Merintis Usaha Kaos Bola
Nurul Wakhid
BEKERJA di perusahaan swasta, tidak membuat langkah Nurul Wakhid (30) terhenti untuk berwirausaha.
Dari kegemarannya bermain sepak bola, ia akhirnya menemukan suatu ide bisnis yakni membuka usaha penjualan kaos bola seperti jersey, polo shirt, jaket, dan kaos berlogo klub-klub Eropa, hingga pernak- pernik bernuansa bola seperti sticker, gantungan kunci, gantungan ponsel, topi, payung, dan syal.
“Saya mulai punya ide bisnis itu sejak Piala Dunia 2010 berlangsung sekitar Juli lalu. Dari situ, saya berpikir bagaimana membuat kegemaran saya dalam sepak bola itu bisa menguntungkan saya dan orang banyak terutama fans sepak bola,” ungkapnya.
Dengan keberanian diri, ia mencoba untuk menggelontorkan dana sekitar Rp 30 juta sebagai modal awal dalam pembukaan outlet di kawasan Hayam Wuruk, Semarang.
Modal usaha itu sendiri tidak didapatkannya sendiri, tetapi juga ada kontribusi dari beberapa pihak yakni para sahabatnya yang juga gemar bermain sepak bola.
“Saya mengawali pembukaan outlet karena didukung dengan temanteman yang juga suka dengan sepak bola khususnya klub MU (Manchester United). Memang, saya akui, kontribusi terbesar dari modal sendiri. Namun, dukungan dari teman-teman itu sangat membantu perkembangan usaha saya,” tuturnya.
Dalam tiga bulan, ia mengakui, omzet penjualan kaos bola itu cukup memuaskan. Meski kondisi penjualan masih tergantung pada event sepak bola Eropa, namun animo konsumen khususnya dari kalangan pelajar dan kampus cukup baik.
“Saya akui penjualan kaos bola itu memang tergantung event sepak bola itu sendiri. Jika ada event bola yang besar seperti Piala Dunia atau Piala Eropa dan pertandingan derby, maka penjualan pasti meningkat. Namun sampai sekarang, penjualan masih baik,” katanya.
Mengenai omzet, ia mengungkapkan, per bulan mampu meraup sekitar Rp 5 jutaan. Angka itu tercapai pada penjualan total seluruh items seperti kaos, jaket, dan pernak-pernik bola.
“Saya bisa meraih omzet itu karena didukung juga usaha dari temanteman sesama fans MU. Mereka juga ikut membantu dalam hal pemasaran seperti menawarkan pada fans dari klub lain atau menawarkan pada teman-teman sekolah atau kampus mereka sendiri,” ujarnya.
Soal pasokan produk, ia menuturkan, didapat dari hasil pembelian dari pusat grosir di Jakarta. Selain itu, lanjutnya, pembelian pasokan juga dilakukan melalui online untuk produk impor.
“Saya kulakan dari Jakarta dan online. Untuk kaos lokal asal Jakarta, harganya sekitar Rp 30.000 hingga Rp 35.000/item, sedangkan untuk kaos impor, dijual Rp 70.000 hingga ratusan ribu,” katanya.
Guna memperkuat pemasaran, ia kini berhasil membuka satu cabang lagi di kawasan kampus Polines, Tembalang, Semarang. “Saya berharap, dengan dibukanya outlet di daerah atas ini, bisa memenuhi permintaan kaos bola dari konsumen yang tinggal di daerah Semarang atas,” katanya. (ariel)
BEKERJA di perusahaan swasta, tidak membuat langkah Nurul Wakhid (30) terhenti untuk berwirausaha.
Dari kegemarannya bermain sepak bola, ia akhirnya menemukan suatu ide bisnis yakni membuka usaha penjualan kaos bola seperti jersey, polo shirt, jaket, dan kaos berlogo klub-klub Eropa, hingga pernak- pernik bernuansa bola seperti sticker, gantungan kunci, gantungan ponsel, topi, payung, dan syal.
“Saya mulai punya ide bisnis itu sejak Piala Dunia 2010 berlangsung sekitar Juli lalu. Dari situ, saya berpikir bagaimana membuat kegemaran saya dalam sepak bola itu bisa menguntungkan saya dan orang banyak terutama fans sepak bola,” ungkapnya.
Dengan keberanian diri, ia mencoba untuk menggelontorkan dana sekitar Rp 30 juta sebagai modal awal dalam pembukaan outlet di kawasan Hayam Wuruk, Semarang.
Modal usaha itu sendiri tidak didapatkannya sendiri, tetapi juga ada kontribusi dari beberapa pihak yakni para sahabatnya yang juga gemar bermain sepak bola.
“Saya mengawali pembukaan outlet karena didukung dengan temanteman yang juga suka dengan sepak bola khususnya klub MU (Manchester United). Memang, saya akui, kontribusi terbesar dari modal sendiri. Namun, dukungan dari teman-teman itu sangat membantu perkembangan usaha saya,” tuturnya.
Dalam tiga bulan, ia mengakui, omzet penjualan kaos bola itu cukup memuaskan. Meski kondisi penjualan masih tergantung pada event sepak bola Eropa, namun animo konsumen khususnya dari kalangan pelajar dan kampus cukup baik.
“Saya akui penjualan kaos bola itu memang tergantung event sepak bola itu sendiri. Jika ada event bola yang besar seperti Piala Dunia atau Piala Eropa dan pertandingan derby, maka penjualan pasti meningkat. Namun sampai sekarang, penjualan masih baik,” katanya.
Mengenai omzet, ia mengungkapkan, per bulan mampu meraup sekitar Rp 5 jutaan. Angka itu tercapai pada penjualan total seluruh items seperti kaos, jaket, dan pernak-pernik bola.
“Saya bisa meraih omzet itu karena didukung juga usaha dari temanteman sesama fans MU. Mereka juga ikut membantu dalam hal pemasaran seperti menawarkan pada fans dari klub lain atau menawarkan pada teman-teman sekolah atau kampus mereka sendiri,” ujarnya.
Soal pasokan produk, ia menuturkan, didapat dari hasil pembelian dari pusat grosir di Jakarta. Selain itu, lanjutnya, pembelian pasokan juga dilakukan melalui online untuk produk impor.
“Saya kulakan dari Jakarta dan online. Untuk kaos lokal asal Jakarta, harganya sekitar Rp 30.000 hingga Rp 35.000/item, sedangkan untuk kaos impor, dijual Rp 70.000 hingga ratusan ribu,” katanya.
Guna memperkuat pemasaran, ia kini berhasil membuka satu cabang lagi di kawasan kampus Polines, Tembalang, Semarang. “Saya berharap, dengan dibukanya outlet di daerah atas ini, bisa memenuhi permintaan kaos bola dari konsumen yang tinggal di daerah Semarang atas,” katanya. (ariel)
Labels
Inspirasi
terimakasih telah berbagi cerita hidup yang menginspirasi. agan telah berhasil mengubah hobi menjadi peluang usaha, yang berhasil dan sukses.
ReplyDeleteSoftware Kasir Android