Kelurahan Jatibarang
Sebelum menjabat Lurah Jatibarang pada tahun 2001, perempuan berjilbab ini dulunya pernah menjadi Seklur Mijen. Bagi Sri Rahayu, yang biasa disapa Bu Yayuk ini, wilayah Jatibarang bukanlah daerah yang asing lagi baginya.
Sebelum berdiri sendiri menjadi kelurahan pada 1993, dulu Jatibarang masuk Kelurahan Mijen. Kemudian terjadi pemekaran wilayah, karena bertambahnya penduduk dari waktu ke waktu. kelurahan Jatibarang terbentuk dari tiga kelurahan yaitu dua RW di Kelurahan Mijen, satu RW di Kelurahan Purwosari dan Kelurahan Kedungpane. Kelurahan tersebut terdiri dari empat RW dan 12 RT saja, terdiri dari kurang lebih empat ribu-an jiwa.
“Di sini memang masih warga asli semua, tak ada warga perumahan. Sedang pabrik-pabrik yang ada, bagian dari kawasan industri,” ungkap nenek satu cucu ini.
Dengan adanya industri, otomatis banyak warganya yang bekerja sebagai buruh pabrik. Namun juga banyak yang bekerja sebagai petani, karena masih banyak terdapat sawah dan hutan.
Saat memasuki musim hujan, banyak warga yang kembali menggarap sawahsawahnya, setelah beberapa waktu sempat terhenti karena musim kemarau panjang.
“Di sini sawahnya ada dua macam, sawah biasa dan tadah hujan. Selain itu, warga juga mulai menjalankan program penggemukan sapi dan kambing,” ujar ibu tiga anak itu.
Selain menggarap sawah, warga juga mengolah ladang yang bisa ditanami sayur mayur dan buah-buahan.
Bangun Kampung
Kendati sibuk berkutat dengan sawah dan hutan, tapi mereka tidak melupakan tugas lainnya untuk membangun kampung. Setiap kali ada program dari pemerintah, warga begitu antusias untuk membangun dan memajukan wilayahnya.
Sejauh ini program pembangunan wilayah di Kelurahan Jatibarang berjalan dengan baik, kendati masih ada janji dari dinas terkait, warga mengharapkan agar semuanya bisa terealisasi sesegera mungkin.
“Untuk rehab kantor kemarin, kita sudah mendapatkan talud, pengaspalan dan pavingisasi, yang merupakan dana dari kontingensi. Selain itu, kita juga sudah merehab tiga mushola dengan dana bantuan dan swadaya,” ungkapnya.
Namun masih ada sebagian jalan yang belum diaspal, menunggu pengaspalan dari DPU. “Kita juga minta drainase di sebelah timur kelurahan, tepatnya di RW 02 untuk dibenahi, mengantisipasi tanah longsor,” ungkapnya.
Diungkapkan Slamet Tri Sanyoto, Kasi Pembangunan, kendati wilayahnya tidak rawan bencana di musim hujan, hanya saja dinas terkait tetap diminta perhatiannya agar memperbaiki fasilitas publik yang ada.
Selama kelurahan itu berdiri, belum memiliki balai kelurahan yang berguna untuk segala macam kegiatan. Sejauh ini seperti diungkapkan Slamet, setiap kali ada pertemuan PKK dan pertemuan lainnya, selalu menggunakan aula kantor kelurahan.
“Kita sangat membutuhkan balai kelurahan. Memang ada rencana pembangunannya dari pemerintah, tapi sampai sekarang belum ada realisasinya. Kita berharap semoga nanti bisa punya balai kelurahan,” ungkapnya.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga umumnya memiliki sumur galian. Kendati kemarin sempat dilanda musim kemarau, warga tidak sampai mengalami kesulitan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih mereka.
“Alhamdulillah kemarin sumur-sumur warga tetap ada airnya. Kita bersuykur saja dengan apa yang diberikan Tuhan,” ungkapnya.
Selain mengandalkan sumur, warga RW 02 juga memanfaatkan pemandian umum untuk air minum, mencuci dan mandi. “Tahun ini kita sudah merenovasi pemandian umum itu, karena sampai sekarang masih banyak warga yang datang ke situ,” ungkapnya. (lissa febrina - harian semarang)
___________
Dipersilahkan jika ingin mengcopy dan menyebarluaskan artikel pada blog ini dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama dan bukan untuk disalahgunakan. Namun perlu diingat, wajib menyertakan penulis/sumber blog ini http://hariansemarangbanget.blogspot.com. Terima kasih.
“Di sini memang masih warga asli semua, tak ada warga perumahan. Sedang pabrik-pabrik yang ada, bagian dari kawasan industri,” ungkap nenek satu cucu ini.
Dengan adanya industri, otomatis banyak warganya yang bekerja sebagai buruh pabrik. Namun juga banyak yang bekerja sebagai petani, karena masih banyak terdapat sawah dan hutan.
Saat memasuki musim hujan, banyak warga yang kembali menggarap sawahsawahnya, setelah beberapa waktu sempat terhenti karena musim kemarau panjang.
“Di sini sawahnya ada dua macam, sawah biasa dan tadah hujan. Selain itu, warga juga mulai menjalankan program penggemukan sapi dan kambing,” ujar ibu tiga anak itu.
Selain menggarap sawah, warga juga mengolah ladang yang bisa ditanami sayur mayur dan buah-buahan.
Bangun Kampung
Kendati sibuk berkutat dengan sawah dan hutan, tapi mereka tidak melupakan tugas lainnya untuk membangun kampung. Setiap kali ada program dari pemerintah, warga begitu antusias untuk membangun dan memajukan wilayahnya.
Sejauh ini program pembangunan wilayah di Kelurahan Jatibarang berjalan dengan baik, kendati masih ada janji dari dinas terkait, warga mengharapkan agar semuanya bisa terealisasi sesegera mungkin.
“Untuk rehab kantor kemarin, kita sudah mendapatkan talud, pengaspalan dan pavingisasi, yang merupakan dana dari kontingensi. Selain itu, kita juga sudah merehab tiga mushola dengan dana bantuan dan swadaya,” ungkapnya.
Namun masih ada sebagian jalan yang belum diaspal, menunggu pengaspalan dari DPU. “Kita juga minta drainase di sebelah timur kelurahan, tepatnya di RW 02 untuk dibenahi, mengantisipasi tanah longsor,” ungkapnya.
Diungkapkan Slamet Tri Sanyoto, Kasi Pembangunan, kendati wilayahnya tidak rawan bencana di musim hujan, hanya saja dinas terkait tetap diminta perhatiannya agar memperbaiki fasilitas publik yang ada.
Selama kelurahan itu berdiri, belum memiliki balai kelurahan yang berguna untuk segala macam kegiatan. Sejauh ini seperti diungkapkan Slamet, setiap kali ada pertemuan PKK dan pertemuan lainnya, selalu menggunakan aula kantor kelurahan.
“Kita sangat membutuhkan balai kelurahan. Memang ada rencana pembangunannya dari pemerintah, tapi sampai sekarang belum ada realisasinya. Kita berharap semoga nanti bisa punya balai kelurahan,” ungkapnya.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga umumnya memiliki sumur galian. Kendati kemarin sempat dilanda musim kemarau, warga tidak sampai mengalami kesulitan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih mereka.
“Alhamdulillah kemarin sumur-sumur warga tetap ada airnya. Kita bersuykur saja dengan apa yang diberikan Tuhan,” ungkapnya.
Selain mengandalkan sumur, warga RW 02 juga memanfaatkan pemandian umum untuk air minum, mencuci dan mandi. “Tahun ini kita sudah merenovasi pemandian umum itu, karena sampai sekarang masih banyak warga yang datang ke situ,” ungkapnya. (lissa febrina - harian semarang)
___________
Dipersilahkan jika ingin mengcopy dan menyebarluaskan artikel pada blog ini dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama dan bukan untuk disalahgunakan. Namun perlu diingat, wajib menyertakan penulis/sumber blog ini http://hariansemarangbanget.blogspot.com. Terima kasih.
Post by: tonitok
Labels
Mbangun Kutho

Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.