Badko TPQ Siapkan Generasi Qurani
Badan Koordinasi Taman Pendidikan Alquran (Badko TPQ) Kota Semarang baru saja menyalurkan bisyaroh (honor) kepada ribuan ustad TPQ dan Madrasah Diniyah (madin) bersama Bagian Kesra Pemkot Semarang.
Kerja membantu pemerintah melayani rakyatnya itu melewati proses yang cukup panjang. Dimulai pendataan TPQ di Kota Semarang yang jumlahnya lebih dari 1.200 lembaga, lalu verifikasi faktual di seluruh 16 kecamatan, kemudian mendaftarkannya kepada Badko TPQ tingkat kecamatan lewat kantor kelurahan dan kecamatan.
Seterusnya mengumpulkan para kepala TPQ-nya, ditambah sosialisasi. Berikutnya seleksi administrasi dan penelitian hasil tinjauan lapangan. Tak berhenti di situ, jumlah santri dicek dengan perbandingan jumlah gurunya. Barulah setelah beres dilaporkan ke sekretariat daerah untuk didata pemkot.
Setelah itu, turut melobi pengalokasian anggaran, menunggu disetujui oleh dewan, sampai keluar menjadi surat keputusan. Jadilah komitmen yang diproses dengan standar administrasi njlimet itu bisa diterima oleh para mujahid pendidik Alquran bagi anak-anak kota yang selama ini ikhlas
lillahi ta’ala.
Sekretaris umum Badko TPQ Kota Semarang Totok Suparyanto menuturkan, pihaknya setiap tahun harus melakukan tahap demi tahap tersebut karena pemkot tak bisa langsung berkomunikasi dengan TPQ untuk menjangkaunya secara mendalam. Di lain pihak, perhatian pemkot yang begitu bagus jika ditangani oleh birokrasi saja, bisa beresiko gagal karena rendahnya kepercayaan warga. Jadi jalan tengahnya yang sangat bagus lewat Badko TPQ.
Lebih dari itu, kata dia, pengurus Badko yang tak lain adalah asatid (para ustad) TPQ, sangat besar jiwa pengabdiannya dalam mendidik putra-putri muslimin agar bisa membaca dan mengamalkan kitab sucinya, Alquran. “Dalam bahasa singkat yang juga jadi visi kami, menyiapkan generasi Qurani,” katanya belum lama ini.
Cita-cita yang ada dalam visi tersebut, lanjutnya, bisa dibayangkan 20 tahun atau 30 tahun mendatang, para pemimpin negeri ini adalah alumni TPQ. Yang dahulunya setiap hari mengaji, setiap hari membaca Aquran dan bahkan menghafalkannya. Pastilah kita akan punya harapan Indonesia yang gemilang. Jika generasi berjiwa Alquran itu kita siapkan sejak sekarang,” tandas ustad TPQ Al-Ikhlas Mangunharjo Tembalang ini.
Hal itu karena di TPQ, tutur dia, tak hanya diajarkan membaca huruf-demi huruf Alquran. Melainkan juga pendidikan akhlak, tuntunan ibadah, fiqih muamalah, dan bekal syariah seorang muslim kaffah. Darinya diharapkan, setiap alumnus TPQ bisa menjadi pemimpin yang adil dan berakhlak mulia.
Dukungan Politik
Berdasar pengalaman di organisasi, tambah Totok yang bekerja di perusahaan asuransi jiwa ini, keberadaan TPQ yang punya visi begitu besar tak akan banyak berarti jika tidak didukung kebijakan politik.
Dijelaskannya, pemerintah perlu memberi dukungan politik untuk menunjang misi mendidik moral warga. Di antaranya, mempersyaratkan murid SMP harus bisa baca Alquran. Atau syarat calon PNS bagi muslim harus berijazah TPQ.
“Di Purworejo ada perda yang mengatur setiap lulusan SD harus berijazah TPQ jika ingin masuk SMP. Dan setiap pagi, sebelum pelajaran dimulai, murid-murid muslim membaca Alquran lebih dulu,” ujarnya.
Ditegaskan mahasiswa Universitas Semarang ini, aturan semacam itu tidak akan
berakibat buruk. Bahkan sebaliknya, membawa kebaikan moral. Sebab sesuai dengan PP Nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama. Dalam aturan turunan dari UU Sisdiknas tersebut disebutkan jelas, TPQ unsur penting pendidikan kegamaan, dan pemerintah harus membantu kelangsungan hidup TPQ. (ichwan - harian semarang)
___________
Dipersilahkan jika ingin mengcopy dan menyebarluaskan artikel pada blog ini dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama dan bukan untuk disalahgunakan. Namun perlu diingat, wajib menyertakan penulis/sumber blog ini http://hariansemarangbanget.blogspot.com. Terima kasih.
Kerja membantu pemerintah melayani rakyatnya itu melewati proses yang cukup panjang. Dimulai pendataan TPQ di Kota Semarang yang jumlahnya lebih dari 1.200 lembaga, lalu verifikasi faktual di seluruh 16 kecamatan, kemudian mendaftarkannya kepada Badko TPQ tingkat kecamatan lewat kantor kelurahan dan kecamatan.
Seterusnya mengumpulkan para kepala TPQ-nya, ditambah sosialisasi. Berikutnya seleksi administrasi dan penelitian hasil tinjauan lapangan. Tak berhenti di situ, jumlah santri dicek dengan perbandingan jumlah gurunya. Barulah setelah beres dilaporkan ke sekretariat daerah untuk didata pemkot.
Setelah itu, turut melobi pengalokasian anggaran, menunggu disetujui oleh dewan, sampai keluar menjadi surat keputusan. Jadilah komitmen yang diproses dengan standar administrasi njlimet itu bisa diterima oleh para mujahid pendidik Alquran bagi anak-anak kota yang selama ini ikhlas
lillahi ta’ala.
Sekretaris umum Badko TPQ Kota Semarang Totok Suparyanto menuturkan, pihaknya setiap tahun harus melakukan tahap demi tahap tersebut karena pemkot tak bisa langsung berkomunikasi dengan TPQ untuk menjangkaunya secara mendalam. Di lain pihak, perhatian pemkot yang begitu bagus jika ditangani oleh birokrasi saja, bisa beresiko gagal karena rendahnya kepercayaan warga. Jadi jalan tengahnya yang sangat bagus lewat Badko TPQ.
Lebih dari itu, kata dia, pengurus Badko yang tak lain adalah asatid (para ustad) TPQ, sangat besar jiwa pengabdiannya dalam mendidik putra-putri muslimin agar bisa membaca dan mengamalkan kitab sucinya, Alquran. “Dalam bahasa singkat yang juga jadi visi kami, menyiapkan generasi Qurani,” katanya belum lama ini.
Cita-cita yang ada dalam visi tersebut, lanjutnya, bisa dibayangkan 20 tahun atau 30 tahun mendatang, para pemimpin negeri ini adalah alumni TPQ. Yang dahulunya setiap hari mengaji, setiap hari membaca Aquran dan bahkan menghafalkannya. Pastilah kita akan punya harapan Indonesia yang gemilang. Jika generasi berjiwa Alquran itu kita siapkan sejak sekarang,” tandas ustad TPQ Al-Ikhlas Mangunharjo Tembalang ini.
Hal itu karena di TPQ, tutur dia, tak hanya diajarkan membaca huruf-demi huruf Alquran. Melainkan juga pendidikan akhlak, tuntunan ibadah, fiqih muamalah, dan bekal syariah seorang muslim kaffah. Darinya diharapkan, setiap alumnus TPQ bisa menjadi pemimpin yang adil dan berakhlak mulia.
Dukungan Politik
Berdasar pengalaman di organisasi, tambah Totok yang bekerja di perusahaan asuransi jiwa ini, keberadaan TPQ yang punya visi begitu besar tak akan banyak berarti jika tidak didukung kebijakan politik.
Dijelaskannya, pemerintah perlu memberi dukungan politik untuk menunjang misi mendidik moral warga. Di antaranya, mempersyaratkan murid SMP harus bisa baca Alquran. Atau syarat calon PNS bagi muslim harus berijazah TPQ.
“Di Purworejo ada perda yang mengatur setiap lulusan SD harus berijazah TPQ jika ingin masuk SMP. Dan setiap pagi, sebelum pelajaran dimulai, murid-murid muslim membaca Alquran lebih dulu,” ujarnya.
Ditegaskan mahasiswa Universitas Semarang ini, aturan semacam itu tidak akan
berakibat buruk. Bahkan sebaliknya, membawa kebaikan moral. Sebab sesuai dengan PP Nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama. Dalam aturan turunan dari UU Sisdiknas tersebut disebutkan jelas, TPQ unsur penting pendidikan kegamaan, dan pemerintah harus membantu kelangsungan hidup TPQ. (ichwan - harian semarang)
___________
Dipersilahkan jika ingin mengcopy dan menyebarluaskan artikel pada blog ini dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama dan bukan untuk disalahgunakan. Namun perlu diingat, wajib menyertakan penulis/sumber blog ini http://hariansemarangbanget.blogspot.com. Terima kasih.
Post by: tonitok

Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.