Kualitas Pasar Bulu Kacau
Rombongan anggota Dewan Komisi B DPRD Kota ketika menginspeksi pekerjaan Pasar Bulu didampingi Dinas Pasar Semarang, Rabu ( 9/1 ). HARSEM/INDRA PRABAWA |
Kualitas proyek pembangunan Pasar Bulu dipertanyakan dan dinilai jauh di bawah standar. Komisi B DPRD minta Dinas Pasar menegur kontraktor untuk memperbaikinya.
BERDASARKAN hasil pengamatan Komisi B DPRD Kota Semarang di lapangan, kemarin, yang menunjukkan adanya sejumlah indikasi buruknya kualitas bangunan yang dibiayai oleh APBD Kota Semarang sebesar Rp 28 M, belum termasuk bantuan Kementerian Perdagangan dan Pemprov Jateng.
Dikatakan anggota Komisi B DPRD Kota Semarang, Agung Priyambodo, konstruksi Pasar Bulu sekarang hasilnya jauh di bawah kualitas bangunan lama. “Bangunan ini di tengah kota, dengan biaya yang sangat mahal, tapi hasilnya jauh sekali di bawah kualitas bangunan lama, sangat jelek dan tidak rapi,” ujar Agung Priyambodo usai meninjau Pasar Bulu.
Dari hasil pengamatannya lagi, menunjukkan banyak tiang beton yang keropos, dilihat dari pilar tidak ada yang lurus dari atas ke bawah. “Saya menilai bangunan ini tidak layak disandingkan dengan rumah dinas Gubernur Jateng, Museum Mandala Wana Bhakti, dan Lawang Sewu,” imbuhnya.
Untuk itu dia meminta agar Dinas Pasar Kota Semarang segera menegur kontraktor agar memperbaiki kualitas bangunan. “Sungguh disayangkan bangunan yang berada di tengah kota namun konstruksinya asal-asalan. Selagi masih ada waktu, mestinya segera diperbaiki kualitasnya,” ujar politisi asal Partai Golkar ini.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Komisi B DPRD Kota Semarang Yearzy Ferdian. Pembangunan Pasar Bulu memang jauh dari harapan ketika pemkot ingin merenovasi pasar yang berada di tengah kota itu. Selain masalah bangunan, penyelesaian pembangunan yang tidak tepat waktu juga menunjukkan tidak sinkronnya antara perencanaan dengan kondisi di lapangan. “Yang kasihan adalah pedagang pasar Bulu dan masyarakat Semarang yang selama ini menjadi konsumen setia. Mereka harus rela berdesak-desakan di kios darurat,” ujar Yearzy.
Janji penyelesaian selama setahun ternyata tidak ditepati, sehingga pedagang tidak leluasa mengembangkan usahanya. “Rolling door kualitasnya juga tidak bagus, terlalu tipis hanya 0,04 mm. Kondisi ini rentan terhadap usia, batasan minimal rolling door paling tidak 1 mm, harus sesuai spesifikasinya agar kualitasnya sesuai kontrak pemkot dengan pihak rekanan,” ujarnya.
Dewan juga meminta Dinas Pasar segera melakukan sosialisasi pada para pedagang dan masyarakat Jalan Tjokroaminoto sekitar pasar relokasi pedagang, terkait belum selesainya pembangunan Pasar Bulu, sehingga pedagang akan lebih lama lagi bertahan di jalan tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinas Pasar Kota Semarang Nugroho Joko Purwanto yang kemarin mendampingi Komisi B menyatakan siap melaksanakan apa yang disampaikan oleh Komisi B.
“Soal kualitas bangunan tentu sudah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam kontrak. Termasuk soal rolling door,” ujar Nugroho.
Demikian juga dengan sosialisasi pada pedagang sudah dilakukan pihaknya beberapa kali sepanjang bulan November-Desember lalu. Hasilnya pedagang sepakat bertahan di kios darurat sampai bangunan selesai 100 persen.
Ditambahkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPKOM) proyek Pasar Bulu, Nurcholis ST, proyek terlambat karena pada awal dikerjakan, kontraktor terbentur pada persiapan lahan. “Sesuai dengan kontrak, lahan sudah siap dikerjakan, namun kenyataan di lapangan masih ada pondasi bangunan lama yang terbuat dari beton, harus dibongkar dulu, tentu memakan waktu,” tandasnya. (lif/sae)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.