Berita

[Berita][bleft]

Artikel

[Ekonomi][twocolumns]

Menjual Diri demi Anak dan Suami

BUMI semakin tua. Manusia semakin tak berbudaya. Syair Raden Ngabehi Ranggawarsita, amenangi zaman edan/ewuh aya ing pambudi/nora edan nora keduman/boya keduman melik… sepertinya benar adanya.

Salah satu yang diramalkan pujangga termasyhur Jawa itu, kini jelas terjadi. Salah satunya di keluarga Angga dan Astri (nama keduanya disamarkan) yang tinggal di Tembalang.

Pasangan muda usia ini baru menikah dua tahun lalu. Anak lelaki telah lahir dari buah cinta mereka. Suami istri yang sama-sama lulusan diploma ini bekerja di tempat berbeda. Namun Angga yang hanya sales sepeda motor, minus pendapatannya dibanding kebutuhan belanja keluarganya. Sehingga pada tahun pertama perkawinannya dia ajak istrinya tinggal menumpang di rumah orang tuanya di Semarang bagian timur.

Sedangkan Astri, setelah melahirkan anak, turut bekerja untuk membantu suaminya. Awalnya dia baik-baik saja kembali menjalani profesi semasa gadisnya. Yaitu marketing di sebuah perusahaan. Hasilnya bisa dipakai untuk mengontrak rumah dan membeli susu untuk anaknya.

Namun setelah beberapa bulan berjalan, “potensi asli” Astri muncul kembali. Perempuan yang biasa membuka aurat dan longgar pergaulan ini mencari “tambahan penghasilan” untuk anaknya. Yaitu menjadi wanita panggilan. Maklum, sejak remaja dia sudah biasa bergaul dalam dunia lobi “tingkat tinggi” dengan umpan wanita.

Angga tak bisa apa-apa dengan profesi plus istrinya. Satu sisi dia tak bisa memenuhi nafkah keluarga, di sisi lain dia tahu dari dulu Astri memang gampangan. Nikahnya dia dengan Astri pun didahului zina dan telah puas dilakoninya.

Angga dalam posisi lemah sejak awal. Dia menikah dengan Astri pun lebih tepat karena sial. Sebab pacar Astri sebenarnya banyak, dan semuanya diberi kesempatan menikmati moleknya tubuh wanita langsing berkulit putih mulus itu. Hanya Angga lah yang tidak meninggalkan Astri, karena dia tipe “kumbang betina”.

Terlebih dia berasal dari ndeso yang tidak suka berkonflik. Sehingga dia membiarkan saja istrinya hampir setiap hari pulang malam atau bahkan pagi. Meski Astri pulang dengan badan loyo, dia terima saja dan anaknya tetap dia emong selama istrinya tidur.

Seperti kata pepatah, menit pertama orang masuk WC tak tahan bau, tapi setelah waktu berlalu, akhirnya menikmati berlama-lama di bilik termenung (istilah Malaysia untuk menyebut kakus) itu. Demikian pula Angga, awalnya jengah makan hasil kerja istrinya. Namun lama-lama dia nikmati saja setiap makanan enak yang dihasilkan dari “kerja keras” Astri.

Bukan hanya makanan,bajunya, sepatunya, bensi sepeda motornya, disubsidi penuh Astri. Istrinya memberi suaka ekonomi” pada lelaki kalem ini. Angga bingung, mau menceraikan kasihan sang anak. Tetapi diteruskan jadi beban pikiran. Angga akhirnya hanya bisa berkonsultasi pada sebuah LSM. Semoga ada jalan terbaik. (Ichwan-harian semarang)
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.


Desakundi

[Desakundi][threecolumns]

Pendidikan

[Pendidikan][list]

Ekonomi

[Ekonomi][grids]

Politik

[Politik][bsummary]

Oase

[Oase][threecolumns]
Create gif animations. Loogix.com. Animated avatars. Animated avatar. Motley Animated avatar. Gif animator. Animated avatar. Gif animator. Zoom Gif animator. Motley Create gif animations. Zoom Animated avatar. Movie Create gif animations. Gif animator. Zoom Animated avatar. Loogix.com. Animated avatars. Negative Animated avatar. Zoom Rumah Zakat Animated avatar. Negative Babyface, Harian Semarang liquid executive club, tonitok rendezvous