Belasan Rumah Masih Tergenang
DUA hari setelah hujan deras mengguyur Kota Semarang (Jumat dan Sabtu), belasan rumah di Kampung Condrorejo Kelurahan Muktiharjo Kidul, Pedurungan, masih tergenang air. Sebagian gang di perkampungan di sebelah timur jalan tol Kaligawe itu juga masih tergenang air dengan ketinggian rata-rata setinggi 10 centimeter.
“Banjir di sini memang lama surutnya, bisa sampai tiga hari,” ujar Soleh warga RT 01/RW 09. “Yang paling parah di RT 06/RW 11, ada sekitar 10 rumah yang masih tergenang. Di antaranya milik Bu Painem dan Pak Samidi,” ujarnya. Selain di wilayah tersebut, genangan juga terlihat di RT 02/RW 03, RT 03/RW 04, serta RT 03/RW 04.
“Banjir di sini memang lama surutnya, bisa sampai tiga hari,” ujar Soleh warga RT 01/RW 09. “Yang paling parah di RT 06/RW 11, ada sekitar 10 rumah yang masih tergenang. Di antaranya milik Bu Painem dan Pak Samidi,” ujarnya. Selain di wilayah tersebut, genangan juga terlihat di RT 02/RW 03, RT 03/RW 04, serta RT 03/RW 04.
Genangan air juga terlihat di Blok M (RT 01/RW 11), namun hanya menggenangi jalan. Pasalnya, mayoritas rumah di kawasan tersebut berbentuk panggung. Kawasan tersebut disebut “Blok M” karena mayoritas warga berprofesi sebagai mayeng alias pencari barang-barang rongsok.
Belum surutnya air di kawasan tersebut lantaran permukaan air di saluran Tlogosari yang merupakan anak Kali Tenggang masih tinggi. Lebih tinggi dibanding perkampungan yang berbentuk cekungan. Selain itu, air juga tak beranjak pergi karena terlanjur “terjebak” di dalam rumah. “Banyak warga yang membuat tanggul mengelilingi rumah. Tujuanya untuk mencegah air masuk ke dalam. Tetapi setelah air telanjur masuk, malah repot mengurasnya,” ujar Rakimin, pensiunan Perumka yang bermukim di kawasan tersebut. Kampung Condorejo dikenal dengan sebutan Kompleks YSS. Maksudnya adalah Yayasan Sosial Soegijapranata. Dahulu bekas tanah bengkok itu dimiliki YSS kemudian dijual kepada warga dengan sistem kredit.
Kemarin terlihat kesibukan warga menguras air dari dalam rumah. Beberapa warga memperbaiki pompa air yang rusak lantaran terendam air. Namun ada juga yang memilih membiarkan air menggenangi rumah. “Percuma dikuras, wong selokan belum mengalir. Nanti paling mbalik lagi,” ujar Fadilah yang berprofesi sebagai tukang pijat.
Meski tak terlampau dalam, genangan air mengganggu aktivitas. Warga mengaku menderita gatal-gatal di kaki akibat terlalu lama berkecipak dalam air kotor. Selain keruh, genangan air juga mengeluarkan bau karena bercampur dengan sampah dan kotoran. Apalagi banyak septic tank yang terendam air.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga mengambil air dari Kampung Karanganyar. “Mayoritas warga nyalur artetis dari Karanganyar menggunakan pipa. Tapi yang belum nyalur, terpaksa ngangsu menggunakan pikulan,” jelasnya.
Lantaran stok air bersih terbatas, sebagian warga terpaksa menggunakan air sumur yang tercemar untuk mandi dan mencuci pakaian. Sebagian lagi memilih tidak mandi.
Selain kawasan perkampungan, Jalan Muktiharjo Raya juga terendam air dengan ketinggian mencapai paha orang dewasa. Akibatnya, jalur yang yang menghubungkan Bangetayu dengan Jalan Kaligawe itu menjadi jalan mati. (panji-harian semarang)
Belum surutnya air di kawasan tersebut lantaran permukaan air di saluran Tlogosari yang merupakan anak Kali Tenggang masih tinggi. Lebih tinggi dibanding perkampungan yang berbentuk cekungan. Selain itu, air juga tak beranjak pergi karena terlanjur “terjebak” di dalam rumah. “Banyak warga yang membuat tanggul mengelilingi rumah. Tujuanya untuk mencegah air masuk ke dalam. Tetapi setelah air telanjur masuk, malah repot mengurasnya,” ujar Rakimin, pensiunan Perumka yang bermukim di kawasan tersebut. Kampung Condorejo dikenal dengan sebutan Kompleks YSS. Maksudnya adalah Yayasan Sosial Soegijapranata. Dahulu bekas tanah bengkok itu dimiliki YSS kemudian dijual kepada warga dengan sistem kredit.
Kemarin terlihat kesibukan warga menguras air dari dalam rumah. Beberapa warga memperbaiki pompa air yang rusak lantaran terendam air. Namun ada juga yang memilih membiarkan air menggenangi rumah. “Percuma dikuras, wong selokan belum mengalir. Nanti paling mbalik lagi,” ujar Fadilah yang berprofesi sebagai tukang pijat.
Meski tak terlampau dalam, genangan air mengganggu aktivitas. Warga mengaku menderita gatal-gatal di kaki akibat terlalu lama berkecipak dalam air kotor. Selain keruh, genangan air juga mengeluarkan bau karena bercampur dengan sampah dan kotoran. Apalagi banyak septic tank yang terendam air.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga mengambil air dari Kampung Karanganyar. “Mayoritas warga nyalur artetis dari Karanganyar menggunakan pipa. Tapi yang belum nyalur, terpaksa ngangsu menggunakan pikulan,” jelasnya.
Lantaran stok air bersih terbatas, sebagian warga terpaksa menggunakan air sumur yang tercemar untuk mandi dan mencuci pakaian. Sebagian lagi memilih tidak mandi.
Selain kawasan perkampungan, Jalan Muktiharjo Raya juga terendam air dengan ketinggian mencapai paha orang dewasa. Akibatnya, jalur yang yang menghubungkan Bangetayu dengan Jalan Kaligawe itu menjadi jalan mati. (panji-harian semarang)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.