Begenggek Tobat
Kiai Sholeh:HARSEM/DOK |
Ketika seorang pelacur datang minta penglaris, "banyu yasinan" pun beliau sodorkan begitu saja. Tanpa banyak tanya, tanpa nasehat yang nyinyir, apalagi mencela.
Siapa sangka, beberapa waktu kemudian si pelacur datang lagi.
"Sebenarnya suwuknya Simbah itu manjur sekali... tapi sekarang saya minta dicabut saja, Mbah".
"Lho?"
"Saya ndak kuat lagi, Mbah... saya mau berhenti saja. Gara-gara suwuknya Simbah itu, berminggu-minggu saya ndak bisa istirahat sama sekali.... sampai hancur badan saya..."
Siapa sangka, beberapa waktu kemudian si pelacur datang lagi.
"Sebenarnya suwuknya Simbah itu manjur sekali... tapi sekarang saya minta dicabut saja, Mbah".
"Lho?"
"Saya ndak kuat lagi, Mbah... saya mau berhenti saja. Gara-gara suwuknya Simbah itu, berminggu-minggu saya ndak bisa istirahat sama sekali.... sampai hancur badan saya..."
Sedang di daerah Kandangan Rembang, dulu ada seorang kiai desa sederhana, Mbah Sungeb namanya (teronggosong.com). Mbah Sungeb kiyai jadhug tapi tasattur (sengaja menyembunyikan kelebihannya). Tak banyak yang mengetahui jati dirinya.
Suatu kali ada acara NU di Surabaya. Kiai Bisri Mustofa mengajak sejumlah kiai Rembang untuk berangkat berombongan dengan mobil miliknya. Mbah Sungeb ingin ikut tapi tak berani ngomong sendiri, maka ia minta tolong salah seorang kiai itu untuk mengusulkannya kepada Kiai Bisri.
"Sungeb kok dinaikkan mobil segala", jawab Mbah Bisri, "Nggak usah!" Rombongan pun berangkat tanpa Mbah Sungeb. Sebagian kiai merasakan ganjalan di hati: Kiai Bisri kok pelit sekali, ditambahi nunutan satu orang lagi saja kok nggak mau, padahal masih ada tempat. Sebagian lainnya menduga-duga: apa ya, kesalahan Mbah Sungeb, kok sampai sebegitunya Kiai Bisri menyingkurinya?
Sampai di tempat acara dan kiai-kiai turun dari mobil, Mbah Sungeblah orang pertama yang menyambut kedatangan mereka!
Mbah Sungeb memang aneh. Ketika Pemda Rembang membuka lokalisasi pelacuran, Mbah Sungeb yang sudah sepuh justru rajin datang ke tempat itu. Nongkrong di warung-warungnya, ngobrol dengan perempuan-perempuannya. Orang-orang menggugatnya, Mbah Sungeb tak bergeming.
"Terserah aku mau dikatai apa... mau dibilang kiai begenggek (pelacur, red) ya silakan saja," begitu katanya, "orang-orang itu merasa dirinya lebih baik ketimbang begenggek. Padahal kalau begenggeknya tobat tapi yang ngrasani (mempergunjingkan) begenggek tidak tobat...?"
Tak lama sesudah Mbah Sungeb wafat, lokalisasi pelacuran itu ditutup. (tab)
Tak lama sesudah Mbah Sungeb wafat, lokalisasi pelacuran itu ditutup. (tab)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.