Harga Makanan dan Minuman Naik 10%
Pedagang sedang menata kue kering di Pasar Johar Semarang, kemarin. Pada awal 2013, harga makanan dan minuman mengalami kenaikan harga antara 5%-10% (SM/Fista Novianti ) |
SEMARANG-Membanjirnya produk impor dan naiknya tarif dasar listrik (TDL) turut mempengaruhi kenaikan harga makanan dan minuman. Sejumlah produsen makanan minuman bahkan telah menaikkan harga antara 5%-10% di awal Februari tahun ini.
''Kenaikan harga disebabkan meningkatnya biaya produksi yang harus ditanggung perusahaan. Sementara di sisi lain, pengusaha lokal harus menghadapi ancaman makanan minuman produk impor yang sekarang ini banyak membanjiri pasar dalam negeri. Belum lagi, kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif dasar listrik,'' ungkap Wakil Direktur Utama PT Sierad Produce Tbk, Eko Sandjojo kemarin.
Selama ini, perusahaannya mengolah produk daging olahan seperti bakso dan sosis. Awal tahun ini, Eko telah menaikkan produknya tak lebih dari 10%. Sementara, untuk menekan biaya produksi ia berupaya mengantisipasi memproduksi makanan olahan dengan ukuran lebih beragam. Bila saat ini rata-rata produk PT Sierad berukuran 1 kilogram nanti akan dibuat ukuran lebih kecil yakni 0,25 kilogram. Saat ini, harga makanan olahan berbasis daging sapi seperti sosis senilai Rp 25.000/kg untuk kualitas rendah. Adapun harga sosis kualitas medium berkisar Rp 30.000 hingga Rp 35.000/kg, dan harga sosis kualitas premium di atas Rp 50.000/kg.
Pengusaha Kalila Snack, Wiwin Ariyani mengungkapkan, sebagai pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sangatlah berat untuk menaikkan harga. ''Sebab, kalau harga dinaikkan pelanggan akan lari mencari produk impor yang lebih murah,'' katanya.
Menurut dia, kompetitor dari negara lain yang produknya lebih murah terus berproduksi dan melebarkan pangsa pasarnya ke Indonesia. Selain itu, naiknya upah buruh sebesar 40% turut memberatkan sektor industri karena harus menambah biaya produksi. Dalam waktu bersamaan, tarif dasar listrik juga dinaikkan oleh pemerintah. Kebijakan ini tentu sangat memberatkan.
Dikatakan Wiwin, bagi industri makanan ada 4 komponen biaya yang esensial, yaitu bahan baku, bahan kemasan, biaya untuk buruh, serta biaya energi. Biaya ini di luar biaya logistik dan biaya distribusi. Ketika TDL dan upah buruh naik, apalagi dengan kenaikan UMR yang minimal naik 20%, maka pelaku industri makanan minuman pun terpaksa melakukan beberapa langkah antisipasi.
Pedagang kue kering, Rostini juga mengeluhkan naiknya harga aneka kue kecil yang dijajakannya di Pasar Johar. Hampir semua kue kering seperti nastar, kastengel, sus kering, bolu sus telah mengalami kenaikan harga antara Rp 5.000-Rp 10.000 per tiga kilogramnya. ''Naiknya harga dimulai sejak awal tahun ini. Pelanggan banyak yang komplain,'' keluhnya. (K14-SMNetwork/yul )
''Kenaikan harga disebabkan meningkatnya biaya produksi yang harus ditanggung perusahaan. Sementara di sisi lain, pengusaha lokal harus menghadapi ancaman makanan minuman produk impor yang sekarang ini banyak membanjiri pasar dalam negeri. Belum lagi, kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif dasar listrik,'' ungkap Wakil Direktur Utama PT Sierad Produce Tbk, Eko Sandjojo kemarin.
Selama ini, perusahaannya mengolah produk daging olahan seperti bakso dan sosis. Awal tahun ini, Eko telah menaikkan produknya tak lebih dari 10%. Sementara, untuk menekan biaya produksi ia berupaya mengantisipasi memproduksi makanan olahan dengan ukuran lebih beragam. Bila saat ini rata-rata produk PT Sierad berukuran 1 kilogram nanti akan dibuat ukuran lebih kecil yakni 0,25 kilogram. Saat ini, harga makanan olahan berbasis daging sapi seperti sosis senilai Rp 25.000/kg untuk kualitas rendah. Adapun harga sosis kualitas medium berkisar Rp 30.000 hingga Rp 35.000/kg, dan harga sosis kualitas premium di atas Rp 50.000/kg.
Pengusaha Kalila Snack, Wiwin Ariyani mengungkapkan, sebagai pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sangatlah berat untuk menaikkan harga. ''Sebab, kalau harga dinaikkan pelanggan akan lari mencari produk impor yang lebih murah,'' katanya.
Menurut dia, kompetitor dari negara lain yang produknya lebih murah terus berproduksi dan melebarkan pangsa pasarnya ke Indonesia. Selain itu, naiknya upah buruh sebesar 40% turut memberatkan sektor industri karena harus menambah biaya produksi. Dalam waktu bersamaan, tarif dasar listrik juga dinaikkan oleh pemerintah. Kebijakan ini tentu sangat memberatkan.
Dikatakan Wiwin, bagi industri makanan ada 4 komponen biaya yang esensial, yaitu bahan baku, bahan kemasan, biaya untuk buruh, serta biaya energi. Biaya ini di luar biaya logistik dan biaya distribusi. Ketika TDL dan upah buruh naik, apalagi dengan kenaikan UMR yang minimal naik 20%, maka pelaku industri makanan minuman pun terpaksa melakukan beberapa langkah antisipasi.
Pedagang kue kering, Rostini juga mengeluhkan naiknya harga aneka kue kecil yang dijajakannya di Pasar Johar. Hampir semua kue kering seperti nastar, kastengel, sus kering, bolu sus telah mengalami kenaikan harga antara Rp 5.000-Rp 10.000 per tiga kilogramnya. ''Naiknya harga dimulai sejak awal tahun ini. Pelanggan banyak yang komplain,'' keluhnya. (K14-SMNetwork/yul )
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.