Garam Wedung Berkelana Hingga Luar Kota
GUNAKAN PERAHU: Untuk menghemat biaya pengiriman garam, warga menggunakan transportasi laut.(HARSEM/SUKMA WIJAYA) |
DEMAK-Desa Kedung Mutih Kecamatan Wedung mampu memproduksi garam berkualias. Bahkan garam beryodium Kedung Mutih diakui lebih enak dibanding impor. Rasa asinnya alami, bukan asin-pahit.
Julukan Kedung Mutih sebagai sentra garam Demak bukan isapan jempol. Terbukti permintaan pengiriman garam beryodium hingga puluhan ton ke berbagai wilayah di Jawa Tengah hingga Jawa Barat.
Ketua Kelompok Pengolah Garam Wedung, Hamdan menjelaskan, pembuatan garam dilakukan secara alami tanpa ada campuran bahan kimia. Permintaan konsumen semakin meningkat. Seperti Indramayu Subang, setiap bulan memesan hingga 3.000 pak atau 7,5 ton.
Menyusul permintaan di Jepara, setiap hari satu ton selalu habis. Permintaan tersebut belum termasuk dalam kota Demak meliputi 2.000 kios dan los di pasar-pasar hingga sehari pihaknya mensuplai hingga 4.000 pak. Harganya relatif murah sekitar Rp 500 rupiah per kilogram.
“Karena rasa asinnya alami, bukan asin-pahit, maka garam Wedung banyak diminati masyarakat,” jelas Hamdan.
Dari kondisi tersebut, pihaknya yang tergabung dalam Gudang Garam Wedung berani menargetkan Juli 2012 mendatang garam Wedung akan menguasai pasar garam hingga 90 persen. Saat ini, garam Wedung sudah menguasai 60% pasar.
Kendati garam Wedung mampu mewujudkan program Gubernur Jateng Bibit Waluyo yaitu swasembada garam komsumsi beryodium yang masuk sasaran rumah tangga, namun persoalan si Desa Kedung Mutih sangat serius, diantaranya abrasi dan rob air laut yang sudah menelan hingga 200 hektar areal tambak, ditakutkan akan menyusul lahan produksi garam terendam laut.
Selain itu, petani garam masih dipusingkan fluktuatif harga ketika terjadi panen raya. Akibat stok melimpah saat panen raya, harga anjlok.
Untuk mengantisipasi fluktuasi harga, warga Kedung Mutih pernah mendesak pemerintah untuk dibuatkan resi gudang seperti di Desa Mulyorejo Demak. Sehingga garam rakyat bisa disimpan di gudang sampai harga kembali normal.
Beruntung sebuah koperasi setempat, yaitu KSU ‘Margi Rahayu’ sudi membuat program pinjaman petani dalam masa paceklik. Sehingga petani tidak harus menjual garamnya dengan harga rendah. Namun bisa menggunakan pinjaman koperasi untuk biaya hidup keluarganya sementara.
Ketua KSU ‘Margi Rahayu’, Hanjawi Anwar membenarkan adanya program simpan-pinjam untuk masa paceklik. “Namun aset modal kami hanya Rp 2 miliar belum bisa melayani permintaan pinjaman hingga Rp 3 miliar,” katanya. (swi/16)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.