Berita

[Berita][bleft]

Artikel

[Ekonomi][twocolumns]

At Tauhid, Ponpes Bagi Pecandu Narkoba

KETERAMPILAN: Tak seperti ponpes pada umumnya, sejumlah santri di Ponpes At Tauhid melakukan kegiatan keterampilan. (Harsem/Wara Merdekawati)

SENDANGGUWO - Bila biasanya pondok pesantren digunakan untuk mencetak santri dengan berbagai kegiatan keagamaan, lain halnya dengan Ponpes Rehabilitasi Narkoba At Tauhid yang justru tidak menyelenggarakan aktivitas seperti pondok pesantren pada umumnya.

Dalam ponpes tersebut, justru terlihat beberapa santri yang tengah mengecat mobil atau membuat mebel. Tentu saja, pemandangan ini sangat kontras dengan ponpes pada umumnya. Hanya segelintir santri saja yang berada di ponpes, karena sisanya ada yang berjualan buah di Pasar Kapling, menjaga toko kelontong, dan lain-lain.

Ya, Pondok pesantren yang berada di Jalan Gayamsari Selatan II RT 03 RW 03 Kelurahan Sendangguwo, Kecamatan Tembalang ini, merupakan tempat khusus untuk memberikan pengobatan bagi pecandu narkoba. Didirikan tahun 1997, pesantren ini juga pernah memberikan pelayanan penyembuhan bagi orang yang mengalami gangguan jiwa.

“Di sini ada 63 santri dari berbagai daerah. Kegiatan di luar ini seperti berjualan buah dan menjaga toko kelontong merupakan salah satu program rehabilitasi bagi santri,” ungkap pengasuh Ponpes Rehabilitasi Narkoba AT Tauhid, Kiai Muh Sastro Sugeng Al Hadad.

Di dalam ponpes, terdiri dari 9 santri yang memiliki ketergantungan narkoba, dan 2 santri yang mengalami gangguan jiwa. Sementara lainnya merupakan alumni pengguna narkoba yang sudah bebas dari ketergantungan, tetapi sedang menimba ilmu di pondok.

Kiai Sugeng mengatakan, untuk melakuan terapi bagi pecandu narkoba, santri dimandikan pada pukul 00.00 dengan air dingin. Setelah itu dilanjutkan zikir bersama. Tiap harinya mereka wajib melantunkan salawat sebanyak 14.000 kali.

Di bulan puasa ini, mereka juga dibekali dengan berbagai kegiatan seperti perbengkelan, maupun pencucian sepeda motor. Kegiatan ini dilakukan hanya sebuah rutinitas harian yang memang diarahkan ke hal-hal yang positif.

“Supaya nanti kalau sudah benar-benar terlepas dari narkoba mereka bisa mandiri,” jelasnya.
Dikatakan, tidaklah mudah melakukan rehabilitasi terhadap pecandu narkoba. Karena selalu ada perlawanan dari dalam diri para pecandu, terlebih ketika ada yang mengalami sakau. Waktu untuk melakukan rehabilitasi tidak bisa ditentukan. Semuanya itu tergantung dari niat hati si pecandu.

“Bagi pecandu yang sudah sembuh tidak diwajibkan langsung kembali ke keluarga. Banyak yang sudah sembuh masih berada di pondok karena ingin melupakan narkoba selamanya,” ujarnya.

Salah satunya Said, 35, warga Sayung Demak, meski sudah bebas dari penggunaan narkoba jenis sabu-sabu, dirinya memilik untuk menetap di pondok. “Masih ingin belajar, sebulan pulang dua kali untuk menengok anak dan istri. Tiga tahun saya menggunakan sabu-sabu tetapi Alhamdulilah sekarang sudah bebas,” ungkapnya. (wam/12)

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

1 comment :

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.


Desakundi

[Desakundi][threecolumns]

Pendidikan

[Pendidikan][list]

Ekonomi

[Ekonomi][grids]

Politik

[Politik][bsummary]

Oase

[Oase][threecolumns]
Create gif animations. Loogix.com. Animated avatars. Animated avatar. Motley Animated avatar. Gif animator. Animated avatar. Gif animator. Zoom Gif animator. Motley Create gif animations. Zoom Animated avatar. Movie Create gif animations. Gif animator. Zoom Animated avatar. Loogix.com. Animated avatars. Negative Animated avatar. Zoom Rumah Zakat Animated avatar. Negative Babyface, Harian Semarang liquid executive club, tonitok rendezvous