7 Kecamatan Rawan Kekeringan

ANTRE AIR: Salah satu warga Deliksari menaruh ember untuk antri air bersih. Deliksari adalah salah satu wilayah yang rawan kekeringan saat musim kemarau. (Foto: Harsem/Lissa Febrina)

BEBERAPA wilayah di Kota Semarang langganan kekeringan saat musim kemarau. Setidaknya ada tujuh wilayah kecamatan yang mengalami hal itu. Sebagai antisipasi, wilayah yang biasanya mengalami kekeringan dimohon mengajukan proposal bantuan air bersih.

TUJUH kecamatan di Kota Semarang rawan kekeringan, yaitu Kecamatan Mijen, Gunungpati, Tembalang, Ngaliyan, Genuk, Kecamatan Banyumanik, dan Kecamatan Tugu. Lima kecamatan di antaranya sudah mengirimkan proposal bantuan air bersih ke Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang.

Dikatakan Sardjiono, Sekretaris BPBD Kota Semarang, bantuan air bersih tidak hanya saat musim kemarau melanda. Saat banjir pun bantuan air bersih akan dikirimkan jika diminta masyarakat. “Beberapa waktu lalu, Kelurahan Muktiharjo Timur Kecamatan Genuk sudah kami kirim air bersih saat wilayah mereka kebanjiran,” ujar Sardjiono.

BPBD sudah siap membantu masyarakat Kota Semarang dari kekurangan air bersih, seperti Kalialang dan Deliksari. “Permintaan secara resmi sudah masuk sekitar  5 kecamatan, di antaranya Sematrang Timur, Tugu, Genuk, dan Gunungpati sudah di-warning jangan sampai kehabisan. Kalau kebutuhan air bersih sudah menipis segera kirimkan proposal ke BPBD,” ujar Sardjiono.

Permintaan air bersih, ke depan akan dialokasikan ke daerah kekeringan, dan kalau ada tandon yang rusak BPBD siap memberikan bantuan tandon juga. “Menurut data BPBD, wilayah rawan kekeringan ada 7 wilayah seperti disebut di atas tadi. Kami berharap ini semua dapat ter-handle,” tuturnya.

Untuk kebutuhan air, lanjutnya, tergantung kebutuhan di lapangan, tergantung permintaan masyarakat. Intinya selama musim kemarau menjelang, BPBD sudah siap dan akan melakukan survei. Bahkan untuk ini BPBD sudah berkoordiansi dengan PDAM. 

“Kita sudah mengirimkan surat tindak lanjut dari gubernur ke kecamatan dan ke kelurahan. Kita juga sudah laporan dengan tingkat 1A kalau ada bencana yang tak diduga, dan kita didukung oleh BPBD tingkat 1,” bebernya.

Untuk minta bantuan air bersih, mekanismenya kelurahan/isntitusi terkait mengirimkan surat permohonan bantuan air bersih ke BPBD, lengkap dengan titik atau lokasinya. “Dan BPBD akan melakukan pengecekan. Kami akan lihat, kalau ok kita langsung kirim bantuan air,” katanya.

Wilayah yang rawan kekeringan adalah Kalialang dan Deliksari Kelurahan Sukorejo Kecamatan Gunungpati. Dikatakan Sukarti, warga RT 01 RW 06, saat ini sendang Gayam, yang menjadi satu-satunya sumber air di kampung tersebut debit airnya mulai berkurang.

“Aliran sendang Gayam, yang tertampung di enam tandon air harus dibagi ke enam rukun tetangga (RT). Masing-masing RT ada satu tandon air. Karena air embung mulai menipis, aliran air dari embung digilir, satu hari satu tandon,” kata Sukarti.

Jika kebutuhan air di satu RT habis, maka beberapa warga terpaksa mengambil air di tandon RT yang lain. Air tersebut, digunakan untuk semua kebutuhan, baik masak, mencuci, mandi dan lain-lain.

“Untuk menghemat, setiap keluarga biasanya hanya menggunakan enam ember air per hari. Di sini, setiap RT ada sekitar 35 hingga 40 warga dewasa. Kami berharap kelurahan bisa mengambil langkah,” tandasnya. (lif/12)

Newer Post Older Post