Kemarau, Sumur Keramat Jadi Penolong
SUMUR KERAMAT: Aljupri penjaga sumur keramat setia menjaga keberadaan sumur. (HARSEM/SUKMA WIJAYA) |
DEMAK-Memasuki musim kemarau, warga Desa Bumiharjo Kecamatan Guntur tak terlalu mengkhawatirkan kekurangan air bersih. Mereka memanfaatkan sumur keramat untuk kebutuhan minum dan mandi.
Sumur keramat yang dikenal dengan nama sumur Brumbung, terletak di sebelah utara Dukuh Bumo Desa Bumiharjo. Hingga sekarang airnya tak pernah kering, kendati kemarau panjang.
Menurut tokoh agama setempat, H Suyuti, semula sumur itu berbentuk telaga kecil. Karena airnya tak pernah kering, dipondasi dengan kayu jati hingga berbentuk sumur (brumbung).
Diduga sumur berusia lima ratus tahun lebih. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, sumur muncul akibat hentakan kaki seorang auliya di tanah Jawa, yaitu Syeh Hasan Munadi yang sekarang dimakamkan di Sendang Nyatnyono Ungaran.
“Sebelumnya, Syeh Hasan Munadi ditugasi Sunan Kalijaga untuk menghidupkan lampu penerangan di Masjid Agung Demak. Setelah itu Syeh Munadi pulang ke Ungaran, namun saat di hutan yang sekarang menjadi Desa Bumiharjo, waktu menunjukan adzan Mahgrib maka Syeh berhenti di hutan itu untuk menunaikan shalat,” kata Suyuti.
Karena rimbunnya rumput, Syeh Munadi membakar sebagian rumput hutan untuk tempat bersholat. Sekarang petilasan tempat shalat tersebut berada di selatan dukuh Bumo. Namun Syeh Munadi kebingungan mencari air untuk berwudhu. Dengan ihktiarnya dan izin Allah, Syeh Munadi menghentakan kaki kanannya ke tanah. Seketika keluar sumber air yang sekarang disebut sumur Brumbung,
Kades Bumiharjo, H Abdul Rohman mengatakan, manfaat air sudah sangat dirasakan warga. Pada musim kemarau, Dukuh Bumo justru berlimpah air. Sekarang warga mengambil air dengan menyedot dengan mesin pompa langsung masuk ke rumah.
“Air sumur Brumbung cukup unik. Saat siang terasa dingin, tapi saat fajar terasa hangat. Rasanya juga tawar, padahal semua sumur di dukuh ini berasa payau,” jelasnya didampingi Kaur Kesra Kundari, di lokasi sumur, kemarin.
Penjaga sumur, Aljupri membenarkan keanehan sumur tersebut. “Anehnya lagi, sumur ini pantang diambil oleh warga di lima dukuh. Bila melanggar air yang dibawa akan menebar bau bacin,” jelasnya.
Kenapa air pantang diambil oleh warga dari lima dukuh di Kecamatan Guntur? Yaitu Dukuh Pragi Desa Guntur, Dukuh Tatol Desa Tlogorejo, Dukuh Dandan Desa Bakalrejo, Dukuh Bakung Desa Bumiharjo, dan Dukuh Janganan Desa Tanjungharjo, Aljupri hanya bisa menjelaskan pesan orangtua. “Katanya ada hubungannya dengan perselisihan para leluhur dulu,” tambahnya. (swi/16)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.