Berita

[Berita][bleft]

Artikel

[Ekonomi][twocolumns]

Apakah Sejarah Harus Berulang?

Oleh Soetomo WE
Kondisi bangsa Indonesia sampai bulan ini, terasa goncangannya makin keras. Penulis katakan “goncangan makin keras”, karena yang kita lihat, kita sendiri terlihat bukan makin rukun, akan tetapi apa yang diperlihatkan oleh bangsa Indonesia, lebih-lebih oleh para pemimpinnya yang ada, adalah saling berusaha “menjatuhkan “ lawan-lawannya.
    
Pertengkaran mereka memang belum atau tidak frontal, akan tetapi dari berbagai pernyataan baik di media masa, maupun media elektronik, terlihat bahwa para pemimpin kita sedang berada dalam ketidakcocokan, satu dengan yang lain.

Contoh kongkret, adalah kondisi yang ada pada Partai Demokrat (PD), partai pemenang pemilu 2009, ternyata yang dipertontonkan adalah “kondisi usreg”. Mengapa “usreg”, sebab antarkader partai, antarpemimpin partai di PD, seperti tengah “diadu domba” satu dengan yang lain. Kita lihat saja “nyanyian Nazaruddin” bekas Bendahara Umum PD, dalam persembunyiannya ia menyerang para pimpinan partainya, bahkan juga menyerang KPK.
Akibat lebih lanjut, orang-orang di luar PD, saling berkomentar, saling menilai, dari yang jelek, sampai yang menyerang setengah frontal. Tidak ada seorangpun yang menasehati baik, kepada SBY selaku Pembina PD atau SBY sebagai Presiden, melainkan beramai-ramai menyerang kebijakan PD dan Presiden SBY.

Menohok Jantung SBY
Memang harus diakui, secara dilematis SBY berada pada posisi seperti makan “buah simalakama”. Kelakuan sementara kader PD, memang telah menohok jantungnya. Kasus Nazaruddin, Anas, Angelina Sondakh, Andi Malarangeng, belum terselesaikan, justru Marzuki Alie, si Ketua DPR RI yang dari PD, membuat ulah dengan omong yang “kebablasen”. Yang ternyata bukan saja menohok jantung SBY, melainkan juga menyudutkan SBY dan PD juga.
     
Komentar para pemimpin masyarakat makin menggila, makin tegas, dan malah ada yang meminta Marzuki Alie dipecat dari ketua  DPR RI. Akankah SBY bertindak cepat? Menurut hemat penulis, SBY tidak akan bertindak cepat. Sebagai orang yang penah belajar futurologi, ia pasti telah melakukan analisis keadaan, dan sudah “mengantongi” apa yang akan dilakukan, dan apa dampak yang akan terjadi dari apa yang dilakukannya. Inilah yang penulis sebut fenomena “SBY”, sebab ia seorang pemikir, tidak seperti presiden pendahulunya yang pemikir dan yang bertindak.
    
Melihat kembali ke belakang, mari kita lihat ketika Bung Karno dan Bung Hatta dalam kondisi ketidaksepahaman. Kajian sejarah mencatat, karena Bung Hatta tidak suka, Bung Karno bertindak melalui batas-batas sebagai Presiden RI, dan tidak setuju Bung Karno memelihara komunis.
   
Itu sekitar tahun 1956-an. Sebagai sejarawan, penulis justru melihat, bahwa pada awal-awal kemerdekaan, dimana RI berubah menjadi RIS, Belanda mulai bergerak lagi untuk memporak-porandakan RI yang diproklamasikan 17 Agustus 1945, memang memerlukan Presiden atau Kepala Negara yang berani menyimpang pola (kata Sejarawan Jan Romein).
   
Sementara itu (1950-1956-an) Bung Hatta, ingin agar RIS berpegang pada pola pemikiran Bung Hatta, bahwa komunis ya komunis, sementara Bung Karno, berdasarkan falsafahnya, mengatakan komunis Indonesia dapat diperbaiki, bersifat lain dari komunis internasional. Dan Bung Hatta dengan baik minta menggundurkan diri pada 1956-an.
   
Kembali sejarah mencatat, sebagai Presiden yang berani menyimpang pola, Bung Karno (masih bersama Bung Hatta), mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung, 18-24 April 1955, yang menghasilkan Dasa-Sila Bandung. Salah satu catatan sejarah yang dicatat dunia, Bung Karno berani menyimpang pola yang ada di dunia waktu itu.
    
Pola yang ada waktu itu, bahwa konsep B Russel, filosof inggris, bahwa di dunia hanya ada dua kubu, yaitu kubu kapitalis dan komunis. Akan tetapi Bung Karno berani bilang: Tidak!, bahkan menyodorkan kubu ketiga yang disebut “nonblok”. Ada semiliar penduduk dunia di Asia-Afrika, bahkan mungkin di Amerika, tidak menganut kubu kapitalis atau komunis, salah satunya Republik Indonesia yang menganut Panacasila.
    
Mengapa Konferensi AA di Bandung berhasil, karena Bung Karno (BK) berani menyimpang pola.  Anadaikata AA sekarang masih berdiri, maka Mesir, Libia, Irak, Yaman, Siria, Iran, tidak akan diobok-obok bangsa Barat yang kapitalistik, dan sebentar lagi, akan banyak negara di Asia dan Afrika akan menerima gilirannya, diobok-obok kaum kapitalis.
    
Gangguan terhadap usaha menyimpang pola itu, memang cukup banyak dan dahsyat, dari dalam negeri muncul dewan-dewan yang tidak puas, seperti Dewan Banteng, Dewan Gajah, PRRI, Permesta, bahkan di tahun 1958 (setelah Bung Hatta atau BH mundur), para pemberontak mengultimatum pemerintah RIS, dengan membuat pemerintah tandingan yakni Pemerintah Revolusioner RI berpusat di Padang, dan Mr Syarifudin Prawiranegara, menjadi Perdana Menterinya, juga ada tokoh pembangkang Sumitro Jayahadikusumo (pakar ekonomi Indonesia), Kolonel Simbolon, Lubis, Achmad Hussen, Dahlan Djambek, dan sebagainya.

Minta Ampun
    
Tetapi kembali Bung Karno dengan tegas menyimpang pola, dengan menumpas pemberontakan itu, dengan Operasi 17 Agustus, dipimpin Jendral A Yani. Karena  ketegasan Bung Karno  saja, Padang dapat direbut, dan banyak pembrontak yang menyerah, minta ampun, diampuni, termasuk Sumitro juga diampuni.
    
Kembali kondisi bangsa Indonesia terganggu lagi, karena sidang-sidang Konstituante yang bertugas menyusun UUD mengganti UUDS, gagal. Kondisi bangsa makin carut-marut, dan saat yang seperti itu dibutuhkan pemimpin (presiden) yang tegas, berani menyimpang pola, dan Bung Karno kembali mengambil keputusan yang sangat tepat dengan membuat Dekrit Presiden Juli 1959, yang menyatakan Indonesia), kembali ke UUD 45 dan NKRI, dan membubarkan Konstituante.
            
Dari catatan yang ada, kalau BK dan BH bersatu, walau ada perbedaan pendapat, tetapi demi bangsa dan Negara, mereka membuang perbedaan, maka tahun 1955, RIS dapat menjadi tuan rumah Konferensi Asia-Afrika yang sukses, dan negara kapitalis ketakutan. Ketika BK dan BH “ berpisah”,  ada pembelotan daerah, konflik Konsituante, tetapi BK dengan tegas mengambil keputusan, pembrontak ditumpas, Konstituante dibubarkan dengan Dekrit Presiden 1959. Lepas ada yang pro dan yang kontra, langkah BK menyelamatkan RI patut dapat acungan jempol dan dapat pujian.
         
Memang, apakah sejarah harus berulang? Cicero, sejarawan Romawi, pernah mengingatkan: kesejahteraan suatu bangsa bermula dari karakter yang kuat bangsanya. Dan Dr Arnold Toynbee, sejarawan Inggeris yang terkenal, juga mengingatkan: dari 21 peradaban yang dapat dicatat, 19 hancur, bukan penaklukan dari luar, melainkan karena pembusukan moral dari dalam.
         
Peristiwa 30 September 1965 yang terjadi di tubuh RI, adalah salah satu pembenaran ucapan ahli sejarah tadi, Bung Karno yang ditetapkan sebagai Presiden seumur hidup oleh MPRS RI, masa mudanya demi perjuangannya keluar masuk penjara, dibuang para penjajah, akan tetapi tetap hidup. Fakta mencatat, bahwa ketika beliau selaku Presiden dipenjarakan bangsanya, BK akhirnya gugur, dan kita hanya bisa menangisi dan menyesali perbuatan anak bangsa yang tidak berperikemanusiaan itu. Peristiwa G.30 S, sampai sekarang masih menjadi fenomena sejarah, siapa dalangnya?

Pelajaran Buat SBY

            
Sekarang, bulan Agustus 2011, sebentar lagi kita peringati HUT Kemerdekaan RI yang ke-66, kondisi bangsa Indonesia dengan motif dan pola yang berbeda, telah benar-benar carut-marut, kita yang menganut liberalisme dan kapitalisme, telah membawa anak-anak bangsa  menjadi pemuja liberalisme dan kapitalisme.
    
Negara kita jatuh menjadi negara terkorup di Asia-Pasifik, politik kita amburadul, gaya multipartai telah mengantar perpecahan bangsa, pemilu langsung hanya pemborosan dan penipuan politik, melahirkan koruptor, kondisi rakyat miskin sengsara, kemiskinan makin dirasakan, kondisi rakyat makin merana.
                
Bukan itu saja, alam juga tidak bersahabat, ada anomali, banyak gunung meletus, banyak gempa bumi, banjir, penebangan liar, banyak penyakit, telah membuat rakyat makin menderita.  Sementara itu, pemimpin bangsa hanya bertengkar, KPK dihalang-halangi, malah ada usul Ketua DPR RI, KPK dibubarkan. Polisi sudah tidak dipercaya rakyat, hakim, jaksa, penegak hukum mempertontonkan tindakan yang tidak terpuji, tidak ada keadilan.
               
Sekarang tinggal SBY sebagai Presidan, mampukah ia bertindak tegas, mampukah ia menyimpang pola? Di abad XI, Sri Aji Jayabaya, Raja Kadhiri Mawenang, pernah mengingatkan kepada rakyatnya, bahwa kalau nanti banyak bencana alam, gunung meletus, gempa bumi, para “ pengeraning praja” atau pejabat negara tidak patut di suri teladani, maka akan lahir Zaman Kaliyoga  (kegelapan). Ki   Ronggawarsito  di  awal  abad    XIX, juga mengingatkan   dalam    tembang Kalatidha, bahwa   banyak   orang yang “ngedan” (pura-pura gila), karena takut  “kaliren” (tidak dapat makan).
    
Peringatan sudah terlihat  di depan mata kita. Akankah didiamkan, semua ada di tangan  SBY sebagai  pemegang  kendali. Kalau  sampai terjadi  apa-apa, sejarah akan mencatat “prestasi” apa yang telah dicapai SBY. Penulis tidak berani menyarankan, ia seorang futurologi, pasti bisa, kata semboyan produk minuman. Pasti bisa, cuma  kapan? Sejarah akan berulang dengan gambar yang berbeda. Semoga Tuhan Yang Mahakasih menolong bangsa Indonesia.

                         Prof Dr Dr Soetomo, WE, MEd, Dosen PPs STIEPARI dan UKSW (tab)
   Prof.Dr.Dr.Soetomo.WE,M.Ed.
 Dosen PPs STIEPARI dan UKSW


Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.


Desakundi

[Desakundi][threecolumns]

Pendidikan

[Pendidikan][list]

Ekonomi

[Ekonomi][grids]

Politik

[Politik][bsummary]

Oase

[Oase][threecolumns]
Create gif animations. Loogix.com. Animated avatars. Animated avatar. Motley Animated avatar. Gif animator. Animated avatar. Gif animator. Zoom Gif animator. Motley Create gif animations. Zoom Animated avatar. Movie Create gif animations. Gif animator. Zoom Animated avatar. Loogix.com. Animated avatars. Negative Animated avatar. Zoom Rumah Zakat Animated avatar. Negative Babyface, Harian Semarang liquid executive club, tonitok rendezvous