasa Jawa dan “nguri-uri” budaya Jawa yang selama ini sudah banyak ditinggalkan,” ungkapnya. (wam/12)

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.


Desakundi

[Desakundi][threecolumns]

Pendidikan

[Pendidikan][list]

Ekonomi

[Ekonomi][grids]

Politik

[Politik][bsummary]

Oase

[Oase][threecolumns]
Create gif animations. Loogix.com. Animated avatars. Animated avatar. Motley Animated avatar. Gif animator. Animated avatar. Gif animator. Zoom Gif animator. Motley Create gif animations. Zoom Animated avatar. Movie Create gif animations. Gif animator. Zoom Animated avatar. Loogix.com. Animated avatars. Negative Animated avatar. Zoom Rumah Zakat Animated avatar. Negative Babyface, Harian Semarang liquid executive club, tonitok rendezvous