Ritual Palakrama Kencana Proses Nikah Emas Ala Jawa
Sejatine kang pitutur Jawi/ rosing rasa tataran makrifat/ kasunyatan surasane/ andhap asor watekireki/ rila sabar narima/ temen budi luhur/ ngesti rahayu sasama/ amiguna tak ngendhak gunaning janmi/ suka yen kaniaya.
DIAWALI tembang Dhandanggula, ritual prosesi plakrama kencana (perkawinan emas) digelar di Bale mong, Ungaran, minggu (5/2). Adalah pasangan budayawan kabupaten Semarang, yang juga Ketua I Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Jawa Tengah R Budi Muhanto (77) dan R Ngt Sri Sunarningsih (69) yang memperingati palakrama kencana.
Prosesi ritual lengkap dengan berbagai simbol nilai sakral pernikahan yang dikemas dalam budaya jawa nan luhur. Diawali dengan panggas tumpeng yang dimaknai sebagai ungkapan syukur tumuju ing pengeran. Dari sini terungkap perjalanan cinta kasih pasangan suami-istri secara bertahap dari seneng, demen, tresno hingga bronto sebagai klimaks dari perasaan cinta pada pasangan.
Dilanjutkan kemudian dengan sungkeman anak cucu kepada pasangan R Budi Muhanto dan R Ngt Sri Sunarningsih. Dari sini tersirat ajaran berbakti kepada orang yang dituakan dalam sebuah keluarga besar.
Ritual semakin memperlihatkan suasana guyub keluarga, saat “mempelai” melaksanakan prosesi uthak-athik dengan menyebarkan uang koin. Prosesi ini seolah menegaskan bahwa orangtua senantiasa selalu memberi cinta kasih yang tak pernah putus bagi keturunannya.
Ritual kemudian ditutup dengan pelepasan burung merpati sejumlah anak cucu pasangan palakrama kencana, yakni 14 ekor. Pertanda lepasnya segala sukerto (kendala hidup) bagi keluarga besar pasangan.
Ketua Umum Pepadi Jateng, Sutadi menuturkan, sesungguhnya acara palakrama kencana ini merupakan hasil adopsi kalangan keraton terhadap budaya barat gold wedding anniversary (pernikahan emas), yang dikemas dalam ritual tradisi budaya Jawa. “Sebenarnya dalam bebrayan Jawi sendiri sudah ada acara serupa yang disebut tumbuk alit untuk masa pernikahan 32 tahun, dan tumbuk ageng untuk peringatan pernikahan 64 tahun,” terang Sutadi.
Tujuan dari gelaran tersebut, menurut Sutadi, antara lain untuk mengingatkan kepada masyarakat tentang nilai sakral pernikahan sebagaimana diteladankan para leluhur. “Zaman sekarang masyarakat cenderung melupakan nilai sakral pernikahan. Gaya hidupnya lebih mencontoh orang barat mudah kawin cerai,” ucapnya lagi.
Ketua Panitia Palakrama Kencana, Agus Wibowo mengatakan, bahwa ritual ini sesungguhnya peninggalan Paku Buwono I, yang layak diuri-uri sebagai khasanah budaya. “Ritual palakrama kencana ini layak diuri-uri untuk untuk mengenalkan khasanah budaya kepada generasi muda dalam menjaga kesakralan nilai pernikahan,” kata dia.
Menurut Agus, falsafah pernikahan adalah mempertahankan keutuhan rumah tangga, sebagaimana terangkum dalam hakikat kata rukun. Yakni, rumaket, utomo, kebahagiaan, urunan, dan nurani. “Kalau pasangan nikah dapat menjabarkan makna kata rukun, niscaya nilai sakral pernikahan akan terjaga hingga kaken-ninen,” pungkasnya. (nino adisumarto/nji)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.