Masjid Menara Khusus untuk Kaum Pria
WARGA Semarang memiliki sebuah masjid kuno yang bangunan aslinya masih berdiri kokoh hingga kini. Masjid ini lebih dikenal dengan nama Masjid Menara yang terletak di Kampung Layur. Disebut Masjid Menara karena masjid ini memiliki menara yang menjulang tinggi. Kompleks masjid ini juga dibatasi oleh tembok tinggi kurang lebih lima meter. Sehingga yang kelihatan dari luar hanya menara saja.
Masjid bergaya arsitektur Timur Tengah ini didirikan pada tahun 1802 dan dibangun oleh sejumlah saudagar dari Yaman yang bermukim di Ibu Kota Jawa Tengah untuk misi dagang dan syiar Islam. Desain masjid mengadopsi gaya Timur Tengah, Jawa, dan Melayu. Menara disebut-sebut selaras dengan masjid-masjid ala Timur Tengah. Gaya Jawa terlihat pada atapnya
yang bertingkat. Sementara gaya Melayu tampak pada beberapa bagian dinding. Fungsi menara adalah tempat bilal atau muazin. Tetapi pada masa perang kemerdekaan 1945- 1949 fungsi menara setinggi 15 meter tersebut sempat berubah sebagai menara pengawas pantai.
Dari ketinggian menara ini bisa terlihat pemandangan yang indah kawasan sekitar masjid, yang berada di tepi aliran sungai yang bermuara ke pelabuhan laut Semarang ini. Meski sebagian bangunan tergerus rob, namun bangunan tersebut masih berfungsi dengan baik. Kini menara itu tak lagi dipakai demi keselamatan.
Awalnya masjid yang berada di kawasan Kecamatan Semarang Utara ini terdiri dari dua lantai. Tapi karena lantai satu terendam rob (limpasan air laut), hanya lantai dua yang bisa difungsikan. Lantai ini bisa dicapai melalui tangga yang menghadap ke depan masjid. Di belakang masjid terdapat sungai yang mengalir ke laut. Di musim rob, kadang airnya meluber hingga ke bagian bawah dan sekitar masjid. Dulu, sungai ini merupakan jalur air yang digunakan pendatang maupun warga sekitar.
Salah satu keunikan masjid ini adalah tidak digunakan untuk sholat Jumat. Masjid hanya digunakan untuk berjamaah 5 waktu mulai Subuh, Zhuhur, Ashar, Maghrib hingga Isya. Selain itu, jamaah yang sholat di masjid hanyalah kaum pria saja, wanita tidak diperkenankan. Berbeda dengan kebanyakan masjid yang tidak membatasi jenis kelamin jamaahnya.
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan puasa bulan Ramadan, kegiatan di masjid ini terbilang unik. Untuk menu berbuka, jamuan yang disajikan adalah kurma dan kopi Arab. Disebut kopi Arab karena minuman ini dianggap menjadi ciri khas minuman warga Arab. Bahan yang digunakan terdiri dari 7 macam yaitu, kapulogo, serai, cengkeh, pandan, jahe, kayu manis, serta
daun jeruk selain tentunya kopi dan gula.
Untuk tarawih pun agak berbeda dengan kebiasaan di tempat lain. Menurut Ali Mahsun (37), salah seorang warga yang dipercaya untuk mengurus masjid, tarawih di masjid ini dimulai pukul 20.00. Dimulai dengan sholat Isya’ dan diteruskan dengan tarawih. “Saya sendiri tidak tahu sebabnya, mengapa waktu sholatnya diundur. Sejak dulu memang seperti itu,” kata Ali Mahsun menambahkan. Setelah selesai sholat tarawih dilanjutkan dengan tadarus. Untuk tadarus, tiap malam selalu menyelesaikan satu juz. Sehingga selesai Ramadan diharapkan bisa khatam satu
kali. “Para takmir dan imam di masjid ini semuanya habib”, kata Ali.
Terkait dengan masalah rob, Ali mengatakan bahwa setelah lebaran nanti akan ada peninggian kurang lebih 80 cm. Tentunya peninggian ini akan mengakibatkan tertutupnya seluruh lantai 1, yang memang sudah tidak berfungsi. Selain itu akan ada perbaikan pada rangka atap, meski bukan pada rangka yang utama. Hal ini dilakukan agar masjid masih bisa berdiri kokoh, meski usianya sudah uzur. (dayat_harian semarang)
___________
Dipersilahkan mengcopy dan menyebarluaskan artikel pada blog ini dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama dan bukan untuk disalahgunakan. Namun perlu diingat, wajib menyertakan sumber blog ini yaitu http://hariansemarangbanget.blogspot.com. (terima kasih).
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.