Suriname, Etalase Pariwisata Indonesia
Negara Suriname yang berada di bagian utara Amerika Selatan seharusnya bisa menjadi etalase pariwisata Indonesia. Pasalnya sebagian besar orang Amerika dan Eropa mengenal kebudayaan Jawa dan Indonesia melalui berbagai kebudayaan yang masih dilestarikan di Suriname.
Demikian disampaikan peneliti tentang Suriname Noor Aini Prasetyawati dalam diskusi dengan tema’Orang Jawa di Indonesia Melihat Orang Jawa di Amerika Latin’ di Kampus Unika kemarin.
“Masa tinggal turis di Suriname itu selama 26 hari, dan disana mereka disuguhi berbagai makanan serta kebudayaan Jawa, dan setelah itu biasanya mereka menabung untuk melihat Indonesia yang sebenarnya,” ungkapnya.
Hal itu ungkapnya perlu dilakukan kerja sama yang baik oleh pemerintah Indonesia, sayangnya usaha tersebut ungkapnya belumcukup maksimal. Beberapa kebudayaan yang masih menjadi pertunjukan di Suriname yakni seperti cabaret yang merupakan kesenian ludruk, jathilan serta beberapa makanan Jawa seperti bakmi goreng, soto serta beberapa makanan Jawa lainnya.
Noor Aini yang masih merupakan mahasiswa S2 Antropologi UGM menuturkan hingga kini orang-orang Jawa yang ada di Suriname masih sangat kental dengan kebudayaan Jawa yang dibawa kakek dan nenek moyang mereka sejak 120 tahun lalu.
“Mereka merupakan orang Jawa yang masih mempertahankan kebudayaan Jawa dalam skala global, dan kini meskipun hidup dalam multi etnik mereka bangga menyatakan dirinya sebagai seorang Jawa,” tuturnya.
Dengan berbagai keunikan dan peluang kerja sama dalam berbagai bidang yang cukup luas tersebut, Noor Aini mengaku ingin mengadakan penelitian untuk bisa tinggal di Suriname. “Saat ini masih dengan mencari tahu dari berbagai media atau penelitian sebelumnya, dan penelitian tentang Suriname ini sangat minim sehingga saya berharap untuk bisa melakukan penelitian langsung,” tandasnya.
Penelitian tersebut ungkapnya akan difokuskan pada bagaimana anak muda suriname menggunakan media populer untuk membangun, melestarikan dan membangun kembali identitas kejawan mereka.
“Disaat pemuda Jawa semakin meninggalkan budayanya sendiri, pemuda Suriname keturunan Jawa justru tengah giat untuk terus mengetahui tentang Jawa dan melestarikan budaya yang mereka dapat secara turun termurun,” katanya.
Untuk mengawali penelitian yang rencananya akan dilakukan pada Juli-Agustus mendatang, bertepatan dengan peringatan 120 tahun imigran Jawa ia mengaku terus mengenalkan penelitian tersebut khususnya pada mahasiswa. Ia juga menggelar pameran foto di depan Gedung Thomas Aquinas Unika hingga 6 Mei mendatang. “Foto-foto itu merupakan hasil dari pencarian serta koleksi beberapa teman tentang Suriname, untuk bisa diketahui bahwa kehidupan disana juga tidak jauh beda dengan di Jawa, dengan kebudayaan yang masih terus dilestarikan,” ujarnya.
Beberapa foto tersebut menunjukkan tentang adat yang masih kental dengan Jawa, seperti berkah desa, pernikahan serta berbagai foto yang menunjukkan kebanggaan mereka menjadi seorang Jawa. (puji - harian semarang)
Demikian disampaikan peneliti tentang Suriname Noor Aini Prasetyawati dalam diskusi dengan tema’Orang Jawa di Indonesia Melihat Orang Jawa di Amerika Latin’ di Kampus Unika kemarin.
“Masa tinggal turis di Suriname itu selama 26 hari, dan disana mereka disuguhi berbagai makanan serta kebudayaan Jawa, dan setelah itu biasanya mereka menabung untuk melihat Indonesia yang sebenarnya,” ungkapnya.
Hal itu ungkapnya perlu dilakukan kerja sama yang baik oleh pemerintah Indonesia, sayangnya usaha tersebut ungkapnya belumcukup maksimal. Beberapa kebudayaan yang masih menjadi pertunjukan di Suriname yakni seperti cabaret yang merupakan kesenian ludruk, jathilan serta beberapa makanan Jawa seperti bakmi goreng, soto serta beberapa makanan Jawa lainnya.
Noor Aini yang masih merupakan mahasiswa S2 Antropologi UGM menuturkan hingga kini orang-orang Jawa yang ada di Suriname masih sangat kental dengan kebudayaan Jawa yang dibawa kakek dan nenek moyang mereka sejak 120 tahun lalu.
“Mereka merupakan orang Jawa yang masih mempertahankan kebudayaan Jawa dalam skala global, dan kini meskipun hidup dalam multi etnik mereka bangga menyatakan dirinya sebagai seorang Jawa,” tuturnya.
Dengan berbagai keunikan dan peluang kerja sama dalam berbagai bidang yang cukup luas tersebut, Noor Aini mengaku ingin mengadakan penelitian untuk bisa tinggal di Suriname. “Saat ini masih dengan mencari tahu dari berbagai media atau penelitian sebelumnya, dan penelitian tentang Suriname ini sangat minim sehingga saya berharap untuk bisa melakukan penelitian langsung,” tandasnya.
Penelitian tersebut ungkapnya akan difokuskan pada bagaimana anak muda suriname menggunakan media populer untuk membangun, melestarikan dan membangun kembali identitas kejawan mereka.
“Disaat pemuda Jawa semakin meninggalkan budayanya sendiri, pemuda Suriname keturunan Jawa justru tengah giat untuk terus mengetahui tentang Jawa dan melestarikan budaya yang mereka dapat secara turun termurun,” katanya.
Untuk mengawali penelitian yang rencananya akan dilakukan pada Juli-Agustus mendatang, bertepatan dengan peringatan 120 tahun imigran Jawa ia mengaku terus mengenalkan penelitian tersebut khususnya pada mahasiswa. Ia juga menggelar pameran foto di depan Gedung Thomas Aquinas Unika hingga 6 Mei mendatang. “Foto-foto itu merupakan hasil dari pencarian serta koleksi beberapa teman tentang Suriname, untuk bisa diketahui bahwa kehidupan disana juga tidak jauh beda dengan di Jawa, dengan kebudayaan yang masih terus dilestarikan,” ujarnya.
Beberapa foto tersebut menunjukkan tentang adat yang masih kental dengan Jawa, seperti berkah desa, pernikahan serta berbagai foto yang menunjukkan kebanggaan mereka menjadi seorang Jawa. (puji - harian semarang)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.