Main Dakon, Pecahkan Rekor Muri
KARENA bermain dakonan, calon wakil walikota yang diusung Koalisi Merah Putih (Gerindra-PKS), Ari Purbono kemarin turut serta memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) dengan kategori sebagai ‘Dolanan (permainan) Dakon Terbanyak’, di Jalan Ariloka Raya, Kelurahan Krobokan.
Dakonan merupakan salah satu permainan tradisional anakanak di Pulau Jawa. Umumnya, permainan ini dikenal dengan nama congklak. Karena biasanya dalam permainan ini, alat-alat yang digunakan sebagai bijinya adalah biji congklak. Kalau tidak ada, bisa menggunakan kerikil atau biji-biji tumbuhan lainnya.
Permainan congklak atau dakonan dilakukan oleh dua orang. Dalam permainan mereka menggunakan papan yang dinamakan papan congklak 16 lubang, dan 98 buah biji congklak atau kerikil bila tak ada atau kelereng. Pada papan congkak terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas 14 lobang kecil yang saling berhadapan dan dua lobang besar di kedua sisinya. Setiap tujuh lubang kecil di sisi pemain dan lubang besar di sisi kananya dianggap sebagai milik sang pemain.
Seiring perkembangan zaman, permainan ini mulai tergantikan oleh permainan moderen, seperti boneka barbie, robot dan sebagainya. Permainan congklak alias dakon ini mengajarkan kecermatan dalam menghitung, ketelitian dan juga kejujuran. Setiap pemain dituntut untuk bisa memperkirakan kemenangnnya dengan mengumpulkan biji dakon paling banyak. Nilai-nilai ini yang belakangan diabaikan oleh permainan moderen.
Dan pemecahan Rekor Muri kategori ‘Permainan Dolanan Dakon Terbanyak’ yang diselenggarakan Calon Wakil Walikota Ari Purbono, BKM Arta Kawula Kelurahan Krobokan, dan Lintas Lino Enterprise (LLE) kemarin, diselenggarakan dalam rangka untuk menghidupkan kembali permainan tradisional yang hampir punah tersebut.
Dengan mengusung tema ‘Kita Rindu Semarang Berbudaya’ Ari Purbono mengatakan, melestarikan budaya adalah sebuah keharusan. “Permainan seperti dakon yang mengajarkan nilai kebaikan ini adalah cermin dari budaya, sehingga harus diuri-uri,” katanya.
Perlu mengenalkan kembali permainan dakonan yang sering dimainkan oleh anak-anak jaman dulu kepada anak-anak generasi sekarang. Acara ini sengaja digelar untuk meningkatkan kecintaan anak terhadap seni budaya sejak dini sehingga mereka turut melindungi dan melestarikan budaya tersebut.
Ari menambahkan, dengan memupuk kecintaan anak terhadap budaya sendiri, berarti juga memupuk jiwa nasionalisme terhadap negeri. “Agar ada kebanggaan terhadap budaya sendiri,” tandasnya. (abas)
Dakonan merupakan salah satu permainan tradisional anakanak di Pulau Jawa. Umumnya, permainan ini dikenal dengan nama congklak. Karena biasanya dalam permainan ini, alat-alat yang digunakan sebagai bijinya adalah biji congklak. Kalau tidak ada, bisa menggunakan kerikil atau biji-biji tumbuhan lainnya.
Permainan congklak atau dakonan dilakukan oleh dua orang. Dalam permainan mereka menggunakan papan yang dinamakan papan congklak 16 lubang, dan 98 buah biji congklak atau kerikil bila tak ada atau kelereng. Pada papan congkak terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas 14 lobang kecil yang saling berhadapan dan dua lobang besar di kedua sisinya. Setiap tujuh lubang kecil di sisi pemain dan lubang besar di sisi kananya dianggap sebagai milik sang pemain.
Seiring perkembangan zaman, permainan ini mulai tergantikan oleh permainan moderen, seperti boneka barbie, robot dan sebagainya. Permainan congklak alias dakon ini mengajarkan kecermatan dalam menghitung, ketelitian dan juga kejujuran. Setiap pemain dituntut untuk bisa memperkirakan kemenangnnya dengan mengumpulkan biji dakon paling banyak. Nilai-nilai ini yang belakangan diabaikan oleh permainan moderen.
Dan pemecahan Rekor Muri kategori ‘Permainan Dolanan Dakon Terbanyak’ yang diselenggarakan Calon Wakil Walikota Ari Purbono, BKM Arta Kawula Kelurahan Krobokan, dan Lintas Lino Enterprise (LLE) kemarin, diselenggarakan dalam rangka untuk menghidupkan kembali permainan tradisional yang hampir punah tersebut.
Dengan mengusung tema ‘Kita Rindu Semarang Berbudaya’ Ari Purbono mengatakan, melestarikan budaya adalah sebuah keharusan. “Permainan seperti dakon yang mengajarkan nilai kebaikan ini adalah cermin dari budaya, sehingga harus diuri-uri,” katanya.
Perlu mengenalkan kembali permainan dakonan yang sering dimainkan oleh anak-anak jaman dulu kepada anak-anak generasi sekarang. Acara ini sengaja digelar untuk meningkatkan kecintaan anak terhadap seni budaya sejak dini sehingga mereka turut melindungi dan melestarikan budaya tersebut.
Ari menambahkan, dengan memupuk kecintaan anak terhadap budaya sendiri, berarti juga memupuk jiwa nasionalisme terhadap negeri. “Agar ada kebanggaan terhadap budaya sendiri,” tandasnya. (abas)
Labels
Pilwalkot
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.