Harini-Ari Diiring Prajurit Semarangan
Dengan kawalan Prajurit Semarangan, Harini-Ari diarak menuju Kantor KPU untuk mendaftar sebagai pasangan cawalkot. Mereka start mulai dari Pasar Bulu Semarang. Akankah ini memaknakan pasangan ini peduli pasar tradisional?
TIDAK mau ketinggalan dengan pasangan calon lainnya, pasangan calon yang diusung Koalisi Partai Gerindra-PKS, Harini Krisniati-Ari Purbono, kemarin mendaftarkan diri ke KPU Kota Semarang.
Dengan dikawal kesenian Jaran Kepang, Warog dan Reog berikut Prajurit Semarangan, pasangan ini telebih dulu diarak dari Pasar Bulu sebelum masuk ke kantor KPU di Gedung Pandanaran.
Nampak sejumlah pengurus partai dari Partai Gerindra-PKS, Ketua Tim Pemenangan Harini-Ari, Ahmadi, turut serta dalam arak-arakan kesenian yang mengagetkan para pengguna jalan di bundaran Tugumuda tersebut.
Mereka terkejut dengan kehadiran serombongan prajurit dan beberapa tokoh pewayangan. Prajurit Semarangan lengkap dengan atribut prajurit Jawa tersebut berjalan berderet mengawal pemimpin mereka.
Sepasang pemimpin, bak Ratu dan Patih ditandu oleh empat Hanoman. Dalam dunia pewayangan, Hanoman merupakan perlambang kesatria penuh karakter yang dimiliki setiap pemimpin. Disusul di belakang Hanoman, tokoh-tokoh Dinaya Karya yaitu serombongan raksasa atau dalam terminologi Jawa disebut Buta. Bukan sekadar raksasa tapi melambangkan watak angkara murka, rakus dan serakah.
Pasangan ini nampaknya ingin menyampaikan jika mereka mampu menundukkan angkara murka, kerakusan dan keserakahan seperti yang tergambar dalam tokoh raksasa (buta). Sebab sebelum menjadi seorang pemimpin, setiap pribadi harus mampu menakhlukkan sifat angkara dalam dirinya.
Tim sukses sengaja menampilkan karnaval ini untuk mengingatkan masyarakat tentang seni adiluhung yang dimiliki masyarakat Semarang. Selain unik, seni budaya ini mengandung perlambang atau makna yang universal. “Tentang penaklukan kerakusan, ini kan pesan universal bagi semua kalangan terutama pemimpin,” kata Ahmadi, ketua Tim Sukses Koalisi Merah Putih.
Begitu juga dengan pemilihan start yang dimulai dari Pasar Bulu. Pertimbangannya, Pasar Bulu adalah pasar tradisional yang menghidupi ratusan pedagang. Keberadaannya yang mulai dikelilingi pusat perbelanjaan moderen menuntut perhatian tersendiri. Harini-Ari seolah mengingatkan bahwa sebanyak apapun pusat perbelanjaan moderen, pasar tradisional telah memiliki tempat di hati masyarakat maka harus dilestarikan.
Di kantor KPU, rombongan pasangan ini diterima seluruh anggota KPU Kota Semarang dipimpin ketuanya, Mohammad Hakim Junaidi. Harini-Ari didampingi Sekretaris DPC Partai Gerindra Kota Semarang Hermawan Sulis dan Ketua DPD PKS Kota Semarang Johan Rifai, menyerahkan berkas pendaftaran yang kemudian langsung diteliti staf KPU.
Sebagai pejabat negeri di Pemkot Semarang, Harini juga menyertakan berkas pengunduran dirinya dari jabatan negeri. Walikota Sukawi Sutarip sendiri sudah mengeluarkan surat persetujuan bernomor 131/8/Rhs tertanggal 22 Februari 2010. Dalam surat tersebut, Sukawi menye tujui pengunduran Harini Krisniati dari jabatan Kepala Dinas Sosial Pemuda dan Olahraga sekaligus Plt Sekda Kota Semarang.
Untuk mendaftarkan diri sebagai calon walikota atau wakil walikota, seorang pejabat negeri harus mengundurkan diri dari jabatannya. Hal itu merupakan persyaratan yang harus dipenuhi Harini sebagaimana dimaksud dalam Peraturan KPU No 68 Tahun 2009 Pasal 28 ayat (2) huruf g.
Dalam surat tersebut, pada prinsipnya Walikota menyetujui permohonan pengunduran diri Harini dan akan memproses pengunduran diri dari jabatan negeri Harini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (abas-harian semarang)
Dengan dikawal kesenian Jaran Kepang, Warog dan Reog berikut Prajurit Semarangan, pasangan ini telebih dulu diarak dari Pasar Bulu sebelum masuk ke kantor KPU di Gedung Pandanaran.
Nampak sejumlah pengurus partai dari Partai Gerindra-PKS, Ketua Tim Pemenangan Harini-Ari, Ahmadi, turut serta dalam arak-arakan kesenian yang mengagetkan para pengguna jalan di bundaran Tugumuda tersebut.
Mereka terkejut dengan kehadiran serombongan prajurit dan beberapa tokoh pewayangan. Prajurit Semarangan lengkap dengan atribut prajurit Jawa tersebut berjalan berderet mengawal pemimpin mereka.
Sepasang pemimpin, bak Ratu dan Patih ditandu oleh empat Hanoman. Dalam dunia pewayangan, Hanoman merupakan perlambang kesatria penuh karakter yang dimiliki setiap pemimpin. Disusul di belakang Hanoman, tokoh-tokoh Dinaya Karya yaitu serombongan raksasa atau dalam terminologi Jawa disebut Buta. Bukan sekadar raksasa tapi melambangkan watak angkara murka, rakus dan serakah.
Pasangan ini nampaknya ingin menyampaikan jika mereka mampu menundukkan angkara murka, kerakusan dan keserakahan seperti yang tergambar dalam tokoh raksasa (buta). Sebab sebelum menjadi seorang pemimpin, setiap pribadi harus mampu menakhlukkan sifat angkara dalam dirinya.
Tim sukses sengaja menampilkan karnaval ini untuk mengingatkan masyarakat tentang seni adiluhung yang dimiliki masyarakat Semarang. Selain unik, seni budaya ini mengandung perlambang atau makna yang universal. “Tentang penaklukan kerakusan, ini kan pesan universal bagi semua kalangan terutama pemimpin,” kata Ahmadi, ketua Tim Sukses Koalisi Merah Putih.
Begitu juga dengan pemilihan start yang dimulai dari Pasar Bulu. Pertimbangannya, Pasar Bulu adalah pasar tradisional yang menghidupi ratusan pedagang. Keberadaannya yang mulai dikelilingi pusat perbelanjaan moderen menuntut perhatian tersendiri. Harini-Ari seolah mengingatkan bahwa sebanyak apapun pusat perbelanjaan moderen, pasar tradisional telah memiliki tempat di hati masyarakat maka harus dilestarikan.
Di kantor KPU, rombongan pasangan ini diterima seluruh anggota KPU Kota Semarang dipimpin ketuanya, Mohammad Hakim Junaidi. Harini-Ari didampingi Sekretaris DPC Partai Gerindra Kota Semarang Hermawan Sulis dan Ketua DPD PKS Kota Semarang Johan Rifai, menyerahkan berkas pendaftaran yang kemudian langsung diteliti staf KPU.
Sebagai pejabat negeri di Pemkot Semarang, Harini juga menyertakan berkas pengunduran dirinya dari jabatan negeri. Walikota Sukawi Sutarip sendiri sudah mengeluarkan surat persetujuan bernomor 131/8/Rhs tertanggal 22 Februari 2010. Dalam surat tersebut, Sukawi menye tujui pengunduran Harini Krisniati dari jabatan Kepala Dinas Sosial Pemuda dan Olahraga sekaligus Plt Sekda Kota Semarang.
Untuk mendaftarkan diri sebagai calon walikota atau wakil walikota, seorang pejabat negeri harus mengundurkan diri dari jabatannya. Hal itu merupakan persyaratan yang harus dipenuhi Harini sebagaimana dimaksud dalam Peraturan KPU No 68 Tahun 2009 Pasal 28 ayat (2) huruf g.
Dalam surat tersebut, pada prinsipnya Walikota menyetujui permohonan pengunduran diri Harini dan akan memproses pengunduran diri dari jabatan negeri Harini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (abas-harian semarang)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.