Ditinggal Kerja Istri Malah Cari Ganti
AMBISI politik bisa mengorbankan apa saja. Tak hanya harta, juga rumah tangga dan nyawa orang tua. Itulah yang dialami Badu (nama samaran), warga desa pinggiran sebuah kecamatan di
Kendal.
Saat ada pemilihan kepala desa, Badu ikut nyalon. Sebagaimana tiga calon lawannya, dia jor-joran mengeluarkan uang. Ratusan juta ia gunakan untuk mendanai ambisinya yang kelewat besar. Dia jual sapi dan sawah, bahkan rumah. Namun Badu kalah.
Karena utangnya sangat banyak, Badu meminta izin tinggal kepada tetangganya yang membeli rumahnya. Dengan janji akan menebus kembali. Di lain pihak, ayah Badu yang syok atas kekalahan dia, jatuh sakit lantas meninggal dunia.
Di tengah himpitan masalah, Badu yang berusia 40 tahun sulit mencari kerja. Untuk berbisnis pun tak punya modal. Akhirnya, sang istrilah yang sedia berkorban. Badi’ah (nama samaran) istri Badu, memberi solusi. Jalan tercepat mendapat uang banyak adalah bekerja di luar negeri.
Maka berangkatlah wanita 34 tahun ini ke Arab Saudi selaku TKI. Badi’ah mendapat job bagus dengan hasil lumayan. Setiap bulan ia bisa mengirim uang 2.000 riyal (sekitar Rp 5 juta). Walhasil, tiga anak perempuan mereka yang masih sekolah di SLTA, SLTP dan SD, tetap bisa melanjutkan pendidikannya.
Tak sampai dua tahun rumah mereka bisa ditebus dari uang kiriman Badi’ah. Namun bersamaan dengan itu, Badu yang tak tahan hidup tanpa pendamping, membawa masuk istri baru. Seorang janda muda yang dinikahi secara siri. Tentu saja anakanak Badu tak setuju. Namun mereka tak kuasa menolak kehadiran ibu tiri di rumahnya. Takut pada sang ayah. Ibu mereka yang dilapori, langsung menyetop kiriman uang.
Tetapi untuk biaya sekolah anak-anaknya tetap dikiirm, bukan lagi ke rekening suaminya, tetapi kepada Yayah (bukan nama sebenarnya), anak pertamanya. Otomatis Badu yang terbiasa makan tanpa kerja, jadi kelabakan. Jalan pintasnya, rumah dijual lagi seperti semula. Anak-anak mereka hanya bisa menggerutu sambil menilai ayahnya tak tahu malu memakan uang hasil kerja istri tetapi malah poligami.
Saat ada pemilihan kepala desa, Badu ikut nyalon. Sebagaimana tiga calon lawannya, dia jor-joran mengeluarkan uang. Ratusan juta ia gunakan untuk mendanai ambisinya yang kelewat besar. Dia jual sapi dan sawah, bahkan rumah. Namun Badu kalah.
Karena utangnya sangat banyak, Badu meminta izin tinggal kepada tetangganya yang membeli rumahnya. Dengan janji akan menebus kembali. Di lain pihak, ayah Badu yang syok atas kekalahan dia, jatuh sakit lantas meninggal dunia.
Di tengah himpitan masalah, Badu yang berusia 40 tahun sulit mencari kerja. Untuk berbisnis pun tak punya modal. Akhirnya, sang istrilah yang sedia berkorban. Badi’ah (nama samaran) istri Badu, memberi solusi. Jalan tercepat mendapat uang banyak adalah bekerja di luar negeri.
Maka berangkatlah wanita 34 tahun ini ke Arab Saudi selaku TKI. Badi’ah mendapat job bagus dengan hasil lumayan. Setiap bulan ia bisa mengirim uang 2.000 riyal (sekitar Rp 5 juta). Walhasil, tiga anak perempuan mereka yang masih sekolah di SLTA, SLTP dan SD, tetap bisa melanjutkan pendidikannya.
Tak sampai dua tahun rumah mereka bisa ditebus dari uang kiriman Badi’ah. Namun bersamaan dengan itu, Badu yang tak tahan hidup tanpa pendamping, membawa masuk istri baru. Seorang janda muda yang dinikahi secara siri. Tentu saja anakanak Badu tak setuju. Namun mereka tak kuasa menolak kehadiran ibu tiri di rumahnya. Takut pada sang ayah. Ibu mereka yang dilapori, langsung menyetop kiriman uang.
Tetapi untuk biaya sekolah anak-anaknya tetap dikiirm, bukan lagi ke rekening suaminya, tetapi kepada Yayah (bukan nama sebenarnya), anak pertamanya. Otomatis Badu yang terbiasa makan tanpa kerja, jadi kelabakan. Jalan pintasnya, rumah dijual lagi seperti semula. Anak-anak mereka hanya bisa menggerutu sambil menilai ayahnya tak tahu malu memakan uang hasil kerja istri tetapi malah poligami.
Tiga tahun berlalu. Badi’ah pulang sehabis masa kontraknya. Langsung dia tebus rumah itu lalu disertifikatkan atas nama Yayah. Dia tuntut suaminya agar menceraikan sang madu, karena mereka kini telah berkumpul kembali. Namun entah kenapa, Badu menolak permintaan istrinya. Dia bersikukuh wayuh. Pecahlah pertengkaran di antara mereka. Badi’ah yang sakit hati, pergi ke rumah temannya untuk membuang kejengkelan. Badu juga pergi ke luar kota dan bermaksud cari pekerjaan.
Seperginya Badu, anaknya yang berkuasa atas rumah, mengambil kesempatan mengusir ibu tiri
yang mereka benci itu. Lalu menekan sang ayah, dengan mendaftarkan gugatan cerai atas kuasa
dari ibunya. Badu diberi pilihan, menceraikan istri keduanya atau bercerai dengan ibunya.
Belum lama ini, usai Badu dipanggil panitera Pengadilan Agama untuk dimintai keterangan, dia ditangkap polisi karena terlibat kasus pemalsuan uang. (ichwan - harian semarang)
___________
Dipersilahkan jika ingin mengcopy dan menyebarluaskan artikel pada blog ini dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama dan bukan untuk disalahgunakan. Namun perlu diingat, wajib menyertakan sumber blog ini http://hariansemarangbanget.blogspot.com. (terima kasih).
Seperginya Badu, anaknya yang berkuasa atas rumah, mengambil kesempatan mengusir ibu tiri
yang mereka benci itu. Lalu menekan sang ayah, dengan mendaftarkan gugatan cerai atas kuasa
dari ibunya. Badu diberi pilihan, menceraikan istri keduanya atau bercerai dengan ibunya.
Belum lama ini, usai Badu dipanggil panitera Pengadilan Agama untuk dimintai keterangan, dia ditangkap polisi karena terlibat kasus pemalsuan uang. (ichwan - harian semarang)
___________
Dipersilahkan jika ingin mengcopy dan menyebarluaskan artikel pada blog ini dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama dan bukan untuk disalahgunakan. Namun perlu diingat, wajib menyertakan sumber blog ini http://hariansemarangbanget.blogspot.com. (terima kasih).
Labels
Romantika
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.