Berita

[Berita][bleft]

Artikel

[Ekonomi][twocolumns]

Komunitas “Suluk Rampak Pertiwi” Aransemen Musik Pembebasan untuk Kritik Sosial

LATIHAN: Komunitas Suluk Rampak Pertiwi sedang melakukan latihan rutin di lingkungan IAIN Walisongo.
NGALIYAN- Banyaknya aliran musik yang mengusung genre baru, ternyata tidak serta merta membuat kualitas musik di Indonesia semakin meningkat. Hal ini dikarenakan banyak yang menggunakan musik hanya bagian dari bisnis saja, sehingga apa yang mau disampaikan kepada publik seringkali kabur dan melanggar norma-norma yang ada.

Hal inilah yang menjadi keprihatinan Dwi Royanto, Ketua Komunitas Suluk Rampak Pertiwi (SRP), saat ditemui oleh Harian Semarang, kemarin. Menurut Dwi, musik adalah seni pembebasan dari sebuah perenungan. Sehingga walaupun menggunakan aransemen sederhana, isi yang akan disampaikan haruslah mempunyai makna yang jelas.

Cikal bakal SRP berasal dari sekelompok anak muda yang tergabung dalam komunitas Teater Beta IAIN Walisongo yang dikomandoi oleh Abdul Mughis pada tahun 2003. Mereka melihat, setelah reformasi permasalahan bangsa ini belum juga usai, sehingga mahasiswa harus terus melancarkan kritik sosial yang memihak kepada rakyat

Untuk tema, SRK cenderung mengangkat tema-tema yang mengandung kepedulian, seperti kritik sosial, kemiskinan, kepedulian lingkungan, dan persahabatan. Sementara corak musik SRP dalam setiap pementasannya seringkali menggunakan instrumen tradisional seperti gamelan dan rebana yang digabungkan dengan barang bekas, sampah, dan yang paling unik adalah suara tepuk tangan dan sepatu penonton.

“Kami ingin penonton juga ikut larut dalam aransemen yang kami bawakan, sehingga kesadaran emosional mereka akan naik,” kata Dwi

Sementara itu Lurah Teater Beta Semarang, Muhammad Maghfur’an mengatakan, walaupun SRP berasal dari IAIN yang notabene Islam, tetapi dalam pementasannya selalu mengampanyekan bahwa Islam adalah agama universal yang berbicara tentang politik, ekonomi, sosial dan budaya, sehingga SRP juga mengampanyekan kerukunan hidup antarumat beragama.

“Lewat musik, kami ingin menghapus kesan bahwa Islam agama yang buruk dengan segala macam kejadian akhir-akhir ini,”cetus Fur’an. 

Hingga saat ini, SRP sudah mempunyai anggota sebanyak 15 orang dan menghasilkan 22 lagu kreasi. Sedangkan base camp SRP berada di kampus IAIN Jl.Dr Hamka KM 2, Ngaliyan.  Karena keunikan perpaduan aransemen musik dan tema yang akan disampaikan, seringkali mereka diundang pentas di balaikota maupun Pemprov Jateng.(nul/12)

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.


Desakundi

[Desakundi][threecolumns]

Pendidikan

[Pendidikan][list]

Ekonomi

[Ekonomi][grids]

Politik

[Politik][bsummary]

Oase

[Oase][threecolumns]
Create gif animations. Loogix.com. Animated avatars. Animated avatar. Motley Animated avatar. Gif animator. Animated avatar. Gif animator. Zoom Gif animator. Motley Create gif animations. Zoom Animated avatar. Movie Create gif animations. Gif animator. Zoom Animated avatar. Loogix.com. Animated avatars. Negative Animated avatar. Zoom Rumah Zakat Animated avatar. Negative Babyface, Harian Semarang liquid executive club, tonitok rendezvous