Kelurahan Kedungpane
Kelurahan Kedungpane, Mijen terkena proyek Waduk Serbaguna Jatibarang, “Untuk pembangunan waduk ini, semua warga Kedungpane hampir 90% sudah terealisasi pembayaran ganti rugi tanahnya. Kalaupun masih ada yang belum mendapatkan, masih dalam proses pemberkasan,” ujar Lurah Kedungpane, Nurhadi Kusuma Putra.
Pembangunan waduk itu satu paket dengan pembangunan Polder Kaligawe dan normalisasi sungai Banjir Kanal Barat (BKB) serta Banjir Kanal Timur (BKT). Pembangunan waduk tersebut mendesak direalisasikan dalam upaya memenuhi penyediaan bahan baku air bersih bagi warga Semarang.
Selain itu juga untuk memenuhi kebutuhan air tawar bagi kapal-kapal besar di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Pasalnya, selama ini pelabuhan menggunakan air tanah dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Maka megaproyek itu disambut hangat warga Kedungpane.
“Semoga saja waduk serbaguna Jatibarang ini cepat terealisasi, agar warga bisa memanfaatkan waduk untuk pemenuhan kebutuhan air. Selama ini memang warga kesulitan mendapat air bersih, apalagi ketika musim kemarau,” ungkapnya.
Diungkapkan bapak dua anak ini, kebanyakan warganya menggunakan sumur bor, karena itu warga juga meminta bantuan pemerintah seperti sumur artetis.
“Khusus RW 02, kami minta kepada warganya untuk membuat proposal pengajuan bantuan sumur artetis, karena memang di antara lima RT yang ada di RW 02, RT 01 dan 02 tidak memiliki sumur artetis, “ ungkap kakek satu cucu ini.
Diungkapkannya, untuk pembangunan sumur artetis paling tidak warga harus menyediakan tanah sebagai tempat pembangunan sumur.
“Hal itu yang tengah dibicarakan dengan warga, karena sumur artetis ini akan digunakan banyak warga. Paling tidak harus ada warga yang mengorbankan tanahnya 10 x 10 meter untuk lokasi sumur,” ungkapnya.
Antusias membangun Kelurahan Kedungpane memiliki 6 RW dan 30 RT dengan luas wilayah 583.061 hektar. Warganya bekerja di berbagai bidang, ada yang petani, buruh, pegawai dan juga swasta. Untuk pembangunan wilayah, warga selalu dilibatkan, terutama menyangkut program yang datang dari pemerintah untuk kemajuan wilayahnya.
“Alhamdulillah warganya antusias untuk pembangunan wilayah, terutama PKK nya. Lumayanlah, kami sudah beberapa kali meyabet piala tingkat kota untuk lomba PKK,” ungkap pria kelahiran Semarang 13 Agustus 1958 ini.
Selama sembilan tahun menjabat sebagai lurah, Nurhadi mengalami berbagai permasalahan, hanya saja suami Dwiastuti Dirgawati ini selalu menyelesaikannya dengan bijak dan tenang. “Semuanya sudah biasa, namanya saja dunia kerja tak lepas dari permasalahan. Dan persoalan yang ada, harus dicarikan jalan keluarnya,” ujarnya.
Seperti permasalahan ternak yang berkeliaran di TPA Jatibarang, Nurhadi mengimbau agar warganya dan warga Kelurahan Babankerep yang memiliki sapi agar bisa mengawasi sapinya dengan benar.
“Kalau bisa diusahakan agar sapi mulai dikandangkan, jangan dibiarkan berkeliaran di TPA, karena di sana akan dibangun pabrik pengolahan sampah,” ujarnya. Semua ini tak lain demi keamanan ternak, yang selama ini mencari makan di TPA.
Bahkan dia menyarankan agar warga kedua kelurahan berkoordinasi dalam pengembalaan sapi-sapi tersebut, pengawasan secara bersama dan kekeluargaan. “Semoga sapi-sapi itu bisa berkembang dengan baik dan terjaga keamanannya,” ujarnya. (lissa febrina - harian semarang)
___________
Dipersilahkan jika ingin mengcopy dan menyebarluaskan artikel pada blog ini dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama dan bukan untuk disalahgunakan. Namun perlu diingat, wajib menyertakan penulis/sumber blog ini http://hariansemarangbanget.blogspot.com. Terima kasih.
Pembangunan waduk itu satu paket dengan pembangunan Polder Kaligawe dan normalisasi sungai Banjir Kanal Barat (BKB) serta Banjir Kanal Timur (BKT). Pembangunan waduk tersebut mendesak direalisasikan dalam upaya memenuhi penyediaan bahan baku air bersih bagi warga Semarang.
Selain itu juga untuk memenuhi kebutuhan air tawar bagi kapal-kapal besar di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Pasalnya, selama ini pelabuhan menggunakan air tanah dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Maka megaproyek itu disambut hangat warga Kedungpane.
“Semoga saja waduk serbaguna Jatibarang ini cepat terealisasi, agar warga bisa memanfaatkan waduk untuk pemenuhan kebutuhan air. Selama ini memang warga kesulitan mendapat air bersih, apalagi ketika musim kemarau,” ungkapnya.
Diungkapkan bapak dua anak ini, kebanyakan warganya menggunakan sumur bor, karena itu warga juga meminta bantuan pemerintah seperti sumur artetis.
“Khusus RW 02, kami minta kepada warganya untuk membuat proposal pengajuan bantuan sumur artetis, karena memang di antara lima RT yang ada di RW 02, RT 01 dan 02 tidak memiliki sumur artetis, “ ungkap kakek satu cucu ini.
Diungkapkannya, untuk pembangunan sumur artetis paling tidak warga harus menyediakan tanah sebagai tempat pembangunan sumur.
“Hal itu yang tengah dibicarakan dengan warga, karena sumur artetis ini akan digunakan banyak warga. Paling tidak harus ada warga yang mengorbankan tanahnya 10 x 10 meter untuk lokasi sumur,” ungkapnya.
Antusias membangun Kelurahan Kedungpane memiliki 6 RW dan 30 RT dengan luas wilayah 583.061 hektar. Warganya bekerja di berbagai bidang, ada yang petani, buruh, pegawai dan juga swasta. Untuk pembangunan wilayah, warga selalu dilibatkan, terutama menyangkut program yang datang dari pemerintah untuk kemajuan wilayahnya.
“Alhamdulillah warganya antusias untuk pembangunan wilayah, terutama PKK nya. Lumayanlah, kami sudah beberapa kali meyabet piala tingkat kota untuk lomba PKK,” ungkap pria kelahiran Semarang 13 Agustus 1958 ini.
Selama sembilan tahun menjabat sebagai lurah, Nurhadi mengalami berbagai permasalahan, hanya saja suami Dwiastuti Dirgawati ini selalu menyelesaikannya dengan bijak dan tenang. “Semuanya sudah biasa, namanya saja dunia kerja tak lepas dari permasalahan. Dan persoalan yang ada, harus dicarikan jalan keluarnya,” ujarnya.
Seperti permasalahan ternak yang berkeliaran di TPA Jatibarang, Nurhadi mengimbau agar warganya dan warga Kelurahan Babankerep yang memiliki sapi agar bisa mengawasi sapinya dengan benar.
“Kalau bisa diusahakan agar sapi mulai dikandangkan, jangan dibiarkan berkeliaran di TPA, karena di sana akan dibangun pabrik pengolahan sampah,” ujarnya. Semua ini tak lain demi keamanan ternak, yang selama ini mencari makan di TPA.
Bahkan dia menyarankan agar warga kedua kelurahan berkoordinasi dalam pengembalaan sapi-sapi tersebut, pengawasan secara bersama dan kekeluargaan. “Semoga sapi-sapi itu bisa berkembang dengan baik dan terjaga keamanannya,” ujarnya. (lissa febrina - harian semarang)
___________
Dipersilahkan jika ingin mengcopy dan menyebarluaskan artikel pada blog ini dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama dan bukan untuk disalahgunakan. Namun perlu diingat, wajib menyertakan penulis/sumber blog ini http://hariansemarangbanget.blogspot.com. Terima kasih.
Post by: tonitok
Labels
Mbangun Kutho

Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.