Kelurahan Mangunharjo
Atasi Abrasi dengan Sabuk Pantai
Bertugas di wilayah banjir, jadi tantangan tersendiri bagi Subardi, Lurah Mangunharjo, Tugu. Setiap tahunnya, Mangunharjo selalu menjadi langganan banjir.Secara topografi Mangunharjo daerah pesisir pantai, terdiri dari lima RW dan 28 RT. Selain asalah banjir,permasalahan yang tidak kalah pelik juga tengah dihadapi warga setempat. Pasalnya ratusan hektar tambak rusak karena abrasi pantai.
“Karena itulah sekarang kita tengah menjalankan proyek pembangunan sabuk pantai dari pemerintah,” ungkap Subardi, yang tengah meninjau pelaksanaan padat karya produktif yang berada di samping kantornya.
Kerusakan tersebut terutama menyebar di wilayah yang belum tertutupi sabuk pantai dan mangrove. Diungkapkan Subardi, sabuk pantai dari pemerintah itu berupa pembuatan tanggul sebagai penahan gelombang.
“Dulu memang sudah pernah ada dari Dinas Kelautan 2,5 kilometer, tapi masih belum memadai karena itulah diusulkan lagi kekurangannya 1.500 meter lagi di kawasan TPI, ditambah dengan mangrove untuk menangkal hantaman ombak,” ujar bapak tiga anak ini.
Seperti yang dikatakan salah seorang warga Mangunharjo, untuk melihat langsung abrasi pantai, lebih jelas kalau dilihat dari lokasi pabrik kayu lapis yang menjorok ke tengah laut. “Kita berharap agar pemerintah cepat menangani masalah ini, sebelum tambak kami hilang semuanya. Ini menjadi sawah ladang kami untuk mencari makan,” ungkap petani tambak yang enggan disebutkan namanya.
Permasalahan tambak ini seharusnya menjadi salah satu prioritas dinas terkait, karena hampir semua warga Mangunharjo menggantungkan hidup dari tambak dan sawah. Jika melihat data yang ada memang sudah lebih ratusan hektar tambak yang terkikis, karena belum terlindungi sabuk pantai dan hutan mangrove.
“Semoga ini lekas selesai, agar warga bisa tenang menjalani hari-harinya dan bisa bertani dengan tenang,” ungkapnya. Untuk memenuhi kebutuhan bibit bakau, warga maupun kelompok tani yang ada di Mangunharjo membuat pembibitan bakau yang dibantu Undip. Sehingga sekarang sudah banyak bakau yang ditanam di sepanjang tambak.
Pulang Malam
Menurut Subardi, ia melakukan segala pendekatan kepada warga, sifatnya kontinyu. “Tak jarang saya pulang malam, karena melihat antusias warga dalam memulihkan keadaan di kampung ini. Semoga saja masalah ini lambat laun bisa teratasi,” ungkap pria yang rajin turun ke lapangan untuk meninjau warga dan lingkungannya.
Warga sehari-hari juga kesulitan mendapat air bersih, sehingga mengharapkan proyek Pansimas bisa segera terealiasi. Saat ini lokasinya sudah disiapkan lima titik di RW 01, 02, 03,04, dan 05, namun dananya belum juga turun.
Dengan adanya keterlambatan dana ini, warga diminta bersabar. “Sejauh ini warga menggunakan sumur artetis yang disalurkan ke rumah-rumah warga,” jelas mantan Lurah Karangrejo itu. Untuk fasilitas fisik, seperti pavingisasi, memang sudah kelihatan di jalanjalan Mangunharjo, meski ada yang rusak tergerus banjir.
Sentra Kepiting
Kendati tambaknya sudah banyak yang hilang, tapi masih ada tambaktambak yang bisa diberdayagunakan, salah satunya program padat karya produktif dari Disnaker: program penggemukan kepiting. “Di sini memang terkenal sebagai penghasil kepiting, udang, bandeng, dan rumput laut,” ungkapnya.
Dengan adanya padat karya ini diharapkan program penggemukan kepiting bisa berjalan dengan baik dan sukses. “Kalau dilihat dari nilai jualnya memang kepiting ini tinggi sekali nilai jualnya, apalagi kalau nanti kepitingnya gemukgemuk bisa lebih mahal lagi,” ujarnya, sembari tersenyum.
Saat ini tengah dibuat kolam atau tambak untuk kepitingnya. Kemungkinan jika cuaca sudah berubah tidak kemarau lagi, kepiting baru bisa dibudidayakan. “Petani berharap kepiting itu nanti bisa diekspor,” katanya. Untuk menghadapi musim hujan akhir tahun ini sesuai instruksi walikota, semua RW diharapkan menyediakan posko sekaligus dapur umum.
“Setiap kali musim hujan, sering terjadi luapan banjir yang mengakibatkan tambak-tambak warga tidak kelihatan lagi batasnya. Semuanya seperti laut, kalau musim hujan. Karena itu juga warga meninggikan tambak-tambak mereka, berharap agar ketika banjir melanda, tambak mereka bebas dari banjir,” ungkap Subardi. (lissa febriana-harian semarang)
___________
Dipersilahkan jika ingin mengcopy dan menyebarluaskan artikel pada blog ini dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama dan bukan untuk disalahgunakan. Namun perlu diingat, wajib menyertakan penulis/sumber blog ini http://hariansemarangbanget.blogspot.com. (terima kasih).
“Karena itulah sekarang kita tengah menjalankan proyek pembangunan sabuk pantai dari pemerintah,” ungkap Subardi, yang tengah meninjau pelaksanaan padat karya produktif yang berada di samping kantornya.
Kerusakan tersebut terutama menyebar di wilayah yang belum tertutupi sabuk pantai dan mangrove. Diungkapkan Subardi, sabuk pantai dari pemerintah itu berupa pembuatan tanggul sebagai penahan gelombang.
“Dulu memang sudah pernah ada dari Dinas Kelautan 2,5 kilometer, tapi masih belum memadai karena itulah diusulkan lagi kekurangannya 1.500 meter lagi di kawasan TPI, ditambah dengan mangrove untuk menangkal hantaman ombak,” ujar bapak tiga anak ini.
Seperti yang dikatakan salah seorang warga Mangunharjo, untuk melihat langsung abrasi pantai, lebih jelas kalau dilihat dari lokasi pabrik kayu lapis yang menjorok ke tengah laut. “Kita berharap agar pemerintah cepat menangani masalah ini, sebelum tambak kami hilang semuanya. Ini menjadi sawah ladang kami untuk mencari makan,” ungkap petani tambak yang enggan disebutkan namanya.
Permasalahan tambak ini seharusnya menjadi salah satu prioritas dinas terkait, karena hampir semua warga Mangunharjo menggantungkan hidup dari tambak dan sawah. Jika melihat data yang ada memang sudah lebih ratusan hektar tambak yang terkikis, karena belum terlindungi sabuk pantai dan hutan mangrove.
“Semoga ini lekas selesai, agar warga bisa tenang menjalani hari-harinya dan bisa bertani dengan tenang,” ungkapnya. Untuk memenuhi kebutuhan bibit bakau, warga maupun kelompok tani yang ada di Mangunharjo membuat pembibitan bakau yang dibantu Undip. Sehingga sekarang sudah banyak bakau yang ditanam di sepanjang tambak.
Pulang Malam
Menurut Subardi, ia melakukan segala pendekatan kepada warga, sifatnya kontinyu. “Tak jarang saya pulang malam, karena melihat antusias warga dalam memulihkan keadaan di kampung ini. Semoga saja masalah ini lambat laun bisa teratasi,” ungkap pria yang rajin turun ke lapangan untuk meninjau warga dan lingkungannya.
Warga sehari-hari juga kesulitan mendapat air bersih, sehingga mengharapkan proyek Pansimas bisa segera terealiasi. Saat ini lokasinya sudah disiapkan lima titik di RW 01, 02, 03,04, dan 05, namun dananya belum juga turun.
Dengan adanya keterlambatan dana ini, warga diminta bersabar. “Sejauh ini warga menggunakan sumur artetis yang disalurkan ke rumah-rumah warga,” jelas mantan Lurah Karangrejo itu. Untuk fasilitas fisik, seperti pavingisasi, memang sudah kelihatan di jalanjalan Mangunharjo, meski ada yang rusak tergerus banjir.
Sentra Kepiting
Kendati tambaknya sudah banyak yang hilang, tapi masih ada tambaktambak yang bisa diberdayagunakan, salah satunya program padat karya produktif dari Disnaker: program penggemukan kepiting. “Di sini memang terkenal sebagai penghasil kepiting, udang, bandeng, dan rumput laut,” ungkapnya.
Dengan adanya padat karya ini diharapkan program penggemukan kepiting bisa berjalan dengan baik dan sukses. “Kalau dilihat dari nilai jualnya memang kepiting ini tinggi sekali nilai jualnya, apalagi kalau nanti kepitingnya gemukgemuk bisa lebih mahal lagi,” ujarnya, sembari tersenyum.
Saat ini tengah dibuat kolam atau tambak untuk kepitingnya. Kemungkinan jika cuaca sudah berubah tidak kemarau lagi, kepiting baru bisa dibudidayakan. “Petani berharap kepiting itu nanti bisa diekspor,” katanya. Untuk menghadapi musim hujan akhir tahun ini sesuai instruksi walikota, semua RW diharapkan menyediakan posko sekaligus dapur umum.
“Setiap kali musim hujan, sering terjadi luapan banjir yang mengakibatkan tambak-tambak warga tidak kelihatan lagi batasnya. Semuanya seperti laut, kalau musim hujan. Karena itu juga warga meninggikan tambak-tambak mereka, berharap agar ketika banjir melanda, tambak mereka bebas dari banjir,” ungkap Subardi. (lissa febriana-harian semarang)
___________
Dipersilahkan jika ingin mengcopy dan menyebarluaskan artikel pada blog ini dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama dan bukan untuk disalahgunakan. Namun perlu diingat, wajib menyertakan penulis/sumber blog ini http://hariansemarangbanget.blogspot.com. (terima kasih).
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.