14 Warga Meninggal Akibat Demam Berdarah
SEMARANG-Demam berdarah (DB) masih menjadi momok. Hingga awal Juli, sedikitnya sudah 14 warga meninggal akibat penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes aegepty itu.
PELAKSANA Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang Widoyono mengatakan, angka kematian akibat demam berdarah tahun ini cenderung meningkat dibanding tahun lalu. Karena dalam kurun waktu Januari hingga Juli 2011, tercatat hanya ada tujuh kasus kematian penederita.
PELAKSANA Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang Widoyono mengatakan, angka kematian akibat demam berdarah tahun ini cenderung meningkat dibanding tahun lalu. Karena dalam kurun waktu Januari hingga Juli 2011, tercatat hanya ada tujuh kasus kematian penederita.
“Dari pendataan kami, hingga 29 Juni 2012 sudah ada 481 kasus serangan demam berdarah. Sedangkan di tahun 2011 total ada 1.303 kasus DB. Periode 2010 masih cukup tinggi angka temuannya, yaitu 5.556 kasus dengan angka kematian 47 orang,” katanya ketika ditemui di kantornya (3/6).
Di tahun 2012, Kecamatan Pedurungan (58 kasus), Kecamatan Semarang Barat (54), dan Kecamatan Genuk (51) menjadi daerah paling banyak temuan serangan demam berdarah. Sementara Kecamatan Gajahmungkur dan Kecamatan Ngaliyan tergolong daerah yang paling banyak temuan angka kematian akibat DB, masing-masing tiga kasus.
Dari pendataan selama tahun 2011, angka kematian paling banyak terjadi pada penderita usia 1 hingga 4 tahun (30 persen) dan 5-9 tahun (30 persen).
“Kami akan terus melakukan -upaya untuk menekan angka kematian dan serangan demam berdarah. Beberapa program terus kami jalankan, di antaranya sosialisasi hidup bersih dan sehat,” tegasnya.
Fogging Tak Efektif
Ditambahkan, selama ini di masyarakat berkembang kepercayaan bahwa fogging (pengasapan) dipercaya paling efektif menekan atau memberantas nyamuk. Tapi Widoyono menegaskan, bahwa kepercayaan itu salah kaprah.
“Fogging hanya mematikan nyamuk yang sudah dewasa. Sedangkan yang harusnya diberantas ialah jentik nyamuk, asal muasal penyebabnya. Fogging saja tidak efektif, karena efeknya jangka pendek. Tiga hari kemudian akan ada nyamuk lagi, karena jentiknya tidak mati,” tegasnya.
Selain tak efektif, fogging juga menyebabkan kekebalan pada jentik nyamuk. Sehingga ketika tumbuh menjadi nyamuk, jentik yang dulu pernah terkena obat fogging akan kebal terhadap obat serupa.
“Temuan lain, di Semarang ternyata nyamuknya sudah kebal terhadap obat fogging," ujarnya.
Untuk memberantas penyakit tersebut, pemberantasan jentik menjadi cara efektif yang dapat dilakukan warga. Selain itu, warga juga diimbau untuk aktif melaksanakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) tiap beberapa hari sekali.
"Caranya dengan langkah 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur benda-benda yang bisa digenangi air. Selain itu, warga juga diimbau untuk berperilaku hidup bersih," tandasnya.
Di kesempatan berbeda, Plt Wali Kota Hendrar Prihadi juga terus melakukan sosialisasi dan penerapan program Kali Bersih. Tujuannya untuk menjadikan Kota Semarang menjadi daerah yang bebas dari sampah.
"Tapi tentu ini membutuhkan kesadaran masyarakat dengan tidak membuang sampah di sungai. Karena tumpukan sampah di sungai, selain bisa menyebabkan penyakit juga akan berdampak pada penyumbatan saluran dan banjir," tegasnya.(H71,H35-JBSM/16)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.