Siswa SMA Tolak “Valentine’s Day”
Tak semua anak muda menyambut gembira Valentine’s Day. Siswa SMA Islam Sultan Agung 3 buktinya. Di depan Masjid Baiturrahman, Simpanglima, kemarin mereka menggelar demo menolak Hari Kasih Sayang itu, karena cenderung disalahmaknakan.
Salah seorang siswi, Indra Ratnawati mengatakan, aksi tersebut wujud dakwah agar anak-anak muda tidak terlalu tergiur dengan pesta dan foya-foya.
“Valentine’s Day bukan budaya Islam, dan hanya ikutikutan budaya Barat saja. Jadi lebih baik tidak perlu ada hura-hura, pesta-pesta, atau perayaan apa pun, karena kasih sayang sesama manusia itu harus diberikan setiap hari,” kata siswi Kelas II IPA ini.
Ia berharap, remaja muslim agar tidak ikut-ikutan hura-hura yang tidak bermanfaat. “Buat apa kita anak muda hura-hura yang tidak jelas, seperti yang banyak dilakukan, padahal mereka yang ikut merayakan juga tidak pernah tahu apa dan bagaimana sejarahnya,” ujarnya. (puji - harian semarang)
Jika sebagian besar anak muda menyiapkan pesta serta berbagai perayaan menjelang Hari Kasih Sayang atau Valentine’s Day, lain halnya dengan puluhan siswa dari SMA Islam Sultan Agung (ISA) 3 Semarang. Mereka menggelar spanduk bertuliskan “Aksi Damai Menolak Valentine’s Day dan Valentine Bukan Ajaran Islam” sambil membagikan selebaran berupa buletin siswa Qirthosh di depan Masjid Baiturrahman, kemarin.
Bagi mereka, Valentine’s Day No, Kasih Sayang Yes. Guru sekolah tersebut, Muh Shofi dalam buletin menegaskan, Hari Kasih Sayang terkadang disalahgunakan anak muda.
“Makna kasih sayang diekspresikan dengan mengikuti budaya Barat, yang cenderung hurahura. Gencarnya pemberitaan dan penyambutan banyak kalangan membuat anak, remaja, hingga orangtua berpesta-pora merayakan Valentine, yang tidak pernah diketahui sejarahnya,” tulisnya.
Valentine’s Day ala Barat sungguh berbeda dalam pandangan Islam. Pesta seks, pergaulan bebas
yang dikenalkan untuk merayakan Hari Kasih Sayang inilah yang perlu diperhatikan, baik oleh orangtua maupun remaja itu sendiri. “Justru budaya Islam dan ketimuran yang penuh kesantunan itulah yang harus terus kita jaga,” tambahnya.
Wujud DakwahBagi mereka, Valentine’s Day No, Kasih Sayang Yes. Guru sekolah tersebut, Muh Shofi dalam buletin menegaskan, Hari Kasih Sayang terkadang disalahgunakan anak muda.
“Makna kasih sayang diekspresikan dengan mengikuti budaya Barat, yang cenderung hurahura. Gencarnya pemberitaan dan penyambutan banyak kalangan membuat anak, remaja, hingga orangtua berpesta-pora merayakan Valentine, yang tidak pernah diketahui sejarahnya,” tulisnya.
Valentine’s Day ala Barat sungguh berbeda dalam pandangan Islam. Pesta seks, pergaulan bebas
yang dikenalkan untuk merayakan Hari Kasih Sayang inilah yang perlu diperhatikan, baik oleh orangtua maupun remaja itu sendiri. “Justru budaya Islam dan ketimuran yang penuh kesantunan itulah yang harus terus kita jaga,” tambahnya.
Salah seorang siswi, Indra Ratnawati mengatakan, aksi tersebut wujud dakwah agar anak-anak muda tidak terlalu tergiur dengan pesta dan foya-foya.
“Valentine’s Day bukan budaya Islam, dan hanya ikutikutan budaya Barat saja. Jadi lebih baik tidak perlu ada hura-hura, pesta-pesta, atau perayaan apa pun, karena kasih sayang sesama manusia itu harus diberikan setiap hari,” kata siswi Kelas II IPA ini.
Ia berharap, remaja muslim agar tidak ikut-ikutan hura-hura yang tidak bermanfaat. “Buat apa kita anak muda hura-hura yang tidak jelas, seperti yang banyak dilakukan, padahal mereka yang ikut merayakan juga tidak pernah tahu apa dan bagaimana sejarahnya,” ujarnya. (puji - harian semarang)

Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.