Darusan
SATU lagi amalan spesial yang marak di Bulan Ramadan, Darusan. Yaitu aktivitas membaca (tilawah) dan mendengarkan (sima’)Alquran yang dilakukan seusai tarawih oleh sekelompok orang dewasa atau anak-anak di masjid maupun di langgar.
Darusan atau tadarus diadakan paling sedikit oleh dua orang, biasanya dilakukan secara bergiliran antara yang membaca dan mendengarkan bacaan Alqurannya. Yang dilaksanakan secara perorangan disebut nderes. Biasanya di rumah atau di bilik asrama.
Kegiatan ini memang ditradisikan sebagai amalan untuk menghidupkan malam di bulan suci. Agar semua fadhilah (keutamaan dari Allah) di Bulan Ramadan bisa diraih maksimal. Agar seluruh waktu umat Islam diisi hal positif dan penuh manfaat.
Tujuan utamanya mengharap pahala dari Allah SWT, tapi bagi anak-anak (juga mungkin orang dewasa), ada tambahannya. Yaitu menikmati makanan gratis di waktu tengah antara berbuka dan sahur. Karena biasanya warga sekitar masjid atau mushola mengirim suguhan yang lezat-lezat. Ada buah-buahan, kolak, roti, gorengan, mie, bahkan gule kambing.
Para santri atau mahasiswa yang jauh dari orangtua, yang sedang bokek atau ingin ngirit anggaran, bisa mengandalkan darusan untuk memenuhi asupan gizi mereka. Sebab santapan di forum darusan bisa digunakan sebagai amunisi sahur karena dibikin selepas pukul 24.00.
Di desa-desa atau di kota yang kental nuansa santrinya, darusan biasanya ramai diikuti puluhan orang. Dalam satu forum darusan bisa tiga juz Alquran dibaca. Sehingga selama Ramadan bisa dua atau tiga kali khatam. Apalagi di dalam pondok pesantren, sekali gelaran khatam Alquran pun biasa. Jika satu santri membaca satu juz, maka jika yang ikut membaca 30 santri, sedangkan lainnya menyimak, maka malam itu khatam-lah Alquran.
Sedangkan di lokasi yang kurang kuat agamanya seperti di perumahan metropolitan, forum darusan menjadi waktu terbaik untuk belajar membaca Alquran. Warga yang belum bisa atau belum lancar membaca kitab sucinya itu, bisa meminta diajari rekannya atau ustad pemangku langgar/masjid. Biasanya anak-anak senang memanfaatkan forum ini untuk meneruskan pelajaran ngajinya. apalagi kalau bukan karena tertarik makananmakanan enaknya. Hehehe.
Istilah darusan atau tadarus, berasal dari Bahasa Arab “darasa”, yang artinya membaca berulang-ulang untuk memahami isinya (Kamus Al-Mu`jam al-`Arabiy al-Asasiy). Padanannya dalam bahasa Indonesia, mengkaji. Kata turunannya, tadarus berasal dari tadaarasa dengan wazan tafaa`ala yang dalam linguistik disebut bentuk VI berarti saling belajar, atau memelajari secara mendalam. Kamus Hans Hehr mengartikan to study (s.th) carefully together.
Maka, tadarus Alquran yang disingkat darusan adalah mengkaji Alquran secara cermat dan dilakukan bersama-sama, tidak sendirian. Dalam kelompok pengkajian itu ada orang yang menjadi tutor, namun bersifat andragogik. Karena bergantian membaca, menyimak, mengoreksi. Hubungannya timbal-balik.
Para ulama memotivasi kita agar memperbanyak membaca Alquran di Bulan Ramadan. Tak masalah bagi yang belum lancar membaca. Sebab Rasulullah bersabda: “Orang yang pandai membaca Alquran, dia bersama para malaikat yang mulia dan patuh. Sedangkan orang yang membaca Alquran dengan terbatabata dan berat melafalkannya, maka dia mendapat dua pahala.” (Muttafaq ‘Alaih). [Kitab Shahih Al-Bukhari halaman 4.556, dan Shahih Musli halaman 1.329, dari Aisyah RA].
Nabi juga memotivasi: ”Sebaik-baik kalian adalah yang belajar dan mengajarkan Alquran.” (HR Bukhari dari Utsman bin Affan). Lalu, hadis dari Abu Hurairah ra: “Tidaklah suatu kaum berkumpul di sebuah rumah Allah, membaca kitab Allah dan memelajarinya, melainkan akan diturunkan kepada mereka ketenangan, diliputi oleh rahmat, dan dikelilingi oleh malaikat, dan mereka akan disebut-sebut Allah di hadapan orang-orang yang ada di sisi-Nya (para malaikat), dan barangsiapa amalnya kurang, tidak dapat ditambah oleh nasabnya.” (HR Muslim).
Tradisi mulia ini kini menemukan penantang yang berat. Bahkan terancam. Apalagi kalau bukan oleh siaran televisi. Juga iming-iming keasyikan di dunia maya, seperti fesbukan (istilah santrinya ”jamaah fesbukiyah”) atau chatting dengan teman. Di luar itu, acara offair juga semakin menarik dari tahun ke tahun. Ada pertunjukan musik, festival Lebaran, pasar rakyat, dan sebagainya.
Dengan alasan kesibukan atau lainnya, banyak umat Islam yang kurang semangat darusan. Yang tua berdalih sibuk persiapan Lebaran atau capek bekerja seharian, yang muda bilang; enakan main di luar. Anak-anak juga punya acara menonton atau bermain petasan.
Wah, bisa berabe nih. Jangan-jangan darusan akan hilang dari tradisi umat Islam, satu saat nanti. Sebelum kekhawatiran itu terjadi, mari bertanya pada diri sendiri, sudahkah kita darusan hari ini? Sudah berapa halaman Alquran yang kita baca? Bisakah khatam selama Ramadan? Wassalam. Selamat berbuka puasa. Selamat bertadarus nanti malam.***
Darusan atau tadarus diadakan paling sedikit oleh dua orang, biasanya dilakukan secara bergiliran antara yang membaca dan mendengarkan bacaan Alqurannya. Yang dilaksanakan secara perorangan disebut nderes. Biasanya di rumah atau di bilik asrama.
Kegiatan ini memang ditradisikan sebagai amalan untuk menghidupkan malam di bulan suci. Agar semua fadhilah (keutamaan dari Allah) di Bulan Ramadan bisa diraih maksimal. Agar seluruh waktu umat Islam diisi hal positif dan penuh manfaat.
Tujuan utamanya mengharap pahala dari Allah SWT, tapi bagi anak-anak (juga mungkin orang dewasa), ada tambahannya. Yaitu menikmati makanan gratis di waktu tengah antara berbuka dan sahur. Karena biasanya warga sekitar masjid atau mushola mengirim suguhan yang lezat-lezat. Ada buah-buahan, kolak, roti, gorengan, mie, bahkan gule kambing.
Para santri atau mahasiswa yang jauh dari orangtua, yang sedang bokek atau ingin ngirit anggaran, bisa mengandalkan darusan untuk memenuhi asupan gizi mereka. Sebab santapan di forum darusan bisa digunakan sebagai amunisi sahur karena dibikin selepas pukul 24.00.
Di desa-desa atau di kota yang kental nuansa santrinya, darusan biasanya ramai diikuti puluhan orang. Dalam satu forum darusan bisa tiga juz Alquran dibaca. Sehingga selama Ramadan bisa dua atau tiga kali khatam. Apalagi di dalam pondok pesantren, sekali gelaran khatam Alquran pun biasa. Jika satu santri membaca satu juz, maka jika yang ikut membaca 30 santri, sedangkan lainnya menyimak, maka malam itu khatam-lah Alquran.
Sedangkan di lokasi yang kurang kuat agamanya seperti di perumahan metropolitan, forum darusan menjadi waktu terbaik untuk belajar membaca Alquran. Warga yang belum bisa atau belum lancar membaca kitab sucinya itu, bisa meminta diajari rekannya atau ustad pemangku langgar/masjid. Biasanya anak-anak senang memanfaatkan forum ini untuk meneruskan pelajaran ngajinya. apalagi kalau bukan karena tertarik makananmakanan enaknya. Hehehe.
Istilah darusan atau tadarus, berasal dari Bahasa Arab “darasa”, yang artinya membaca berulang-ulang untuk memahami isinya (Kamus Al-Mu`jam al-`Arabiy al-Asasiy). Padanannya dalam bahasa Indonesia, mengkaji. Kata turunannya, tadarus berasal dari tadaarasa dengan wazan tafaa`ala yang dalam linguistik disebut bentuk VI berarti saling belajar, atau memelajari secara mendalam. Kamus Hans Hehr mengartikan to study (s.th) carefully together.
Maka, tadarus Alquran yang disingkat darusan adalah mengkaji Alquran secara cermat dan dilakukan bersama-sama, tidak sendirian. Dalam kelompok pengkajian itu ada orang yang menjadi tutor, namun bersifat andragogik. Karena bergantian membaca, menyimak, mengoreksi. Hubungannya timbal-balik.
Para ulama memotivasi kita agar memperbanyak membaca Alquran di Bulan Ramadan. Tak masalah bagi yang belum lancar membaca. Sebab Rasulullah bersabda: “Orang yang pandai membaca Alquran, dia bersama para malaikat yang mulia dan patuh. Sedangkan orang yang membaca Alquran dengan terbatabata dan berat melafalkannya, maka dia mendapat dua pahala.” (Muttafaq ‘Alaih). [Kitab Shahih Al-Bukhari halaman 4.556, dan Shahih Musli halaman 1.329, dari Aisyah RA].
Nabi juga memotivasi: ”Sebaik-baik kalian adalah yang belajar dan mengajarkan Alquran.” (HR Bukhari dari Utsman bin Affan). Lalu, hadis dari Abu Hurairah ra: “Tidaklah suatu kaum berkumpul di sebuah rumah Allah, membaca kitab Allah dan memelajarinya, melainkan akan diturunkan kepada mereka ketenangan, diliputi oleh rahmat, dan dikelilingi oleh malaikat, dan mereka akan disebut-sebut Allah di hadapan orang-orang yang ada di sisi-Nya (para malaikat), dan barangsiapa amalnya kurang, tidak dapat ditambah oleh nasabnya.” (HR Muslim).
Tradisi mulia ini kini menemukan penantang yang berat. Bahkan terancam. Apalagi kalau bukan oleh siaran televisi. Juga iming-iming keasyikan di dunia maya, seperti fesbukan (istilah santrinya ”jamaah fesbukiyah”) atau chatting dengan teman. Di luar itu, acara offair juga semakin menarik dari tahun ke tahun. Ada pertunjukan musik, festival Lebaran, pasar rakyat, dan sebagainya.
Dengan alasan kesibukan atau lainnya, banyak umat Islam yang kurang semangat darusan. Yang tua berdalih sibuk persiapan Lebaran atau capek bekerja seharian, yang muda bilang; enakan main di luar. Anak-anak juga punya acara menonton atau bermain petasan.
Wah, bisa berabe nih. Jangan-jangan darusan akan hilang dari tradisi umat Islam, satu saat nanti. Sebelum kekhawatiran itu terjadi, mari bertanya pada diri sendiri, sudahkah kita darusan hari ini? Sudah berapa halaman Alquran yang kita baca? Bisakah khatam selama Ramadan? Wassalam. Selamat berbuka puasa. Selamat bertadarus nanti malam.***
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.