Ingin Memaafkan malah Diceraikan
SALAH satu alasan mengapa gerakan feminis dan perjuangan keadilan gender terus bergelora, adalah karena terlalu banyak kaum pria yang zalim kepada wanita. Bahkan jumlahnya semakin banyak.
Salah satu yang terbaru, seorang perempuan warga Semarang Selatan menjadi korban kejahatan laki-laki yang tak lain suaminya. Eni, 28 (nama samaran), dikhianati, diceraikan lalu dikuras hartanya oleh Didi, 28 (juga nama samaran), yang tak lain suami sendiri. Belum lama ini Eni mencari keadilan di Kantor Pengadilan Agama (PA) Kota Semarang.
Salah satu yang terbaru, seorang perempuan warga Semarang Selatan menjadi korban kejahatan laki-laki yang tak lain suaminya. Eni, 28 (nama samaran), dikhianati, diceraikan lalu dikuras hartanya oleh Didi, 28 (juga nama samaran), yang tak lain suami sendiri. Belum lama ini Eni mencari keadilan di Kantor Pengadilan Agama (PA) Kota Semarang.
Tuntutannya, mendapatkan kembali harta hasil jerih payahnya yang digondol pergi suaminya usai perceraian mereka diputuskan.
Wanita yang bekerja sebagai karyawan swasta ini tak menyangka nasibnya akan berakhir tragis. Dua tahun lalu, dia berpacaran dengan lelaki yang tampak santun itu. Selang lima bulan pacaran, keduanya memutuskan menikah. Maklum sudah sama-sama dewasa dan punya pekerjaan.
Sebagaimana umumnya lelaki awam agama, begitu menikah perangainya berubah. Jika dulu pengasih dan penyayang, Didi jadi tegaan terhadap Eni. Romantismenya hilang tak lama setelah dia berstatus suami.
Sifat dasar penuh nafsu kelelakiannya muncul. Melihat rumput orang lain selalu tampak lebih ranum dan hijau. Dia khianati hati istrinya dengan petualangan serong bersama wanita lain.
Sebelum ketahuan selingkuh, Didi sering pulang larut malam. Alasannya lembur kerja. Karena hampir tiap malam mengucapkan alasan sama, Eni jadi curiga. Hingga mendengar berita tak mengenakkan dari beberapa teman kerja suaminya. Dia dikabari Didi suka madon alias bermain wanita.
Suatu hari Didi pamit ke luar kota selama tiga hari untuk tugas kantor. Eli mengiyakan tapi diam-diam menggunakan kesempatan itu untuk menyelidiki kecurigaannya.
Betapa hancur hatinya kala menyaksikan sendiri, suaminya pergi berdua dengan seorang wanita. Tidak hanya itu, bukannya pergi ke luar kota, justru check in di sebuah hotel di Semarang.
Ketika suaminya pulang, Eni menyindir perihal kejadian itu. Lalu meminta penjelasan, siapa wanita yang bersamanya itu. Menanggapi hal itu, Didi marah besar. Sambil membentak-bentak ia bilang merasa tidak bahagia hidup bersama Eni. Dengan pasangan gelapnya itu, sebut saja Winda Didi mengaku mendapat kepuasan.
Sambil menangis Eni lari ke rumah orang tuanya yang lain kelurahan. Seminggu dia menenangkan diri, berharap Didi akan menghampirinya dan mengajak baikan. Dia bisa memaafkan suaminya asal tidak mengulangi perbuatan selingkuh.
Namun Didi justru menceraikannya. Jahatnya lagi, Didi menikahi Winda dan menempati rumah yang sebagian dibiayai hasil kerja Eni. Hati wanita mana yang rela rumahnya dinikmati wanita lain yang merebut suaminya. “Mohon suami saya dihukum pak hakim,” pinta Eni. (ezta/ichwan-harian semarang)
Wanita yang bekerja sebagai karyawan swasta ini tak menyangka nasibnya akan berakhir tragis. Dua tahun lalu, dia berpacaran dengan lelaki yang tampak santun itu. Selang lima bulan pacaran, keduanya memutuskan menikah. Maklum sudah sama-sama dewasa dan punya pekerjaan.
Sebagaimana umumnya lelaki awam agama, begitu menikah perangainya berubah. Jika dulu pengasih dan penyayang, Didi jadi tegaan terhadap Eni. Romantismenya hilang tak lama setelah dia berstatus suami.
Sifat dasar penuh nafsu kelelakiannya muncul. Melihat rumput orang lain selalu tampak lebih ranum dan hijau. Dia khianati hati istrinya dengan petualangan serong bersama wanita lain.
Sebelum ketahuan selingkuh, Didi sering pulang larut malam. Alasannya lembur kerja. Karena hampir tiap malam mengucapkan alasan sama, Eni jadi curiga. Hingga mendengar berita tak mengenakkan dari beberapa teman kerja suaminya. Dia dikabari Didi suka madon alias bermain wanita.
Suatu hari Didi pamit ke luar kota selama tiga hari untuk tugas kantor. Eli mengiyakan tapi diam-diam menggunakan kesempatan itu untuk menyelidiki kecurigaannya.
Betapa hancur hatinya kala menyaksikan sendiri, suaminya pergi berdua dengan seorang wanita. Tidak hanya itu, bukannya pergi ke luar kota, justru check in di sebuah hotel di Semarang.
Ketika suaminya pulang, Eni menyindir perihal kejadian itu. Lalu meminta penjelasan, siapa wanita yang bersamanya itu. Menanggapi hal itu, Didi marah besar. Sambil membentak-bentak ia bilang merasa tidak bahagia hidup bersama Eni. Dengan pasangan gelapnya itu, sebut saja Winda Didi mengaku mendapat kepuasan.
Sambil menangis Eni lari ke rumah orang tuanya yang lain kelurahan. Seminggu dia menenangkan diri, berharap Didi akan menghampirinya dan mengajak baikan. Dia bisa memaafkan suaminya asal tidak mengulangi perbuatan selingkuh.
Namun Didi justru menceraikannya. Jahatnya lagi, Didi menikahi Winda dan menempati rumah yang sebagian dibiayai hasil kerja Eni. Hati wanita mana yang rela rumahnya dinikmati wanita lain yang merebut suaminya. “Mohon suami saya dihukum pak hakim,” pinta Eni. (ezta/ichwan-harian semarang)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.