Tak Peduli jadi Gunjingan Tetangga
Dalam rukun tetangga, antarwarga biasa saling tolong menolong. Hidup berdampingan dalam satu kampung, membuat setiap orang bisa erat dan merasa senasib sepenanggungan. Tapi kalau saling berbagi itu sampai urusan rumah tangga, bahkan menyangkut urusan ranjang, tentu lain cara menyikapinya.
DI sebuah kompleks perumahan di Semarang atas, belum lama ini penduduk satu RW dibuat geger oleh kasus perselingkuhan yang dilakoni warga dua RT. Kebetulan pelakunya dipergoki bersama-sama oleh beberapa orang.
Ibu-ibu sampai dua minggu lebih tak habishabisnya menggungjingkan peristiwa tersebut. Aneka
bumbu rerasan bercampur baur menambah ramainya pembicaraan orang.
Kaum bapak pun tak kalah riuh mengumbar cerita ke tempat kerjanya di luar rumah. Saat itu, di pagi hari, seorang pembantu rumah tangga membisiki satpam perumahan bahwa ia barusan melihat majikan perempuannya “bermain” di rumah Pak Jefri (samaran).
Satpam dan beberapa warga yang sedang di rumah, terutama pensiunan, lantas ramai-ramai melongok ke rumah Jefri.
Ternyata benar, Bu Theresa (juga samaran) yang suaminya dikenal sebagai tokoh masyarakat, sedang berdua saja di rumah tetangganya lain gang itu. Suara pembicaraan mereka terdengar dari samping dinding rumah banyak jendela.
Tapi warga tidak menggerebek mereka. Tak tega mempermalukan tetangga sendiri. Selain itu, masih segan dengan suami Theresa, sebut saja Pak Budi, yang dihormati di lingkungan tersebut.
Meski orang-orang yang mengetahui kejadian itu berusaha tidak mengumbar warta, tetap saja terjadi kehebohan di masyarakat. Theresa dan Jefri jadi buah mulut warga. Dan keluarga keduanya akhirnya mendengar isi gunjingan tersebut.
Budi yang mendengar tuturan dari dua anaknya tentang kelakuan ibunya, mencoba menanyakan kebenarannya kepada sang istri.
Namun Theresa begitu pandai berkilah. Theresa bersikukuh mengatakan hal itu sebagai fitnah. “Jangan percaya omongan orang, Pak. Itu semua fitnah,” bantahnya berulang-ulang. Jika suaminya ingin diyakinkan, ia segera menarik tangan suaminya ke dalam kamar dan didiamkan. Apalagi kalau bukan dengan “layanan surga”. Sudah menjadi kelemahan laki-laki, jika sudah diberi kenikamatan wanita, maka nalarnya langsung hilang. Terhadap anak-anaknya, Theresa juga meminta agar mereka tenang. “Jangan urusi fitnah orang. Mereka iri sama keluarga kita. Sudah, belajar sana!” bentak sang ibu.
Di lain pihak, Jefri bersikap sebaliknya. Pekerja swasta ini tak keberatan mengakui hubungan mesranya dengan Theresa. Kaum pria tetangganya sedari dulu sering mendengar dia memuji-muji Theresa. Budi memang tukang mbetho. Sukanya membual. Dia tak malu menceritakan apapun yang pernah dilakukannya. Termasuk perbuatan dosa.
Istri dan anak Jefri, tidak kaget dengan gegeran di kampungnya itu. Sudah berkali-kali Jefri bermain wanita. Istrinya sudah lama memendam emosi atas kelakuan suaminya. Tapi tak bisa berbuat apa-apa. Tak berdaya karena Jefri yang lebih sering dikejar wanita. (moi/sae)
DI sebuah kompleks perumahan di Semarang atas, belum lama ini penduduk satu RW dibuat geger oleh kasus perselingkuhan yang dilakoni warga dua RT. Kebetulan pelakunya dipergoki bersama-sama oleh beberapa orang.
Ibu-ibu sampai dua minggu lebih tak habishabisnya menggungjingkan peristiwa tersebut. Aneka
bumbu rerasan bercampur baur menambah ramainya pembicaraan orang.
Kaum bapak pun tak kalah riuh mengumbar cerita ke tempat kerjanya di luar rumah. Saat itu, di pagi hari, seorang pembantu rumah tangga membisiki satpam perumahan bahwa ia barusan melihat majikan perempuannya “bermain” di rumah Pak Jefri (samaran).
Satpam dan beberapa warga yang sedang di rumah, terutama pensiunan, lantas ramai-ramai melongok ke rumah Jefri.
Ternyata benar, Bu Theresa (juga samaran) yang suaminya dikenal sebagai tokoh masyarakat, sedang berdua saja di rumah tetangganya lain gang itu. Suara pembicaraan mereka terdengar dari samping dinding rumah banyak jendela.
Tapi warga tidak menggerebek mereka. Tak tega mempermalukan tetangga sendiri. Selain itu, masih segan dengan suami Theresa, sebut saja Pak Budi, yang dihormati di lingkungan tersebut.
Meski orang-orang yang mengetahui kejadian itu berusaha tidak mengumbar warta, tetap saja terjadi kehebohan di masyarakat. Theresa dan Jefri jadi buah mulut warga. Dan keluarga keduanya akhirnya mendengar isi gunjingan tersebut.
Budi yang mendengar tuturan dari dua anaknya tentang kelakuan ibunya, mencoba menanyakan kebenarannya kepada sang istri.
Namun Theresa begitu pandai berkilah. Theresa bersikukuh mengatakan hal itu sebagai fitnah. “Jangan percaya omongan orang, Pak. Itu semua fitnah,” bantahnya berulang-ulang. Jika suaminya ingin diyakinkan, ia segera menarik tangan suaminya ke dalam kamar dan didiamkan. Apalagi kalau bukan dengan “layanan surga”. Sudah menjadi kelemahan laki-laki, jika sudah diberi kenikamatan wanita, maka nalarnya langsung hilang. Terhadap anak-anaknya, Theresa juga meminta agar mereka tenang. “Jangan urusi fitnah orang. Mereka iri sama keluarga kita. Sudah, belajar sana!” bentak sang ibu.
Di lain pihak, Jefri bersikap sebaliknya. Pekerja swasta ini tak keberatan mengakui hubungan mesranya dengan Theresa. Kaum pria tetangganya sedari dulu sering mendengar dia memuji-muji Theresa. Budi memang tukang mbetho. Sukanya membual. Dia tak malu menceritakan apapun yang pernah dilakukannya. Termasuk perbuatan dosa.
Istri dan anak Jefri, tidak kaget dengan gegeran di kampungnya itu. Sudah berkali-kali Jefri bermain wanita. Istrinya sudah lama memendam emosi atas kelakuan suaminya. Tapi tak bisa berbuat apa-apa. Tak berdaya karena Jefri yang lebih sering dikejar wanita. (moi/sae)
Labels
Romantika
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.