Dilema Janda Di Antara Dua Pria

Semasa gadis, saya tak pernah didekati laki-laki, sebab katanya saya angker dan berwibawa, di samping juga cantik. Tapi saat menjanda, saya dihempas dilema perihal dua pria.

Hingga mengajar di sebuah SMA setelah lulus dari perguruan tinggi, hanya satu pria yang mau mendekati saya, yaitu Adib, seorang pengusaha kontraktor. Tak lama setelah saya diangkat menjadi pegawai negeri, saya menikah dengan pengusaha tersebut.

Di tengah kebahagiaan, musibah tiba-tiba datang. Suami saya meninggal dalam suatu kecelakaan. Peristiwa ini membuat kehidupan saya berubah. Dari berkecukupan berubah jadi sederhana karena saya tidak terlatih mengendalikan perusahaan.

Menjadi janda juga meruntuhkan kehormatan saya. Beberapa pria sudah berani datang ke rumah. Di antara mereka ada dua yang sangat getol menyambangi saya, yakni Marwan dan Raharja. Marwan bahkan mengajak saya nikah siri sebab ia sudah punya istri.

Pada saat bersamaan, Raharja juga menyatakan cintanya pada saya. Duda dua anak ini juga serius ingin memperistri Wati. Saya sangat bingung. Saya tak mau menjadi istri kedua bagi Marwan, sementara terhadap Raharja saya juga bimbang apakah duda itu bisa menjadi suami yang baik bagi saya. Maklum, moral Raharja kurang bagus.

Di sisi lain saya merasa perlu segera menikah demi anak saya yang perlu perhatian seorang ayah. Dalam hati saya tertarik pada Marwan yang mirip mendiang suami saya dalam hal kelembutan dan pendidikan. Tapi saya juga merasa cocok dengan Raharja yang kuat ekonomi dan tidak sedang akan menduakan saya.

Jujur saja saya kebingungan. Mohon saran dari pembaca. Bila ada masukan, kirim surat pada saya lewat redaksi Harian Semarang. Terima kasih. (Surat dari Maya, bukan nama sebenarnya di Bawen)
   

Newer Post Older Post