Panas, Sepakbola Api di Jamus

Demak-Santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Kautsariyah Desa Jamus, Mranggen mempunyai cara tersendiri untuk menyambut Bulan Suro. Selain berdoa bersama bagi korban jembatan ambruk di Kutai Kalimantan Timur, mereka juga mengadakan sepakbola api di halaman ponpes. Olahraga ‘panas’ ini sudah menjadi tradisi untuk menyambut tahun baru Islam.

Bola api yang digunakan terbuat dari buah kelapa tua yang sudah mengering, dan berserabut tebal. Kelapa tua ini direndam dalam minyak tanah, selama dua hari. Setelah minyak tanah meresap ke dalam serabut, tinggal di sulut. Api akan menyala hingga lama.

Meski buah kelapa telah berselimut api, para santri mengaku tidak merasa kepanasan saat menendang maupun memegangnya, selain itu, kerasnya buah kelapa juga tidak mengakibatkan sakit pada kaki mereka saat menendangnya. Jumlah pemain dalam satu tim sebanyak enam orang.

Menurut Mushonef Al-Hakim, Pengurus Ponpes Al-Kautsariyah, sepakbola api sudah menjadi tradisi para santri setiap menjelang tahun baru hijriyah. Namun sepakbola api tergolong berbahaya, “Alhamdulillah para santri tidak apa-apa,” kata Mushonef.

Lanjutnya, para santri tidak mempunyai persiapan khusus untuk permainan berbahaya itu. Cukup membaca doa sebelum memulai permaianan.

Usai menggelar sepak bola api, para santri menyatakan keprihatinannya kepada para korban meninggal dan luka-luka akibat ambruknya jembatan di Kutai Kalimantan Timur. (swi/nji)

Newer Post Older Post