Sulap Sungai Mati Jadi Embung, Maju Tingkat Nasional
CICIPI JAMBU: Juri mencicipi jambu merah delima didampingi Sekretaris Dinas Pertanian Demak Hari Adi Soesilo (kiri). (hasrem/dok) |
DEMAK-Kreativitas petani Desa Cabean Kecamatan Demak dalam mengelola sistem pengairan, mendapat apresiasi Kementerian Pertanian. Petani menyulap sebuah sungai mati menjadi embung air (long storage) untuk pengairan. Upaya tersebut membawa Desa Cabean ke tingkat nasional.
Sebuah sungai yang telah mati sejak tahun 80-an, oleh pemerintah dan warga dibangun menjadi polder dengan panjang 2,5 km, lebar 9 meter, dan kedalaman 3 meter. Ternyata sangat bermanfaat untuk pengairan.
“Kreativitas ini mengantar Desa Cabean maju ke tingkat nasional. Upaya ini mendukung program pemerintah swasembada pangan tahun 2014,” ungkap Kepala Dinas Pertanian Demak Wibowo ketika menyambut Tim Penilai Lomba P3A Tingkat Nasional 2012 di Desa Cabean, kemarin.
Wibowo mewakili Plt Bupati Demak HM Dachirin Said menambahkan, dengan ketercukupan pengairan, petani bisa menanam padi mendahului masa tanam (MT). Sehingga terhindar dari organisme pengganggu tanaman (OPT) atau hama.
Saat panen, harga gabah di pasaran masih tinggi, melebihi harga normal. Masih ditambah, tanam mendahului MT maka ongkos penanaman semakin murah. Tenaga penggarap masih banyak dengan upah yang masih ringan.
Desa Cabean yang berpenduduk 7.000 jiwa mendapat kepercayaan mewakili Jawa Tengah maju ke tingkat nasional dalam lomba Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A).
“Embung mampu mengaliri lahan pertanian seluas 268 hektar hingga ratusan hektar di sawah desa tetangga, yaitu Desa Tempuran dan Kelurahan Betokan yang masih satu Kecamatan Demak,” aku Kades Cabean Karsiman didampingi Ketua Kelompok P3A 'Tani Makmur', Sudarno.
Untung Rp 125 Juta
Menurut Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian Demak Wiwin Edi Widodo, prestasi lain adalah pengelolaan P3A yang menghasilkan profit. “Beranggota 550 petani, lembaga desa ini mampu menyisihkan keuntungan Rp 125 juta dalam setahun," kata Wiwin.
Iuran yang dilakukan berdasarkan hasil musawarah anggoa cukup besar. Tiap anggota bersedia mengisi kas lembaga mencapai Rp 400 ribu bila musim hujan dan musim kemarau Rp 500 ribu.
Sekretaris Dinas Pertanian Demak Hari Adi Soesilo bersama Kepala UPTD Peranian Demak I (Wilayah Demak, Bonang, dan Wedung) Sutarno, menyambung pihaknya mendorong petani menanam mendahului MT atau menanam hortikultura di luar musim (off season).
Ketua Tim Penilai, Didiek Slamet Riyadi dari Kementrian Pertanian sangat terkesan dengan sambutan warga. Dia mengingakan, tujuan pemerintah menggelar lomba untuk mengubah mindset (pola pikir) petani.
“Selama ini saat panen raya, harga gabah anjlok. Petani mesti bersiasat mengatasi fluktuasi harga di antaranya dengan mengatur waktu tanam," jelasnya.
Didiek bersama tim penilai dari unsur LSM, ITB, Kementrian PU, dan Kemendagri telah melakukan penilaian. Lima besar adalah Jatim, Jateng, Jabar, DIY dan NTB. (swi/16)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.