Dokter Cantik dan Brondongnya

Dokter cantik ini sangat mahir mengurus tubuh agar selalu molek. Sayang, ia kepergok mengundang pria bukan suaminya untuk bersenang-senang.

Dokter Ratna (bukan nama sebenarnya) cukup tenar di Semarang Tengah. Saking masyhurnya, sampai-sampai nama suaminya tak dikenal. Hanya tetangga dekatnya saja yang tahu bahwa ia bersuami Pak Karbi (samaran), seorang pejabat pemerintah.

Setelah sekian tahun jadi dokter, hartanya pun berlimpah. Termasuk mobil yang dia kendarai sendiri untuk menjalankan profesinya. Di saat materi telah bertumpuk, potensi buruk Ratna muncul. Dia melirik lelaki lain dan royal pada orang itu. Ibu dua anak ini naksir berat pada pemuda tetangga kampungnya. Sebut saja Franky.

Hampir setiap hari Franky dikirimi makanan dan rokok. Sering pula diajak makan di restoran. Lama-lama baju dan sepatu pun dibelikan. Dengan mobilnya yang berkaca gelap, Ratna suka mengajak Franky kencan di luar kota. Tentu saja diam-diam tanpa sepengetahuan suaminya.

Bila nafsu sudah dituruti, maka dorongan itu terus membesar tanpa bisa dihentikan. Sampai akhirnya, pasangan gelap ini tak peduli tempat jika hasranya melonjak.

Ratna yang bernafsu besar, meminta Franky datang ke rumahnya. Langsung saja lelaki pujaannya itu disuruh memuaskan birahinya yang meluap-luap. Tak tahunya, setelah kejadian di kamar pribadinya itu berulang-ulang, suami Ratna memergoki.

Pada suatu pagi, Pak Karbi pulang kantor gasik karena kepalanya pusing. Alangkah kagetnya dia ketika memasuki rumah melihat sepatu pria di depan pintu. Lebih terkejut lagi kala ia masuk rumah dan mendengar suara keras dari arah kamar tidurnya. Dia pun membuka pintu yang tak terkunci itu. Bagai disambar petir dia melihat pemandangan yang sangat “mengerikan”.

Shock, Karbi yang usianya 55 (terpaut 15 tahun dengan Ratna) hanya diam terpaku di depan pintu. Istrinya spontan menutupi tubuhnya dengan selimut. Sementara Andre langsung bablas kabur.

Karbi pingsan setengah jantungan. Seluruh famili akhirnya tahu bahwa Ratna berselingkuh. Dan kini rumah tangga mereka terncam hancur. Harta gono-gini pun sudah mulai dihitung-hitung. (Abdul Mughis)

Newer Post Older Post