Karena Harta Waris, Ia Menikahiku
Sebut saja namaku Tri, aku anak ketiga dari tiga bersaudara. Sejak kecil aku tak pernah mengenal ayah kandungku, karena ayah meninggal saat aku masih dalam kandungan. Saat aku berusia lima tahun ibu menikah lagi, tapi tak lama kemudian ayah tiriku juga meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Dan selama hidupku yang hampir berusia tigapuluh tahun aku tak pernah mengenyam kasih sayang seorang ayah.
Namun aku cukup berbahagia memiliki ibu yang bertanggung jawab dan sangat menyayangi aku. Walau tersendat dan dengan susah payah, ibu berhasil membiayai sekolahku sampai akhirnya aku tamat. Beberapa bulan kemudian aku juga berhasil diterima masuk kerja di sebuah perusahaan farmasi. Dengan gajiku yang tak seberapa besar aku bisa melanjutkan kuliah.
Setlah lulus, kerabataku memperkenalkan aku dengan seorang laki-laki tampan, sebut saja namanya Rio (bukan nama sebenarnya). Rio adalah anak tunggal dari keluarga yang sangat terhormat dan kaya. Menurut kerabatku Rio sedang mencari calon istri, itu sebabnya kerabatku itu memperkenalkanku dengan Rio dan berharap Rio akan tertarik denganku. Harus kuakui aku juga berharap Rio mau mempersunting aku menjadi istrinya, walaupun kelak aku akan ikut bersama Rio ke negeri seberang dan meninggalkan semua yang aku sayangi.
Entah apa yang membuat Rio akhirnya memutuskan untuk menikahiku. Yang jelas satu bulan setelah masa perkenalan, keluarga Rio datang untuk melamarku. Tapi ada hal aneh. Ia tak terlihat bahagia, seakan-akan pernikahan ini bukanlah hal yang istimewa baginya. Begitu pun saat malam pertama, aku sama sekali tak merasakan keindahan malam pertamaku.
Pada akhirnya, aku menjalani kehidupan rumah tangga penuh keganjilan, hingga pada suatu saat aku didatangi oleh seorang perempuan yang mengaku istri Rio, sebut saja namanya Riani. Ia datang dengan seribu tudingan terhadapku, tudingan yang menyebutku sebagai perebut suami orang, perampas harta waris yang akan didapat Rio. Ya ampun, aku betul-betul tidak mengerti
Esoknya aku bertanya kepada Rio tentang hal ini dan berharap ia menyangkal. Tapi ternyata Rio membenarkan semuanya, ia mengaku telah menikah siri dengan Riani sebelum ia menikahi aku secara resmi, “Tapi pernikahanku dengan Riani tak mendapat restu dari orang tuaku, dan aku diancam tak akan diakui lagi dalam keluargaku, makanya aku menikahi kamu, agar harta waris itu bisa aku dapatkan, dan aku hanya bisa mencintai Riani,”
Sakit hati, benci, marah dan kecewa bercampur menjadi satu. Aku merasa dibohongi, dikhianati dan ditipu oleh Rio. Bagaimana tidak aku telah mengorbankan banyak hal, termasuk meninggalkan ibu yang aku sayangi, meninggalkan pekerjaanku dan meninggalkan tanah kelahiranku demi menikah dengannya. Tapi apa yang kudapat? Bukan kebahagiaan yang aku dapatkan seperti harapanku semula, tetapi hanya kebohongan belaka.
Setelah semua yang aku alami, salahkah bila aku menyesal telah meninggalkan semua yang aku sayangi, pekerjaanku, dan kesempatan meraih masa depan yang cerah? Aku tahu, seharusnya kata-kata ini tak terucapkan, karena niatku menikah dengan Rio adalah ibadah. Tetapi kekecewaan ini sepertinya tak bisa menghapus rasa sesal itu, rasa selal karena Rio menikahiku hanya karena ia takut kehilangan harta warisan keluarganya. Terlebih ia terus menggantung status pernikahan ini, aku seperti hidup dalam neraka. (Dituturkan oleh Tri – bukan nama sebenarnya – yang sedang mengurus perceraian di Kantor KUA Semarang)
Namun aku cukup berbahagia memiliki ibu yang bertanggung jawab dan sangat menyayangi aku. Walau tersendat dan dengan susah payah, ibu berhasil membiayai sekolahku sampai akhirnya aku tamat. Beberapa bulan kemudian aku juga berhasil diterima masuk kerja di sebuah perusahaan farmasi. Dengan gajiku yang tak seberapa besar aku bisa melanjutkan kuliah.
Setlah lulus, kerabataku memperkenalkan aku dengan seorang laki-laki tampan, sebut saja namanya Rio (bukan nama sebenarnya). Rio adalah anak tunggal dari keluarga yang sangat terhormat dan kaya. Menurut kerabatku Rio sedang mencari calon istri, itu sebabnya kerabatku itu memperkenalkanku dengan Rio dan berharap Rio akan tertarik denganku. Harus kuakui aku juga berharap Rio mau mempersunting aku menjadi istrinya, walaupun kelak aku akan ikut bersama Rio ke negeri seberang dan meninggalkan semua yang aku sayangi.
Entah apa yang membuat Rio akhirnya memutuskan untuk menikahiku. Yang jelas satu bulan setelah masa perkenalan, keluarga Rio datang untuk melamarku. Tapi ada hal aneh. Ia tak terlihat bahagia, seakan-akan pernikahan ini bukanlah hal yang istimewa baginya. Begitu pun saat malam pertama, aku sama sekali tak merasakan keindahan malam pertamaku.
Pada akhirnya, aku menjalani kehidupan rumah tangga penuh keganjilan, hingga pada suatu saat aku didatangi oleh seorang perempuan yang mengaku istri Rio, sebut saja namanya Riani. Ia datang dengan seribu tudingan terhadapku, tudingan yang menyebutku sebagai perebut suami orang, perampas harta waris yang akan didapat Rio. Ya ampun, aku betul-betul tidak mengerti
Esoknya aku bertanya kepada Rio tentang hal ini dan berharap ia menyangkal. Tapi ternyata Rio membenarkan semuanya, ia mengaku telah menikah siri dengan Riani sebelum ia menikahi aku secara resmi, “Tapi pernikahanku dengan Riani tak mendapat restu dari orang tuaku, dan aku diancam tak akan diakui lagi dalam keluargaku, makanya aku menikahi kamu, agar harta waris itu bisa aku dapatkan, dan aku hanya bisa mencintai Riani,”
Sakit hati, benci, marah dan kecewa bercampur menjadi satu. Aku merasa dibohongi, dikhianati dan ditipu oleh Rio. Bagaimana tidak aku telah mengorbankan banyak hal, termasuk meninggalkan ibu yang aku sayangi, meninggalkan pekerjaanku dan meninggalkan tanah kelahiranku demi menikah dengannya. Tapi apa yang kudapat? Bukan kebahagiaan yang aku dapatkan seperti harapanku semula, tetapi hanya kebohongan belaka.
Setelah semua yang aku alami, salahkah bila aku menyesal telah meninggalkan semua yang aku sayangi, pekerjaanku, dan kesempatan meraih masa depan yang cerah? Aku tahu, seharusnya kata-kata ini tak terucapkan, karena niatku menikah dengan Rio adalah ibadah. Tetapi kekecewaan ini sepertinya tak bisa menghapus rasa sesal itu, rasa selal karena Rio menikahiku hanya karena ia takut kehilangan harta warisan keluarganya. Terlebih ia terus menggantung status pernikahan ini, aku seperti hidup dalam neraka. (Dituturkan oleh Tri – bukan nama sebenarnya – yang sedang mengurus perceraian di Kantor KUA Semarang)
Labels
Romantika
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.