Sedekah Bumi Warga Bumirejo
Agar Dijauhkan dari Bencana dan PenyakitTERLIHAT kesibukan warga di Dusun Bumirejo, Kelurahan Pudak Payung yang tengah mempersiapkan arak-arakan sedekah bumi, tradisi yang tiap tahun mereka lakukan. Sedekah bumi atau merti desa ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih terhadap Tuhan.
Ribuan orang tumpah-ruah di jalan mengikuti arak-arakan. Ada yang membawa hasil bumi dan menampilkan atraksi reog. Tua maupun muda membaur dalam kegiatan yang memang dinanti warga itu.
Sedekah bumi juga dinamakan Apitan, karena dilaksanakan pada bulan Apit atau Dzulqaidah. Kegiatan itu menampilkan pagelaran wayang kulit, yang dilaksanakan dua tahun sekali.
“Arak-arakan baru kita mulai dua tahun terakhir ini, untuk lebih meramaikan sedekah bumi,” tutur Ketua RW 6 Sekti Harsono.
Jadi Tradisi
“Acara ini sudah jadi tradisi masyarakat, sejak nenek moyang,” lanjutnya. Ia menjelaskan, ritual itu dihelat tiga hari berturut-turut. Hari pertama, warga melakukan bersih-bersih ke makam para leluhur di makam Bumirejo dan hari kedua dilakukan arak-arakan dan pawai busana adat. Sedang hari ketiga, digelar pementasan campursari dan wayang kulit semalam suntuk.
Wayang kali ini mengambil lakon Mbangun Taman Sapto Argo dengan menampilkan dalang kondang Ki Soewondo. Sri Ponintar (38), warga setempat mengatakan kegiatan itu digelar, agar mereka dijauhkan dari bencana, penyakit, dan hasil bumi pun meningkat.
Ketua panitia Rudy Siswoyo mengatakan, arak-arakan yang dibawa hasil bumi karena memang sebagian warganya bekerja di bidang pertanian. Selain itu juga ada yang membawa jamu dan telur asin. (andik/wara - harian semarang)
Ribuan orang tumpah-ruah di jalan mengikuti arak-arakan. Ada yang membawa hasil bumi dan menampilkan atraksi reog. Tua maupun muda membaur dalam kegiatan yang memang dinanti warga itu.
Sedekah bumi juga dinamakan Apitan, karena dilaksanakan pada bulan Apit atau Dzulqaidah. Kegiatan itu menampilkan pagelaran wayang kulit, yang dilaksanakan dua tahun sekali.
“Arak-arakan baru kita mulai dua tahun terakhir ini, untuk lebih meramaikan sedekah bumi,” tutur Ketua RW 6 Sekti Harsono.
Jadi Tradisi
“Acara ini sudah jadi tradisi masyarakat, sejak nenek moyang,” lanjutnya. Ia menjelaskan, ritual itu dihelat tiga hari berturut-turut. Hari pertama, warga melakukan bersih-bersih ke makam para leluhur di makam Bumirejo dan hari kedua dilakukan arak-arakan dan pawai busana adat. Sedang hari ketiga, digelar pementasan campursari dan wayang kulit semalam suntuk.
Wayang kali ini mengambil lakon Mbangun Taman Sapto Argo dengan menampilkan dalang kondang Ki Soewondo. Sri Ponintar (38), warga setempat mengatakan kegiatan itu digelar, agar mereka dijauhkan dari bencana, penyakit, dan hasil bumi pun meningkat.
Ketua panitia Rudy Siswoyo mengatakan, arak-arakan yang dibawa hasil bumi karena memang sebagian warganya bekerja di bidang pertanian. Selain itu juga ada yang membawa jamu dan telur asin. (andik/wara - harian semarang)
Heru+Setiabudi+dan+Tarmuji.(FOTO+ARIEL).jpg)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.