Dasih Ardiyantari
Setelah sebelumnya mendaftarkan diri sebagai calon walikota jalur perseorangan berpasangan dengan Eko Tjiptartono, sosok Srikandi yang bervisi besar ini melangkah lewat jalur partai.
MENDAMPINGI Muhammad Farchan, Hj Dasih Ardiyantari diusung koalisi pelangi PAN-PKB-PPP sebagai calon wakil walikota. Tak masalah baginya, meski ”turun” derajat. Toh jalur perseorangan tidak mungkin bisa ditembus, meski ia sempat hendak menggugat KPU Kota Semarang.
Bagi pengusaha sukses yang ditokohkan oleh kawula PDI Perjuangan ini, langkahnya mendampingi Farchan karena Farchan-lah yang cocok dengan harapan dia dan masyarakat Semarang. Buktinya, ketika dia dan Farchan mendeklarasikan diri, sejumlah sesepuh partai lain turut hadir memberikan dukungan, di antaranya Sriyono (PDI Perjuangan) dan Maryanto (Gerindra).
Di mata Farchan, wanita yang akrab dipanggil Bu Ida ini punya ideologi kuat untuk menguatkan visi ekonomi Semarang Bangkit. “Saya memilih Ibu Dasih, karena sosok beliau paling pas untuk mendampingi saya. Sebagai pelaku ekonomi, wawasan ekonomi Ibu Dasih searah dan bisa menguatkan visi ekonomi Semarang Bangkit,” kata Farchan yang biasa dipanggil Lik Farchan.
Bagi Dasih, niat mencalonkan diri bukan semata ingin menduduki jabatan wakil walikota. Istri dari pengusaha H Sutoto Agus Pratomo ini ingin melakukan sesuatu untuk kota kelahirannya tercinta, yang selama ini menurutnya kurang berkembang, bahkan banyak masalah.
Dituturkan Direktur CV Utama Jasa dan PT Bramasta Jaya ini, setiap bertemu dengan ibu-ibu PKK, rekan jamaah pengajian dan para tetangga, selalu mendengar keluh-kesah mengenai masalah kehidupan. Terutama masalah ekonomi.
Wanita yang dianugerahi gelar Citra Kartini Jawa Tengah 2007 ini prihatin, kebanyakan warga Semarang tidak bangga pada kotanya. Yang dibicarakan selalu keadaan buruk seperti banjir, rob, dan kemiskinan. Juga imej banyaknya korupsi dan kotornya aparat birokrasi.
”Saya merasa tidak berguna kalau tak berbuat untuk kota kelahiran saya ini. Tidak cukup hanya
beramal dengan harta atau menyumbangkan pemikiran saja. Bagi saya, perlu terjun langsung membantu warga mengatasi kesulitan mereka,” tuturnya penuh semangat kepada Harsem di sela berkeliling menyambangi para warga.
Sebagai seorang pengusaha yang mengawali karier dari nol, Dasih paham betul, betapa beratnya
hidup di kota metropolis yang serba kapitalis ini. Catur-marutnya pembangunan kota yang APBDnya terbanyak se-Jawa Tengah ini, sangat dirasakan warganya yang 31% di antaranya berada dalam garis kemiskinan. Lebih-lebih kaum ibu.
Korban Kemiskinan
Perempuan, menurutnya, sangat rentan jadi korban kemiskinan. Ketika suaminya terkena PHK, lahan usahanya digusur, istrilah yang paling awal menerima dampaknya. Juga anak-anak. Bahkan, terkadang suami yang stres melampiaskan marahnya dengan menganiaya istri. Jadilah wanita korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Dalam konsepnya, sarjana ekonomi dari STIE Isti Ekatana Upaweda (IEU) Yogyakarta ini fokus
mengurus kebangkitan ekonomi dan kesejahteraan warga. Sedangkan Farchan total pada kebangkitan kultar dan infrastruktur. Rancangannya dengan pembagian tugas jelas. Karena tak ingin kekuasaan menumpuk pada satu orang, walikota saja.
”Ketika saya menjalin komunikasi dengan Lik Farchan, ternyata cita-cita dan pemikiran saya sudah ada dalam konsep Semarang Bangkit. Jadi, Insya Allah kami akan menjadikan kepemimpinan yang rukun, bebas konflik, dan membuat pemerintahan yang solid nan bersih. Dan itulah yang diidamkan rakyat,” terangnya saat berkunjung di kantor Harsem, beberapa waktu lalu.
Melakoni hidup di Semarang selama 46 tahun, tentu menjadikan ibu tiga anak: Agatha Nurul Ken Utami (mahasiswi Teknik Sipil Undip), Bramesta Fajar Kurniawan (pelajar SMAN 15), dan Angela Ratih Ayu Pratiwi (Kelas VI SDN Muktiharjo Kidul 01) ini sangat mengerti apa saja yang perlu dibenahi dan diharapkan warga.
Karena itulah dia tak mau banyak janji. Sebab baginya, janji yang kelewat banyak, apalagi terus diumbar, hanya menjadi tanda kebohongan atau keculasan. Semakin banyak mengobral janji akan kian banyak tidak bisa menepati. Apalagi, sifat manusia yang punya ambisi politik cenderung mudah lupa dan tidak peduli akibat dari omongannya.
”Saya tidak suka memberi iming-iming atau janji-janji. Semakin banyak berjanji akan semakin mudah mengingkari. Makanya, saya lebih senang mendengar apa saja keluhan dan harapan para kawula. Yang saya datangi maupun yang bertamu ke rumah saya,” ungkapnya.***
Saling Dukung dalam Kebaikan
Bagi pengusaha sukses yang ditokohkan oleh kawula PDI Perjuangan ini, langkahnya mendampingi Farchan karena Farchan-lah yang cocok dengan harapan dia dan masyarakat Semarang. Buktinya, ketika dia dan Farchan mendeklarasikan diri, sejumlah sesepuh partai lain turut hadir memberikan dukungan, di antaranya Sriyono (PDI Perjuangan) dan Maryanto (Gerindra).
Di mata Farchan, wanita yang akrab dipanggil Bu Ida ini punya ideologi kuat untuk menguatkan visi ekonomi Semarang Bangkit. “Saya memilih Ibu Dasih, karena sosok beliau paling pas untuk mendampingi saya. Sebagai pelaku ekonomi, wawasan ekonomi Ibu Dasih searah dan bisa menguatkan visi ekonomi Semarang Bangkit,” kata Farchan yang biasa dipanggil Lik Farchan.
Bagi Dasih, niat mencalonkan diri bukan semata ingin menduduki jabatan wakil walikota. Istri dari pengusaha H Sutoto Agus Pratomo ini ingin melakukan sesuatu untuk kota kelahirannya tercinta, yang selama ini menurutnya kurang berkembang, bahkan banyak masalah.
Dituturkan Direktur CV Utama Jasa dan PT Bramasta Jaya ini, setiap bertemu dengan ibu-ibu PKK, rekan jamaah pengajian dan para tetangga, selalu mendengar keluh-kesah mengenai masalah kehidupan. Terutama masalah ekonomi.
Wanita yang dianugerahi gelar Citra Kartini Jawa Tengah 2007 ini prihatin, kebanyakan warga Semarang tidak bangga pada kotanya. Yang dibicarakan selalu keadaan buruk seperti banjir, rob, dan kemiskinan. Juga imej banyaknya korupsi dan kotornya aparat birokrasi.
”Saya merasa tidak berguna kalau tak berbuat untuk kota kelahiran saya ini. Tidak cukup hanya
beramal dengan harta atau menyumbangkan pemikiran saja. Bagi saya, perlu terjun langsung membantu warga mengatasi kesulitan mereka,” tuturnya penuh semangat kepada Harsem di sela berkeliling menyambangi para warga.
Sebagai seorang pengusaha yang mengawali karier dari nol, Dasih paham betul, betapa beratnya
hidup di kota metropolis yang serba kapitalis ini. Catur-marutnya pembangunan kota yang APBDnya terbanyak se-Jawa Tengah ini, sangat dirasakan warganya yang 31% di antaranya berada dalam garis kemiskinan. Lebih-lebih kaum ibu.
Korban Kemiskinan
Perempuan, menurutnya, sangat rentan jadi korban kemiskinan. Ketika suaminya terkena PHK, lahan usahanya digusur, istrilah yang paling awal menerima dampaknya. Juga anak-anak. Bahkan, terkadang suami yang stres melampiaskan marahnya dengan menganiaya istri. Jadilah wanita korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Dalam konsepnya, sarjana ekonomi dari STIE Isti Ekatana Upaweda (IEU) Yogyakarta ini fokus
mengurus kebangkitan ekonomi dan kesejahteraan warga. Sedangkan Farchan total pada kebangkitan kultar dan infrastruktur. Rancangannya dengan pembagian tugas jelas. Karena tak ingin kekuasaan menumpuk pada satu orang, walikota saja.
”Ketika saya menjalin komunikasi dengan Lik Farchan, ternyata cita-cita dan pemikiran saya sudah ada dalam konsep Semarang Bangkit. Jadi, Insya Allah kami akan menjadikan kepemimpinan yang rukun, bebas konflik, dan membuat pemerintahan yang solid nan bersih. Dan itulah yang diidamkan rakyat,” terangnya saat berkunjung di kantor Harsem, beberapa waktu lalu.
Melakoni hidup di Semarang selama 46 tahun, tentu menjadikan ibu tiga anak: Agatha Nurul Ken Utami (mahasiswi Teknik Sipil Undip), Bramesta Fajar Kurniawan (pelajar SMAN 15), dan Angela Ratih Ayu Pratiwi (Kelas VI SDN Muktiharjo Kidul 01) ini sangat mengerti apa saja yang perlu dibenahi dan diharapkan warga.
Karena itulah dia tak mau banyak janji. Sebab baginya, janji yang kelewat banyak, apalagi terus diumbar, hanya menjadi tanda kebohongan atau keculasan. Semakin banyak mengobral janji akan kian banyak tidak bisa menepati. Apalagi, sifat manusia yang punya ambisi politik cenderung mudah lupa dan tidak peduli akibat dari omongannya.
”Saya tidak suka memberi iming-iming atau janji-janji. Semakin banyak berjanji akan semakin mudah mengingkari. Makanya, saya lebih senang mendengar apa saja keluhan dan harapan para kawula. Yang saya datangi maupun yang bertamu ke rumah saya,” ungkapnya.***
Saling Dukung dalam Kebaikan
MENJADI calon wakil walikota tentu menyita banyak waktu untuk bersosialiasi. Jam di luar rumah tentu lebih banyak dari biasanya. Namun hal itu sepenuhnya disadari suami dan anak-anaknya. Mereka mendukung langkah Dasih berikhtiar untuk kotanya tersebut.
Dasih yang dinobatkan sebagai Tokoh Eksekutif Berprestasi oleh Yayasan Buana Katulistiwa ini sejak dulu punya kebiasaan komunikasi dengan keluarganya. Sesibuk apa pun dia, selalu menyempatkan menelepon anak-anaknya. Menanyakan kabarnya, mengingatkan soal PR atau makanannya.
Jika di rumah, dia selalu mendampingi anak-anaknya belajar, mendongeng untuk mereka, dan makan bersama. Kalaupun punya acara di luar, meski dijatah menginap, Dasih selalu pulang jika jaraknya masih bisa dijangkau. Baginya, keluarga adalah nomor satu.
Baik buruknya suatu kota, suatu bangsa, dimulai dari keluarga sebagai organisasi terkecil. Maka, jika nanti terpilih sebagai wakil walikota pun, kebiasan berkumpul di rumah tetap akan dilakukannya. Bahkan mungkin tidak tinggal di rumah dinas jika anak-anaknya meminta tetap mukim di rumah pribadi.
”Alhamdulillah, suami dan anak-anak saya mendukung. Mereka telah mengerti dan percaya saya sepenuhnya. Kami memang biasa saling mendukung dalam kebaikan,” ungkapnya sepenuh perasaan.
Teladan Disiplin
Bagi anak-anaknya, Dasih adalah sosok ibu yang telaten. Kedisiplinan dan keterbukaannya jadi teladan. Mereka diberi kebebasan untuk mengeluarkan pendapat sekaligus diajak membuat target jika melakukan suatu perbuatan.
”Mama selalu memberi perhatian pada kami. Baik waktu maupun komunikasi. Kami diberi keleluasaan berpendapat, namun dilatih disiplin dan menetapkan target jika kami mengatakan ingin berbuat sesuatu,” kata Ken Utami, putri sulungnya.
Tak mengejutkan jika Yayasan Adiluhung memberi penghargaan kepada perempuan kelahiran Semarang, 12 Juli 1963 ini sebagai The Best Best Executive in Asia Award pada 2007 lalu. Anugerah sama untuk tingkat nasional dia dapatkan dari Succeeded Enterprise. Sementara Forum Mahasiswa Jawa Tengah memberinya penghargaan Citra Kartini Jawa Tengah 2007.
Begitu pun dengan Korps Perempuan Majelis Dakwah Islamiyah Jawa Tengah, yang mempersembahkan gelar padanya sebagai Man and Woman Professional in Indonesia 2008. Ditambah Yayasan Buana Khatulistiwa yang menobatkannya sebagai Tokoh Eksekutif Berprestasi, belum lama ini.
Atas semua kehormatan itu, wong Pedurungan ini mengaku kaget karena kiprahnya diperhatikan masyarakat. Selain berterimakasih, Dasih menganggap penghargaan itu sebagai lecutan untuk berbuat lebih banyak lagi bagi Semarang.
”Saya tak pernah menduga orangorang
itu memerhatikan peran saya yang hanya sedikit. Bagi saya, itu merupakan pelecut semangat untuk berbuat yang lebih banyak. Memberikan yang terbaik bersama Lik Farchan,” tuturnya mantap.***
Bio Dasih
NAMA: Hj Dasih Ardiyantari SE
LAHIR: Semarang, 12 Juli 1963
ALAMAT: Jl Gajah Birawa 19 C, Kelurahan Muktiharjo Kidul,
Kecamatan Pedurungan, Semarang
SUAMI: Sutoto Agus Pratomo SE ST
ANAK: Agatha Nurul Ken Utami (Semester VIII Fakultas Teknik Sipil Undip), Bramesta Fajar Kurniawan (Kelas X SMAN 15 Semarang), Angela Ratih Ayu Pratiwi (Kelas VI SDN Muktiharjo Kidul 01 Semarang)
PEKERJAAN: Wiraswasta (Direktur CV Utama Jasa)
PENDIDIKAN:
SD Kanisius Pekunden Semarang
SMP YPP Semarang
SPG St Fransiskus Semarang
S-1 Ekonomi STIE IEU Yogyakarta
PENGHARGAAN:
The Best in Asian Award 2007 dari Yayasan Adhi Luhung
Figur Eksekutif Terbaik tingkat Nasional 2007 dari Succeeded Enterprise
Citra Kartini Jawa Tengah dari Forum Komunikasi Mahasiswa Jateng (2007)
Man and Woman Professional in Indonesia Year 2008 dari Korps Perempuan Majelis Dakwah Islamiyah Jateng (2008)
Tokoh Eksekutif Berprestasi dari Yayasan Buana Khatulistiwa (2010).***
Oleh: M.Ichwan (Harian Semarang)
Dasih yang dinobatkan sebagai Tokoh Eksekutif Berprestasi oleh Yayasan Buana Katulistiwa ini sejak dulu punya kebiasaan komunikasi dengan keluarganya. Sesibuk apa pun dia, selalu menyempatkan menelepon anak-anaknya. Menanyakan kabarnya, mengingatkan soal PR atau makanannya.
Jika di rumah, dia selalu mendampingi anak-anaknya belajar, mendongeng untuk mereka, dan makan bersama. Kalaupun punya acara di luar, meski dijatah menginap, Dasih selalu pulang jika jaraknya masih bisa dijangkau. Baginya, keluarga adalah nomor satu.
Baik buruknya suatu kota, suatu bangsa, dimulai dari keluarga sebagai organisasi terkecil. Maka, jika nanti terpilih sebagai wakil walikota pun, kebiasan berkumpul di rumah tetap akan dilakukannya. Bahkan mungkin tidak tinggal di rumah dinas jika anak-anaknya meminta tetap mukim di rumah pribadi.
”Alhamdulillah, suami dan anak-anak saya mendukung. Mereka telah mengerti dan percaya saya sepenuhnya. Kami memang biasa saling mendukung dalam kebaikan,” ungkapnya sepenuh perasaan.
Teladan Disiplin
Bagi anak-anaknya, Dasih adalah sosok ibu yang telaten. Kedisiplinan dan keterbukaannya jadi teladan. Mereka diberi kebebasan untuk mengeluarkan pendapat sekaligus diajak membuat target jika melakukan suatu perbuatan.
”Mama selalu memberi perhatian pada kami. Baik waktu maupun komunikasi. Kami diberi keleluasaan berpendapat, namun dilatih disiplin dan menetapkan target jika kami mengatakan ingin berbuat sesuatu,” kata Ken Utami, putri sulungnya.
Tak mengejutkan jika Yayasan Adiluhung memberi penghargaan kepada perempuan kelahiran Semarang, 12 Juli 1963 ini sebagai The Best Best Executive in Asia Award pada 2007 lalu. Anugerah sama untuk tingkat nasional dia dapatkan dari Succeeded Enterprise. Sementara Forum Mahasiswa Jawa Tengah memberinya penghargaan Citra Kartini Jawa Tengah 2007.
Begitu pun dengan Korps Perempuan Majelis Dakwah Islamiyah Jawa Tengah, yang mempersembahkan gelar padanya sebagai Man and Woman Professional in Indonesia 2008. Ditambah Yayasan Buana Khatulistiwa yang menobatkannya sebagai Tokoh Eksekutif Berprestasi, belum lama ini.
Atas semua kehormatan itu, wong Pedurungan ini mengaku kaget karena kiprahnya diperhatikan masyarakat. Selain berterimakasih, Dasih menganggap penghargaan itu sebagai lecutan untuk berbuat lebih banyak lagi bagi Semarang.
”Saya tak pernah menduga orangorang
itu memerhatikan peran saya yang hanya sedikit. Bagi saya, itu merupakan pelecut semangat untuk berbuat yang lebih banyak. Memberikan yang terbaik bersama Lik Farchan,” tuturnya mantap.***
Bio Dasih
NAMA: Hj Dasih Ardiyantari SE
LAHIR: Semarang, 12 Juli 1963
ALAMAT: Jl Gajah Birawa 19 C, Kelurahan Muktiharjo Kidul,
Kecamatan Pedurungan, Semarang
SUAMI: Sutoto Agus Pratomo SE ST
ANAK: Agatha Nurul Ken Utami (Semester VIII Fakultas Teknik Sipil Undip), Bramesta Fajar Kurniawan (Kelas X SMAN 15 Semarang), Angela Ratih Ayu Pratiwi (Kelas VI SDN Muktiharjo Kidul 01 Semarang)
PEKERJAAN: Wiraswasta (Direktur CV Utama Jasa)
PENDIDIKAN:
SD Kanisius Pekunden Semarang
SMP YPP Semarang
SPG St Fransiskus Semarang
S-1 Ekonomi STIE IEU Yogyakarta
PENGHARGAAN:
The Best in Asian Award 2007 dari Yayasan Adhi Luhung
Figur Eksekutif Terbaik tingkat Nasional 2007 dari Succeeded Enterprise
Citra Kartini Jawa Tengah dari Forum Komunikasi Mahasiswa Jateng (2007)
Man and Woman Professional in Indonesia Year 2008 dari Korps Perempuan Majelis Dakwah Islamiyah Jateng (2008)
Tokoh Eksekutif Berprestasi dari Yayasan Buana Khatulistiwa (2010).***
Oleh: M.Ichwan (Harian Semarang)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.