Finalis Akseptor KB Lestari
Suratin: Hidup Susah, Ikut KB
SENDANGMULYO-Keluarga pasangan Suratin dan Suprapti warga RT 02/RW 13 Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang terpilih mewakili Kota Semarang jadi finalis dalam Penilaian Akseptor KB Lestari (10 tahun) tingkat Jawa Tengah, yang telah dilakukan beberapa waktu lalu di kediamannya.
Pengalaman hidup yang pahit jadi salah satu alasan Suratin bersama istrinya untuk menggunakan KB. Menurutnya, peribahasa “Banyak Anak Banyak Rezeki” tersebut sudah tidak relevan lagi bila diterapkan di zaman sekarang.
“Banyak anak belum tentu banyak rezeki. Banyak rezeki kalau dibagi banyak nanti juga dapatnya sedikit. Saya ini lima bersaudara, kebetulan saat kelas 5 SD bapak saya kecelakaan, sedangkan ibu hanya ibu rumah tangga. Sedangkan bapak saya hanya buruh tani, jadi untuk biaya sehari-hari kita mengalami kesulitan,” tutur Suratin, saat paparan penilaian.
Oleh karena itu, Suratin selalu mencari cara agar dapat hidup lebih baik, salah satunya dengan ber-KB. “Dengan menggunakan KB kita juga mengikuti program yang dicanangkan pemerintah. Selain itu pilihan ini saya jalani karena termotivasi pengalaman hidup yang pahit. Banyak anak belum tentu banyak rejezi, kalau dibagi banyak dapatnya hanya sedikit-sedikit, dan sudah saya buktikan,” jelasnya.
Untuk menjadi akseptor KB, Suratin bersama istrinya sempat mendapat hambatan dari keluarga istrinya. Ny Suprapti anak tunggal, sehingga ibunya menginginkannya memiliki banyak anak. “Karena istri saya anak tunggal, maka mertua saya ingin memiliki cucu banyak, namun seiring berjalannya waktu beliau mau memahami,” lanjutnya.
Suratin menambahkan KB tidak hanya sekedar jadi akseptor saja, tapi perencanaan finansial untuk keluarga juga harus dipikirkan secara matang. Misalnya saja asuransi kesehatan dan pendidikan anak. “Butuh perencanaan untuk jangka panjang,” imbuhnya.
Sekretaris BP3AKB (Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan KB) Provinsi Jateng SP Andriani S mengatakan, kegiatan ini untuk menunjukkan kepada masyarakat, pemenang KB Lestari dapat jadi motivator di lingkungannya.
“Budaya dan agama sering jadi hambatan yang ditemui untuk melakukan KB. Biasanya orang tua juga melarang anaknya untuk ber KB dengan alasan banyak anak banyak rezeki. Maka kesadaran melakukan KB selalu diberikan melalui sosialisasi tokoh agama dan masyarakat,” katanya. (wara-harian semarang)
SENDANGMULYO-Keluarga pasangan Suratin dan Suprapti warga RT 02/RW 13 Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang terpilih mewakili Kota Semarang jadi finalis dalam Penilaian Akseptor KB Lestari (10 tahun) tingkat Jawa Tengah, yang telah dilakukan beberapa waktu lalu di kediamannya.
Pengalaman hidup yang pahit jadi salah satu alasan Suratin bersama istrinya untuk menggunakan KB. Menurutnya, peribahasa “Banyak Anak Banyak Rezeki” tersebut sudah tidak relevan lagi bila diterapkan di zaman sekarang.
“Banyak anak belum tentu banyak rezeki. Banyak rezeki kalau dibagi banyak nanti juga dapatnya sedikit. Saya ini lima bersaudara, kebetulan saat kelas 5 SD bapak saya kecelakaan, sedangkan ibu hanya ibu rumah tangga. Sedangkan bapak saya hanya buruh tani, jadi untuk biaya sehari-hari kita mengalami kesulitan,” tutur Suratin, saat paparan penilaian.
Oleh karena itu, Suratin selalu mencari cara agar dapat hidup lebih baik, salah satunya dengan ber-KB. “Dengan menggunakan KB kita juga mengikuti program yang dicanangkan pemerintah. Selain itu pilihan ini saya jalani karena termotivasi pengalaman hidup yang pahit. Banyak anak belum tentu banyak rejezi, kalau dibagi banyak dapatnya hanya sedikit-sedikit, dan sudah saya buktikan,” jelasnya.
Untuk menjadi akseptor KB, Suratin bersama istrinya sempat mendapat hambatan dari keluarga istrinya. Ny Suprapti anak tunggal, sehingga ibunya menginginkannya memiliki banyak anak. “Karena istri saya anak tunggal, maka mertua saya ingin memiliki cucu banyak, namun seiring berjalannya waktu beliau mau memahami,” lanjutnya.
Suratin menambahkan KB tidak hanya sekedar jadi akseptor saja, tapi perencanaan finansial untuk keluarga juga harus dipikirkan secara matang. Misalnya saja asuransi kesehatan dan pendidikan anak. “Butuh perencanaan untuk jangka panjang,” imbuhnya.
Sekretaris BP3AKB (Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan KB) Provinsi Jateng SP Andriani S mengatakan, kegiatan ini untuk menunjukkan kepada masyarakat, pemenang KB Lestari dapat jadi motivator di lingkungannya.
“Budaya dan agama sering jadi hambatan yang ditemui untuk melakukan KB. Biasanya orang tua juga melarang anaknya untuk ber KB dengan alasan banyak anak banyak rezeki. Maka kesadaran melakukan KB selalu diberikan melalui sosialisasi tokoh agama dan masyarakat,” katanya. (wara-harian semarang)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.