Demam Berdarah Capai 335 Kasus
DENGAN kondisi cuaca yang curah hujannya tidak menentu, Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang meminta masyarakat untuk terus mewaspadai penyakit demam berdarah dengue (DBD). Sampai 15 Februari lalu tercatat penyakit DBD secara keseluruhan telah mencapai 335 kasus dengan dua orang meninggal dunia.
Namun korban meninggal dunia kemarin bertambah lagi. Seorang bocah 6 tahun, meninggal dunia di RS Telogorejo setelah dirawat selama lima hari. Bocah bernama Aghnia Frajna Vidhiantari, putri pasangan Widiatmoko (39) dan Fatma Lintang (32) diduga meninggal karena terlambat dibawa ke tenaga medis akibat serangan demam berdarah.
Paman korban, Widi Hartoko (32) mengatakan, sebelum dibawa ke rumah sakit keponakannya tersebut sempat mengalami demam tinggi.
Namun korban meninggal dunia kemarin bertambah lagi. Seorang bocah 6 tahun, meninggal dunia di RS Telogorejo setelah dirawat selama lima hari. Bocah bernama Aghnia Frajna Vidhiantari, putri pasangan Widiatmoko (39) dan Fatma Lintang (32) diduga meninggal karena terlambat dibawa ke tenaga medis akibat serangan demam berdarah.
Paman korban, Widi Hartoko (32) mengatakan, sebelum dibawa ke rumah sakit keponakannya tersebut sempat mengalami demam tinggi.
Aghnia yang tinggal bersama ibu dan neneknya di Jalan Selomas Gang V, Semarang Utara itu memang dikenal sebagai anak pendiam sehingga tidak pernah mengeluh sakit.
Lebih Waspada
Berdasarkan data dari DKK Semarang, pada Januari tercatat 297 kasus warga yang mengalami penyakit DBD, sedang bulan Februari hingga tanggal 15 lalu tercatat sebanyak 38 kasus dari berbagai daerah di Kota Semarang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Tatik Suyarti mengatakan, masyarakat harus lebih waspada sehingga pengobatan yang diberikan tidak terlambat dan pasien segera tertangani. “Gejala yang bisa dideteksi seperti panas tinggi selama tiga hari, gangguan pencernaan, nyeri kepala hebat dan itu harus dibawa ke dokter jangan sampai terlambat,” tuturnya.
Curah hujan yang tidak menentu seperti beberapa hari terakhir, ungkapnnya, sangat perlu diwaspadi adanya penyebaran penyakit DBD. Hal ini disebabkan karena banyak air bersih menggenang di berbagai tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk. Pemberantasan nyamuk yang tepat menurutnya yakni PSN atau pemberantasan sarang nyamuk.
“Kota Semarang ini termasuk endemis DBD, sehingga perilaku masyarakat dalam menangani penyakit ini sangat penting. Karena fogging itu menjadi alternatif terakhir, dan yang justru efektif ya PSN oleh semua warga karena nyamuk itu ada di mana-mana,” tambahnya.
Jenis penyakit yang disebabkan virus dengue yang ditularkan lewat gigitan nyamuk aedes aegypti ini memang masih menjadi momok bagi sebagian besar warga. Berbagai sosialisasi terus
dilakukan oleh pihak DKK bekerj sama dengan puskesmas di berbagai wilayah.
Kasubdin Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit DKK Semarang Widoyono menambahkan, perilaku masyarakat untuk ikut memberantas nyamuk sangatlah penting, terutama untuk menghilangkan genangangenangan air. Seperti halnya genangan air di bak penampungan, barang-barang bekas, pot, vas bunga serta beberapa tempat di sekitar rumah yang diduga bias menjadi sarang nyamuk.
“Setiap jumat ada laporan dari puskesmas maupun rumah sakit untuk memantau DBD. Selain itu kami juga terus memantau penyebaran nyamuk tersebut lewat pemantau jentik yang langsung diterjunkan ke lapangan, sehingga kasus penyakit ini diharapkan bisa terus ditekan,” tandasnya. (puji-harian semarang)
Lebih Waspada
Berdasarkan data dari DKK Semarang, pada Januari tercatat 297 kasus warga yang mengalami penyakit DBD, sedang bulan Februari hingga tanggal 15 lalu tercatat sebanyak 38 kasus dari berbagai daerah di Kota Semarang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Tatik Suyarti mengatakan, masyarakat harus lebih waspada sehingga pengobatan yang diberikan tidak terlambat dan pasien segera tertangani. “Gejala yang bisa dideteksi seperti panas tinggi selama tiga hari, gangguan pencernaan, nyeri kepala hebat dan itu harus dibawa ke dokter jangan sampai terlambat,” tuturnya.
Curah hujan yang tidak menentu seperti beberapa hari terakhir, ungkapnnya, sangat perlu diwaspadi adanya penyebaran penyakit DBD. Hal ini disebabkan karena banyak air bersih menggenang di berbagai tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk. Pemberantasan nyamuk yang tepat menurutnya yakni PSN atau pemberantasan sarang nyamuk.
“Kota Semarang ini termasuk endemis DBD, sehingga perilaku masyarakat dalam menangani penyakit ini sangat penting. Karena fogging itu menjadi alternatif terakhir, dan yang justru efektif ya PSN oleh semua warga karena nyamuk itu ada di mana-mana,” tambahnya.
Jenis penyakit yang disebabkan virus dengue yang ditularkan lewat gigitan nyamuk aedes aegypti ini memang masih menjadi momok bagi sebagian besar warga. Berbagai sosialisasi terus
dilakukan oleh pihak DKK bekerj sama dengan puskesmas di berbagai wilayah.
Kasubdin Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit DKK Semarang Widoyono menambahkan, perilaku masyarakat untuk ikut memberantas nyamuk sangatlah penting, terutama untuk menghilangkan genangangenangan air. Seperti halnya genangan air di bak penampungan, barang-barang bekas, pot, vas bunga serta beberapa tempat di sekitar rumah yang diduga bias menjadi sarang nyamuk.
“Setiap jumat ada laporan dari puskesmas maupun rumah sakit untuk memantau DBD. Selain itu kami juga terus memantau penyebaran nyamuk tersebut lewat pemantau jentik yang langsung diterjunkan ke lapangan, sehingga kasus penyakit ini diharapkan bisa terus ditekan,” tandasnya. (puji-harian semarang)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.